Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Telah Terikat Janji

14 Januari 2017   07:28 Diperbarui: 14 Januari 2017   08:10 1018
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin ia bukan bagian penting. Pastilah ia tidak ada apa-apanya dibandingkan biara dan komunitas religius itu. Ia hanya orang luar yang tiba-tiba masuk dalam kehidupan membiara lelaki itu. Bisa saja ia disebut gadis pengganggu, penggoda calon Imam, atau apa pun sebutan negatif lainnya.

Dirapatkannya selimutnya, didekapnya bonekanya makin erat. Pemuda itu pernah mengatakan untuk tidak bergantung kepadanya. Bahwa ia tak bisa membuang waktu untuk hal lain kecuali tugas kampus dan kehidupan berkomunitas. Sementara gadis itu? Mencoba memposisikan hidupnya secara seimbang. Kegiatan akademik dan non akademik berjalan selaras. Aktivitas sekuler diseimbangkan dengan aktivitas rohani. Tapi ternyata, pemuda dalam biara itu punya pandangan lain. Baginya, semua hal kecuali studi filsafat teologi dan hidup rohani bukanlah hal penting. Bukanlah hal yang pantas diperhatikan, cukup diabaikan saja.

Ayat ke-13 Surah Al Hujurat dan ayat ke-11 Ar-Ra’d adalah penghiburannya. Ia senang membaca kedua ayat itu. Mendalami artinya. Menghibur hatinya dengan dua firman Allah yang begitu indah.

Perlahan ia beranjak. Melepas selimutnya, meletakkan boneka dan Al-Qur’an. Berjalan meninggalkan kamar. Berhenti tepat di depan piano hitamnya.

Batinnya yang terluka mengarahkannya untuk menyanyi dan memainkan piano. Memejamkan mata, lalu memulai lagu. Ia membayangkan bagaimana rasanya bertukar posisi dengan Albert Arif. Bagaimana jika pemuda di dalam biara itu merasakan apa yang dia rasakan? Apakah dia masih sampai hati melukai perasaan gadis yang tulus padanya? Gadis yang mulai terbiasa atas sikapnya meski hatinya terasa sakit? Bagaimana jika situasi yang dihadapi gadis ini berbalik kepadanya? Tidakkah ia akan lebih sakit, hampa, dan terluka?

hadirmu hanya sekilas dihidupku

namun meninggalkan luka

tak terhapus oleh waktu

tertawa hanya tuk tenangkan jiwa

namun yang kurasa hampa

semua hilang tak tersisa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun