Teman-teman segera mempersilahkan aku makan, tapi aku menolaknya karena aku tidak berselera.
" Bar gak makan?", kata Anindia
" Sudah tadi!", jawabku
" Bar Tulus, tidak japri kamu, kok belum datang ya?", tanya Anindi sambil celingukkan
" Mungkin, tidak bisa datang !"
" Pasti dia datang, sudah belikan dia tiket pesawat pulang-pergi kok!",
" Oh ..yaaa!", Aku tersentak kaget, tidak sengaja aku setengah berteriak
Aku segera pergi dari hadapan Anindia dengan alasn ke teman-teman yang lain, padahal aku muak mendengar cerita dia. Anindia sampai mau-maunya membelikan karcis.
Hampir dari separuh teman-teman sudah mohon diri berpamitan. Aku lihat jam di tanganku sudah menunjukkan pukul 14.15 WIB. Tak lama berselang Anindia dan keluarganyapun balik. Dari jauh dia berteriak dan melambaikan tangannya untuk berpamitan padaku. Aku hanya menganggkat kedua jempolku.
Aku jelas melihat kekecewaan yang berat di wajah Anindia, mungkin dia keceewa hingga saat ini, Winaryo Tulus belum datang juga. Aku berpikir keras kenapa sih semua begitu kebetulan. Kebetulan Aku bertemu Anindia di toko itu, aku kebetulan bergabung dengan goup teman-teman SMPku, apakah semua hidup ini semua serba dengan kebetulan. Aku menoleh kesekelilingku semua teman-temanmu sudah balik.
Bagian 6