Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ikatan Batin: Kuatkah?

8 Desember 2016   05:13 Diperbarui: 8 Desember 2016   06:39 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Film yang mereka saksikan sama sekali tak membuat mereka ketakutan. Pertama, karena mereka sudah menontonnya beberapa kali. Efek seramnya tak lagi terasa. Kedua, mereka lebih tertarik melihat hal lucu atau janggal di dalamnya dari pada melihat hantunya.

Di dekat teman-temannya, Maurin merasa bahagia. Semua problemnya bisa terangkat sejenak. Hal ini ia curahkan pada pembimbing spiritual, pakar cinta, pembimbing hypnotherapy, sekaligus praktisi kesehatan yang telah banyak mengajarinya tentang ilmu medis dan psikologi. Ia utarakan kebahagiaan dan kerinduannya pada paduan suara. Sekali pun ia tidak bisa menceritakan semua masalahnya, namun kehadiran mereka sudah cukup membantu.

**    

Selesai melewatkan waktu dengan PSM, kali ini Maurin quality time dengan Mama tercintanya. Makan malam di sebuah restoran di bagian timur Bandung dengan menu favorit mereka. Papa tidak ikut, mereka hanya pergi berdua.

“Papamu kan paling susah diajak bepergian,” kata Mamanya ketika Maurin mempertanyakan mengapa Papa jarang sekali pergi bersama mereka.

“Hmm...gitu ya. Mama bahagia menikah sama Papa? Dengan perbedaan umur yang jauh dan perbedaan lainnya?” selidik Maurin.

“Ya, Mama bahagia. Papamu itu jodohnya Mama. Tidak masalah kok dengan perbedaan usia. Justru lebih baik menikah dengan pria yang umurnya jauh lebih dewasa.” Jelas Mama ringan.

Gadis itu hanya terdiam. Pelan memainkan syal di lehernya. Tak sadar jika Mama telah memotretnya dan mengirim foto itu ke grup keluarga. Keluarga besar memang memiliki grup. Gunanya agar bisa saling berkomunikasi setiap waktu meski dipisahkan jarak dan waktu.

“Aku ingin suatu saat nanti cucu-cucunya Eyang Putri berkumpul semua, lalu foto studio.” Maurin mengutarakan keinginannya.

“Semuanya?”

“Iya...termasuk anak angkatnya Pakde juga, Arif. Ooooh...aku ingin sekali bertemu Arif. Tahun depan dia masuk TK, ya? Ma, kenapa Pakde dan Bude tidak pernah membawa Arif saat kumpul keluarga?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun