"Ta?" Panggil Nabila kepada Aleta yang berada tepat di sebelahnya, dan masih berkutat dengan rumus-rumus.
"Hm," Gumam Aleta sebagai jawabannya.
"Gue boleh nyerah nggak sih?" Tanya Nabila yang tampak lesuh. Aleta mengernyit heran, ketika mendengar Nabila mengucapkan itu.
"Maksud lo?" Tanya Aleta tanpa mengindahkan pandangannya dari buku.
"Setelah gue pikir-pikir yang pantes buat maju lomba itu elo Ta, bukan gue," Terdengar suara Nabila begitu lemah dan pasrah.
"Bil lo nggak kesambet kan?" Tanya Aleta untuk memastikan bisa saja Nabila saat ini kesurupan hantu di perpustakaan sekolah mereka yang katanya itu horor. Nabila pun hanya menggeleng dengan menampilkan wajah melasnya.
"Ck, Bil lo tuh belum perang loh, masak lo udah nyerah aja sih?" Kesal Aleta ketika melihat wajah Nabila sudah tak bersemangat lagi.
"Ta lo kan tau sendiri, gue dari kecil nggak bisa kalau harus belajar sendiri, selalu ada bunda buat bantu gue, tapi berhubung bunda lagi hamil adek gue, gue rasa lo yang harusnya maju Ta," Memang dari Nabila kecil yang selalu menemaninya belajar dan selalu mengajarinya adalah bundanya. Aleta pun membuang nafasnya kasar, sembari meletakkan penanya di atas meja.
"Jadi lo nyerah? Aduh padahal dulu waktu gue mau nyerah buat nggak ikut lomba cerdas cermat waktu SD, ada anak jelek yang selalu nyemangatin gue loh, katanya gini. 'Cemangat Leta, kamu jangan nyerah gini dong, padahal perangnya kan belum mulai" Tutur Aleta dengan menirukan gaya bicara Nabila waktu menyemangatinya saat SD dulu.
"Haha ha.. iya iya gue inget," Nabila tidak bisa lagi menyembunyikan tawanya ketika mendengar Aleta menirukan gayanya waktu kecil, ditambah lagi ekspresi wajah Aleta terlihat sangat tidak cocok dengan Aleta yang sekarang terkenal judes.
"Nah aslinya lo tuh jangan nyerah, kayak apa yang diucapkan sama Nabila kecil, yang katanya jangan nyerah kalau perangnya belum dimulai,"