Mohon tunggu...
KUNTJOJO
KUNTJOJO Mohon Tunggu... Lainnya - Saya menikmati menulis karena saya senang bisa mengekspresikan diri dan ide-ide saya.

"Menulis sesuatu yang layak dibaca atau melakukan sesuatu yang layak ditulis."

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori Belajar Behaviorisme

24 Desember 2022   10:00 Diperbarui: 28 Desember 2022   20:33 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Eksperimen Pavlov terdiri dari 3 tahap: 1) sebelum pengkondisian, 2) selama pengkondisian, dan 3) setelah pengkondisian, diilustrasikan dalam gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2: Prosudur pengkondisian klasik Pavlov (Sumber    : Ciccarelli & White, 2015: 178)
Gambar 2: Prosudur pengkondisian klasik Pavlov (Sumber    : Ciccarelli & White, 2015: 178)
Eksperimen sebelum pengkondisian berupa tindakan memperdengarkan suara metronom pada anjing. Ternyata setelah mendengar bunyi metronom air liur anjing tidak keluar. Dalam eksperimen ini bunyi metronom adalah stimulis netral (neutral stimulus, sering disingkat NS) karena bunyi metronom tidak ada hubungannya dengan makanan.

 Eksperimen selama pengkondisian dilakukan dengan membunyikan metronom (NS) yang diikuti dengan menyajikan bubuk daging, menyebabkan air liur anjing keluar. Penyajian makanan merupakan stimulus tidak bersyarat (unconditioned stimulus, disingkat UCS) karena makanan menyebabkan keluarnya air liur.  Air liur anjing dapat keluar meskipun hanya melihat makanan saja. Keluarnya air liur anjing merupakan respons tanpa syarat  (Unconditioned Response, disingkat UCR).

 Eksperimen setelah pengkondisian berupa tindakan memperdengarkan bunyi metronom saja kepada anjing, dan ternyata air liur anjing juga keluar. Setelah pengkondisian, bunyi metronom merupakan stimulus bersyarat (Conditioned Stimulus, disingkat CS) dan keluarnya air liur disebut respons bersyarat (Conditioned Response, disingkat  CR).

Makna kejadian keluarnya air liur ketika anjing  mendengar bunyi metronom dapat dijelaskan sebagai berikut.  Bahwa bunyi metronom tersebut pada mulanya sebagai stimulus netral. Artinya, awalnya tidak menghasilkan respons air liur karena bunyi metronom bukan sesuatu yang dapat mengatasi rasa lapar anjing. Namun, Pavlov berhasil mengubahnya dengan memasangkan bunyi metronom dengan stimulus (bubuk daging) yang menghasilkan respons air liur. Melalui proses ini, bunyi metronom memperoleh kapasitas untuk memicu respons berupa keluarnya air liur. Apa yang telah ditunjukkan Pavlov adalah bagaimana asosiasi stimulus-respons, merupakan blok bangunan dasar belajar --- dibentuk oleh peristiwa di lingkungan organisme (Weiten, 2017: 185).

Banyak dari perilaku manusia yang terbentuk oleh pasangan rangsangan tertentu. Misalnya, ketika mendengarkan suatu lagu atau mengunjungi suatu tempat, kemudian memicu memori tentang kejadian-kejadian yang telah berlalu. Ketika asosiasi seperti itu berarti seseorang mengalami pengkondisian klasik.

2. Thorndike: Koneksionme

Edward Lee Thorndike (1874-1949), merupakan tokoh behaviorisme dari Amerika Serikat yang mengembangkan teori koneksionisme. Teori ini menekankan bahwa perilaku dimulai dengan refleks terkondisi dan respons alami dan perilaku baru dihasilkan dari perolehan ikatan baru melalui pengalaman. Thorndike merumuskan hukum-hukum utama belajar atas dasar pemahamnnya pada koneksionisme.

Konsep-konsep dasar teori koneksionisme Thorndike, sebagaimana diungkapkan oleh Schunk (2012: 73-74) secara ringkas adalah sebagai berikut.

  • Bahwa jenis belajar yang paling mendasar melibatkan pembentukan asosiasi atau koneksi antara pengalaman sensorik (persepsi rangsangan atau peristiwa) dan impuls saraf (tanggapan) yang memanifestasikan diri secara perilaku.
  • Semakin sering terjadi  respons tertentu terhadap rangsangan tertentu, semakin kuat tanggapan terkait dengan rangsangan itu.
  • Paradigma teori SR (stimulus -- response) adalah belajar trial and error di mana respons-respons tertentu mendominasi. Pada belajar trial-and-error terjadi secara bertahap saat respons yang berhasil ditetapkan dan respons yang tidak berhasil ditinggalkan.
  • Bahwa belajar  manusia lebih kompleks karena melibatkan hubungan ide, menganalisis, dan menalar.  Meskipun demikian, kesamaan hasil penelitian dari hewan dan studi manusia dapat digunakan untuk menjelaskan belajar kompleks dengan dasar prinsip-prinsip dasar belajar.
  • Proses belajar berdasarkan Teori Thorndike terdiri dari tiga hukum utama: (1) hukum akibat (the law of effect, (2) hukum kesiapan (the law of readiness), (3) hukum latihan ( the law of exercise).

3. J. B. Watson: Behaviorisme

John Broadus Watson (1878-1958),  dari Amerika Serikat, adalah seorang tokoh yang menciptakan dan mempopulerkan istilah behaviorisme dengan mempublikasikan pandangannya dalam artikel ilmiah pada tahun 1913 dengan judul "Psychology as the Behaviorist Views It". Dalam artikel tersebut, Watson berpendapat bahwa psikologi telah gagal dalam usahanya untuk menjadi ilmu alam, sebagian besar karena fokus pada kesadaran dan fenomena yang 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun