**
Dani dan Rosline berdiri berhadapan. Beranda biara berselimut ketegangan. Lagi-lagi dua orang itu tengah bersitegang.
“Ngapain kamu ke sini lagi? Pergi sana!” usir Rosline.
“Rosline, kamu kenapa jadi berubah setelah masuk biara?” tanya Dani lembut.
Alis gadis berdarah Minahasa itu terangkat. “Berubah jadi apa? Ninja Turtle?”
Jika situasinya tidak seserius ini, ingin rasanya Dani tertawa. Pemuda yang baru berulang tahun yang ke-17 itu memegang erat bungkusan besar berisi brownies, sphagetti, pizza, dan cup cake yang dibawanya. Semua ini makanan kesukaan Rosline. Ia sengaja membawakannya.
“Kamu jadi dingin dan menghindariku. Kamu juga tidak mau menyentuh makanan kesukaanmu. Aku bawa ini semua karena aku care sama kamu. Aku tahu, di sini kamu hanya makan...”
“Aku senang hidup di sini, meski makanannya sangat sederhana.” Potong Rosline jengkel.
“Yakin? Kalau aku jadi kamu, aku tak tahan.”
Masih saja Dani bertahan di situ. Pemuda itu sangat tegar. Cinta Dani pada calon biarawati itu begitu besar.
“Pergi! Aku nggak butuh semua itu! Kamu cari gadis lain saja!” bentak Rosline tiba-tiba.