Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lembaran-lembaran Hidup: Aku Pun Ingin Hidup Normal

27 Februari 2017   07:12 Diperbarui: 27 Februari 2017   08:25 749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lembaran 6

Ayahnya jahat. Ia menyakiti tangan Princess itu. Emosi yang kuat membuatnya tega menyakiti putri kandungnya sendiri.

Bunda tak tinggal diam. Langsung saja ia memarahi suaminya dan mendiamkannya selama seminggu. Lalu, Bunda mengambil keputusan. Ia mengundurkan diri dari pekerjaannya. Hanya fokus merawat gadis satu-satunya. Karier tak lagi penting. Anak jauh lebih penting.

Bunda takkan pernah membiarkan anaknya bersama yang lain. 24 jam non-stop sang anak selalu berada dalam pengawasannya. Dengan Ayah, beliau pun tak mengizinkan. Ia tak bisa lagi mempercayai suaminya sendiri untuk menjaga anaknya.

Bunda selalu begitu. Selalu berkorban untuk anak permata hatinya. Dulu, sewaktu ia mengikuti festival tingkat nasional, Bunda tidak masuk kerja selama 5 hari untuk menemani, memberi spirit, dan menyaksikan dirinya berprestasi. Ayah? Mana mau meninggalkan kantor untuk dirinya. Alasannya ia punya bawahan dan tidak bisa cuti lama-lama. Begitu juga saat ajang pemilihan duta wisata di sekolah dan duta kampus. Pokoknya Bunda selalu ada untuknya tiap kali ia mengikuti momen-momen berprestasi itu. Selalu bercerita dengan bangga pada siapa saja. Selalu membanggakannya di depan keluarga besar dan orang di luar keluarga. Bukan untuk pencitraan, tapi untuk memotivasinya.

Sejak saat itu, Bunda melepas pekerjaannya di kantor. Bermetamorfosis menjadi ibu yang baik. Ibu yang paling sempurna. Ibu yang memberikan 24 waktunya hanya untuk anak. Kariernya dilepas, kantornya ditinggalkan, pekerjaannya disingkirkan, semuanya demi sebuah pengorbanan. Oktober 2015, Bunda resmi mengundurkan diri dari pekerjaannya.

**    

7 Juli

Lembaran 7

Selain dunia modeling, radio, dan novel, ia juga suka dunia medis. Cita-citanya adalah psikolog dan language terapyst. Terapis wicara untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Ia senang bisa membantu orang lain. Senang melihat kesembuhan, bangga mendengar perubahan ke arah positif.

Ia memulainya dengan konseling dan hypnotherapy. Trauma, Psikosomatis, Phobia, Anxiety Disorder, dan berbagai penyakit lainnya coba ia sembuhkan. Menyembuhkan dengan cinta, itulah prinsipnya. Mulai dari teman di DJ Arie Broadcasting School sampai Frater Seminari Montfort ia sembuhkan. Mulai dari model sampai biarawan-biarawati ia bantu. Semua pasien disayanginya. Mereka sudah seperti keluarganya sendiri. Ia bukan hanya menyembuhkan, tapi menyayangi dan mengasihi mereka. Dari situlah ketertarikannya sebagai praktisi kesehatan berawal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun