Ucapan sang Ketua PSM ditingkahi seruan dari para anggotanya. Kenyataannya memang demikian. Rata-rata anak yang sibuk berorganisasi itu memiliki kisah cinta yang kurang mulus. Mereka dipersatukan lewat organisasi itu, lantaran kesamaan hobi, nasib dalam soal asmara, dan visi.
**
“Lebih baik bangun cinta, dari pada jatuh cinta...jatuh itu sakit bangun itu semangat. Lebih baik bangun cinta dari pada jatuh cinta. Meski tak mudah...namun cinta jadi punya tujuan.”
Di sekre PSM, anak-anak itu lebih ekspresif lagi. Segala sikap sempurna dan memesona mereka di atas panggung berganti dengan pelampiasan perasaan. Di bawah iringan piano yang dimainkan Yudha, mereka bernyanyi. Menumpahkan rasa yang tersisa dalam dada lewat untaian lirik lagu.
“Mudah-mudahan event berikutnya Hari Sabtu,” kata Stevani penuh harap.
“Kenapa?” tanya Yudha, alisnya terangkat.
“Biar malamnya kita bisa kayak gini. Main bareng, nyanyi bareng, dan Malam Minggunya jadi nggak kesepian.” Sahut Stevani.
“Setuju setuju!”
Tak puas hanya bermain piano, mereka lanjutkan dengan menonton film. Film horor menjadi pilihan. Bukannya takut, mereka justru tertawa dan mengomentari hal-hal yang menurut mereka lucu.
“Ya ampun, itu rumah apa Gua Jepang ya?”
“Gua Belanda kali...”