Sebagai ganti, ia mengambil kameranya. Dalam kamera ini, tersimpan foto-foto kenangannya dengan Chika. Ia sadar, Chika begitu cantik. Bukan hanya fotogenik, ia pun menawan. Mengapa ia tak merekrut Chika sebagai model di management-nya?
“Itu foto calon menantu Papa? Cantik sekali ya...”
Suara bass itu menegurnya hangat. Albert tersentak kaget. Buru-buru menurunkan kameranya. Pria Kaukasia bermata biru dengan tinggi sekitar 180 senti mendekat. Dialah Jonathan, ayah kandung Albert.
“Papa?” gumamnya kaget.
Jonathan tertawa. “Kamu sudah shalat?”
“Sudah, Pa.”
“Well, how about Chika?”
Pertanyaan itu membangkitkan kerinduan Albert pada Chika. Baru kemarin mereka bertemu. Sekarang ia merindu lagi.
“Kapan kamu melamarnya, Albert? Tunggu apa lagi?”
“Pa, apa sudah waktunya?” Albert justru balik bertanya.
“Agama kita menganjurkan bagi mereka yang sudah siap lahir batin untuk menikah. Papa rasa, kamu sudah siap. Kamu bisa jadi suami yang sempurna untuk Chika. Sebaliknya, Chika sangat cocok menjadi istri kamu.”