“Sama seperti yang kurasakan, Dani. Sungguh...kita sama.”
Dua sepupu itu tengah bertukar cerita. Hanya ada Dani dan si gadis bermata biru. Tak ada Della, Dafa, Vallen, Keanu, Chelsea, Arif, Fadil, Rafif, Anton, dan para sepupu lainnya. Hanya mereka berdua.
Gadis itu senang bisa berbicara dengan Dani. Mamanya nampaknya senang juga bisa bertemu pemuda itu. Sudah lama Mama ingin punya anak laki-laki. Namun Allah ternyata memberinya anak perempuan. Baru satu jam lalu Mama meminta Dani kuliah di Unpad atau ITB tahun depan dan mengajaknya tinggal di rumah. Si gadis bermata biru mendukung usulan Mamanya. Agar ia tidak kesepian di rumah. Hanya tinggal bertiga dengan Mama dan Papa membuatnya kesepian. Jika ada Dani, mimpinya punya teman curhat di rumah terpenuhi.
“Iya, aku tidak bahagia dengan Annisa. Aku malah kasihan sama dia. Perasaan memang sulit diingkari.” Desah Dani lelah.
“Betul. Tahun lalu aku pernah mencoba mencari pengganti Albert. Aku mendapatkannya, dan menjadi kekasih dari pria itu. Namanya Taufan. Dia sangat baik dan pintar. Tapi, aku tidak bisa ingkar dengan hatiku sendiri. Aku merasa bersalah pada Taufan dan Albert. Pada akhirnya, kuakhiri hubunganku pada Taufan. Hatiku kembali untuk Albert.”
Dani tertunduk dalam. Haruskah ia memutuskan Annisa? Atau melanjutkan hubungan dalam pengingkaran? Dua pilihan itu sama-sama akan menyakiti dirinya sendiri dan Annisa. Dilematis.
Di sampingnya, si gadis bermata biru juga terlarut dalam perasaannya. Ia pernah mencoba membenci Albert, tapi gagal. Ia justru semakin mencintai Frater tampan itu. Ia pernah mencari pengganti Albert, namun ia sadar jika Albert takkan terganti. Sejak saat itu, ia tak mau mencari pengganti Albert lagi. Termasuk ketika ada yang menyatakan cintanya, ia tolak. Ia tutup pintu hatinya rapat-rapat kecuali untuk Albert.
“Aku mau tanya,” kata Dani tiba-tiba.
“Apa?”
“Kamu cinta Albert karena apa?”
“Karena apa? Tidak ada alasan apa pun. Jika kita benar-benar mencintai seseorang, kita tak butuh alasan apa pun. Cukup mencintainya saja. Cinta tanpa syarat, Dani.”