" Beres dulu prasaan namax gak pkai Gita ?"
" iya itu pnggilan sayng tmnq, shg ku pakai smpai skrg!"
" wow  keren, itu panggilan dari pcarmu dulukan?"
" iiihhh tdk deh, memang aku sngat.....pdnya, dia pun kyaknya gitu, tp tdk trsmpaikan!"
" smpai skr tdk ketmu dia ya, hihihih...kaciyan!" Aku pura-pura tertawa padahal dalam hatiku sebal dan kecewa banget. Aku bisa menebak bahwa laki-laki yang dimaksud Anindia adalah Winaryo Tulus.
" iya ..orgnya sejak kelas 3 SMP dl kan transmigrasi, ke luar pulau!"
Aku mengakhiri obrolan kami, dengan alasan sibuk dan nanti kita sambung lagi. Betul dugaanku Anindia ternya lebih menyukai Winaryo. Apa alasan Anindia padahal aku lebih pandai, lebih kaya dan lebih segala-galanya dari Winaryo.
Bagian 4
Aku teringat saat itu aku kelas 2 SMP Nasional. Aku sebagai ketua OSIS setelah memimpin rapat untuk kegiatan HUT sekolah yang dibarengkan dengan HUT RI. Sebenarnya sekolahku berdiri pada bulan Juli, tepat pada tahun ajaran  baru waktu itu. Guna menghemat anggaran dan tidak menyitah pelajaran setiap tahun selalu dibarengkan dengan HUT RI atau hari kemerdekaan.
Tulus sebagai seksi seni mengusulkan adanya pentas seni sebagai penutupan kegiatan. Akupun mengiyakan usulan itu termasuk beberapa seksi dan pengurus yang lain. Sementara Anindia sebagai seksi penggalangan dana. Aku sengaja Anindia selalu aku libatkan dengan urusanku dalam kegiatan OSIS. Hal ini bertujuan, agar aku selalu deklat dengan dia.
Sering aku dengar lewat sahabat Anindia yaitu Lilik Handayani, bahwa Akbar kamu dapat salam dari Anindia. Selain sering kirim salam lewat sahabatnya tersebut Anindia sering kepergok sedang mnecuri pandang ke arahku.