"Enggak! Kamu enggak boleh nonton!"
"Kenapa, Yang?"
"Ayang inget inget enggak? Besok kita mau coba baju pengantin udah pas belum. Aku enggak mau, ya, kita telat lagi kek tadi pagi."
"Enggak bakalan telat, Yang."
"Enggak ada jaminan kamu enggak akan telat. Pokoknya aku enggak mau kamu nonton!"
"Jangan egois gitu dong, Yang. Selama ini aku sudah ngalah sama kamu."
"Kamu bilang aku egois? Nggak salah? Aku yang tiap saat ngalah sama kamu, Yang. Soal undangan, foto prewed, baju pengantin, aku ngalah sama maunya kamu. Terus kamu bilang aku egois?!"
"Kok malah jadi melebar ke mana-mana, sih, Yang. Pokoknya ntar malem aku mau pergi."
"Ya udah sana pergi. Enggak usah kembali sekalian!"
Aku menutup telepon dengan napas memburu. Ponsel kulemparkan ke ranjang begitu saja. Lalu, tubuhku perlahan terduduk ke lantai.
Amarah masih menyelubungi diri saat pintu berderit dan terdengar derap langkah mendekat. Sebuah usapan lembut mendarat di kepala bagian belakangku.