Mohon tunggu...
Kromo Aji
Kromo Aji Mohon Tunggu... Guru - Keluargaku sebagian dari surgaku

Menuimbuhkan minat menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Anin-Dia

10 Februari 2020   08:16 Diperbarui: 10 Februari 2020   08:17 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Wauuu sudah 28 tahun kita tidak bertemu, kau tampak berwibawa banget!" kata Anindia nerocos begitu saja. Tanganku ditarik diajak masuk ke dalam toko. Rupanya toko besar ini milik Anindia.

            Aku diperkenalkan pada suaminya, yang kebetulan sedang duduk di tempat kasir. Kembali aku terkejut bak disambar petir.

" Itu Winaryo Tulus?", kataku dalam hati Winaryo Tulus adalah sahabat SMP ku, teman paling akrabku, dia sekitar kelas 9 ikut ayahnya transmigrasi ke Lampung.

" Haaii...bengong, ini suamiku!", kata Anindia membuyarkan lamunanku.

" Hai saya Faiz suami Anindia!", kata lelaki itu yang tak lainadalah suami Anindia.

" Gila mirip banget dengan Winaryo Tulus!", kata ku dalam hati

Akupun bergegas pamit, setelah mengobrol hampir 25 menit, dan memilih baterai yang ku maksud, malah aku dapat baterai gratis. Sementara beberapa mobil mulai bergerak pelan. akupun men-stater mobil dan perlahan melaju. Aku gugup bercampur emosi, cemburu melihat Anindia, sehingga ketika dia meminta nomor HP-ku aku tidak begitu menghiraukan.

            Dalam mobil aku mendengarkan lagu Always   dari Bon Jovi kegemaranku, sengaja musik tersebut aku keraskan. Aku kembali membayangkan wajah Anindia. dengan senyum dan logat cara bicaranya yang tidak berubah sejak SMP dulu. Senyum dan tawanya renya, dia tipe wanita pendiam tapi cukup ramah, dan mudah bergaul pada siapa saja.

" Kenapa Suaminya,mirip banget sama Tulus ya?", kata-kata itu sudah berpuluh-puluh kali melintas dalam benak dan pikiranku. Kenapa dia memilih suami tidak mirip aku. Gila banget, sialan. Bukankah ketika SMP dia naksir aku, bukan naksir Tulus Winaryo. Pikiran jadi melantur ke mana-mana. Kenapa aku harus ketemu Anindia tadi, kenapa harus macet jalanan tadi, kenapa aku beli baterai.

Pikiranku semakin kacau dan kalut, aku berusaha memikirkan hal lain, tetapi selalu saja wajah Anindia yang kembali muncul dan terus-menerus muncul. Ayo ke luar engkau dari lamunanku, jangan datang  lagi menggangguku ku.

            Tak terasa sudah dua jam perjalanan, dan kini aku sudah memasuki pintu ke luar Tol Sidowayah Bangil. Jarak rumah ku dengan jalan tol, memang tidak begitu jauh, hanya sekitar 10 menit. Aku memasuki kompleks perumahan, klakson mobil ku bunyikan. Terliah Mbak Minah  muncul dan membuka pagar rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun