“Tahu dong. Mata-mataku kan banyak,” jawab gadis itu ceria.
“Mata yang selalu memperhatikanmu, meski kamu tak tahu. Pantang apa yang dipilih 40 hari menjelang Paskah?”
“Biasanya pantang makan daging,” jawab Albert.
“Well, bulan ini kamu ulang tahun. Mau kubelikan sesuatu?” tawar gadis itu penuh perhatian.
Sayangnya, Albert tidak menolak maupun mengiyakan. Ia justru pergi.
Gadis itu mengangguk paham. Pelan merapikan dress merahnya. Lagi-lagi Albert datang. Dan...ia pasti pergi lagi, sesuka hatinya. Memenuhi hatinya dengan bongkahan kerinduan.
Malamnya, ia bercerita pada Anton. Sepupunya yang tampan dan religius. Anton dan Albert, dua pria yang pernah memberinya sentuhan kasih itu. Dua pria yang memiliki huruf awalan dan umur yang sama. Sayangnya, Anton sangat tidak menyukai Albert.
“Nah kan, sudah jelas dia menyakitimu lagi?” komentarnya dingin.
“Sudahlah, kamu jauhi saja. Kalian tidak pantas bersatu. Selain beda keyakinan, kehidupan kalian pun sangat jauh berbeda. Logikanya begini, mana mungkin langit dan bumi bersatu?”
Penjelasan logis itu sukses mengunci bibirnya. Benarkah apa yang dikatakan Anton? Secara tidak langsung, perkataannya telah menginjak-injak harga diri Albert. Pasti Albert akan sedih sekali jika tahu itu.
Bukan hanya Anton yang melayangkan ketidaksukaan. Della, sepupunya yang lain, juga menyatakan hal serupa.