“Dia pemilik hati saya.”
“Saya mengerti. Apa pun keputusan finalnya dan rencana Allah, dia akan tetap memiliki hatimu. Kamu boleh bersama pria lain, tapi dialah pemilik hatimu yang sesungguhnya. Bagaimana pun dia memperlakukanmu, seperti apa pun caranya menyembunyikan sesuatu dan tidak jujur padamu, itu bukan maksud yang sebenarnya. Percayalah.”
Inilah yang disukainya ketika berbicara dengan sesama hypnotherapyst yang mampu melihat sesuatu dari sudut pandang berbeda. Mr. Jatmika melihat dengan mata hati, seperti dirinya. Melihat dengan mata hati, menyembuhkan dengan cinta. Itulah prinsip mereka.
“Tapi...jenis hubungan seperti ini akan rentan mengalami luka.” Mr. Jatmika menghela nafas berat, tatapannya berubah sendu.
“Sulitkah?”
“Sangat sulit, Sayang. Saya pernah berada dalam situasi sepertimu. Masalahnya adalah prinsip. Tidak ada yang bisa mengubah prinsip.”
Suara Mr. Jatmika semakin lirih. Gadis bermata biru itu terkejut. Kali pertama panggilan penuh kasih itu dilontarkan oleh sang hypnotherapyst padanya. Ia bisa merasakan kepedihan, keletihan, sekaligus kasih sayang dan pengertian dari pria Virgo itu. Mr. Jatmika pantas menjadi pendidik, penyembuh, dan orang tua yang baik.
“Kesimpulannya, kamu harus menciptakan momen yang sempurna untuk menyelesaikan segalanya. Ada awal, maka ada akhir. Entah akhir itu sedih atau bahagia. Not find a perfect moment, but create a perfect moment. Ciptakan momen yang sempurna bersamanya, lalu selesaikan. Mau kemana kalian akan melangkah. Bagaimana masalah hati bisa diselesaikan tanpa mengintervensi masalah kesehatan klien.”
“Baik, akan saya lakukan. Satu lagi, Mr. Jatmika.”
“Apa itu?”
“Saya kesepian dan sering merasa tidak aman. Kadang-kadang saya berpikir, saya akan terluka dengan mudah. Orang menganggap saya kuat dan tegar, namun sesungguhnya tidak begitu. Saya bukan Nabi Ayub yang diuji penyakit, kehilangan harta, dan ditinggalkan Rahmah. Tersimpan ketakutan di hati kecil saya. Jika orang tua saya meninggal, khususnya Mama saya, apakah semua anggota keluarga besar akan tetap bersikap baik pada saya? Apa mereka akan tetap baik pada saya setelah orang tua saya meninggal? Apakah sebenarnya mereka baik hanya karena ada orang tua saya? Setelah orang tua saya meninggal, siapa yang akan melindungi saya? Siapa yang akan menjaga dan menyayangi saya? Siapa yang akan memberi perlindungan dan kenyamanan sebaik yang mereka berikan? Saya merasa sendirian, rapuh, dan tidak berguna.”