Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lembaran-lembaran Hidup: Aku Pun Ingin Hidup Normal

27 Februari 2017   07:12 Diperbarui: 27 Februari 2017   08:25 749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tempat ini, ia seakan menemukan keluarga baru. Ayah, guru, teman, sahabat, bahkan kekasih. Semuanya ada di sini. Namun tak selamanya indah.

Lagi-lagi ia jatuh dan terluka. Ditipu seorang penulis peraih award tahun lalu di bidang opini terbaik. Sang mantan Frater menipunya. Semula ia percaya dan berempati, kini kepercayaan dan empatinya disalahgunakan. Intelektualitasnya direndahkan. Hanya karena ia terlalu mudah menyayangi orang lain, terlalu mudah jatuh kasihan, si penipu mudah saja melukainya. Hanya karena ia terkesan masih polos, cacat, dan tidak tahu apa-apa, ia dijatuhkan. Mengaku belum punya pendamping hidup, namun sebenarnya sudah memilikinya. Bukankah itu menyakitkan? Apakah ia gadis serendah itu? Bunda tidak boleh tahu jika ia pernah ditipu. Ia masih ingin melindungi si penipu dan istrinya dari amukan Bunda. Ia tahu persis fatal akibatnya jika Bunda sudah terlanjur marah pada orang yang menyakitinya. Jangankan pada orang di luar keluarga, pada Ayah pun Bunda tak segan bertengkar hebat. Membelanya, melindunginya.

**    

12 Desember

Lembar ke12

Terkadang, gadis Bule Boneka Barbie Princess Peri Kecil itu ingin hidup normal. Ingin bahagia seperti gadis-gadis lain di luar sana. Tidak kesepian, bisa jalan-jalan dengan teman dan sahabat, punya kekasih, dan semacamnya. Tapi tak bisa. Allah belum mengizinkan. Mungkin belum waktunya. Atau tidak akan pernah.

Gadis Bule itu berpikir. Organisasi, belajar broadcasting, modeling, medis, dan novel. Tapi apa gunanya bila hidupnya hampa dan kesepian? Bisakah ia menjadi orang biasa tapi hidup bahagia? Tidak hampa dan kesepian seperti sekarang? Bisakah ia menjadi bumi saja, agar bisa mencintai bumi? Bukannya menjadi langit yang mendamba bumi?

Dari dulu, love story-nya tak pernah indah. Pria gay pengidap Disleksia, pria berstatus duda, dan pria berkaul yang menjadi calon pemuka agama. Itulah tiga pria aneh yang mewarnai hidupnya. Pria gay itu menyakitinya, pria berstatus duda itu terus-menerus membicarakan mantan istrinya, dan pria calon pemuka agama itu berkeras tidak menikah. Bukankah menyakitkan?

Tak bisakah ia mencintai dan dicintai pria normal yang punya kehidupan wajar? Ingin sekali ia begitu, namun tak bisa. Cinta telah menuntun dan memilihnya untuk dekat dengan ketiga pria luar biasa itu. Itulah sebabnya ia tak pernah sepenuhnya membenci para gay, lesbian, dan pelaku LGBT lainnya. Sebab ia terbiasa dengan orang-orang seperti itu. Ia malah mengulurkan tangan untuk menyayangi dan mengasihi mereka. Mereka pun ingin hidup normal dan bahagia. Mereka berhak dicintai dan disayangi.

Sekali lagi, ia pun ingin hidup normal. Ingin seperti gadis-gadis lainnya di luar sana. Ingin merasakan dicintai sesosok Prince Charming seperfect Revan dalam Cinta Dari Surga, Edward Cullen dalam Twilight, Prasetya dalam Surga Yang Tak Dirindukan, dan Tatsuya dalam Autumn in Paris? Ironisnya, justru si gadis Bule Boneka Barbie mencintai seseorang yang tidak akan menikah. Langit mencintai bumi, apakah semesta akan mendukungnya? Akankah ia merasakan cinta sebesar cinta yang diberikan Revan pada Cinta, Rosi pada Rahadi, atau Ginny Weasley pada Harry Potter?

**   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun