“Pulangnya kapan, Lin?”
“Kalau tidak macet, sekitar setelah maghrib mungkin.”
“Memangnya macet, ya?” Aku mulai kesal. Ini manusia asing banyak tanya sekali.
“Kapan sih Jakarta tidak macet?
“Haduh kasihan sekali kamu, Lin. Pasti pengap banget, kan, di dalam mobil? Semangat, ya, Lin.” Aku yakin ini pasti laki-laki.
“Iya terima kasih. Kamu siapa, sih? Lalu mengapa kamu menanyakan aku pulang kapan?”
“Aku mau memberikan sesuatu.”
“Apa?”
“Foto. Kalau kamu sudah datang, beri tahu aku lagi, ya.”
Tunggu. Foto? Apa itu foto prom? Kalau pun iya, dia adalah Anhas! Perasaanku berubah tak karuan. Pasti dia ingin membahas surat itu. Tuhan, apa yang harus kukatakan ketika bertemu dengannya?
***