Mohon tunggu...
Krani Pratiwi
Krani Pratiwi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

PSYCHOLOGIST is my future goals, http://kranisumantri.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hanya Cerita Fiktif

23 Februari 2016   22:59 Diperbarui: 23 Februari 2016   23:43 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Aku anggap surat ini, tak pernah ku baca, aku anggap ucapanmu barusan adalah halusinasiku saja, aku anggap semua selesai sekarang”

Aku memang tak berhak untuk memintanya melanjutkan pernikahannya hanya karna undangan yang sudah disebar, tapi aku perempuan, entah akan sehancur apa perasaan Sarah jika seandainya pernikahannya harus batal hanya karna kebodohan kami yang saling diam dalam mencintai.

“Semua berubah Karin, saat kau datang kembali, perasaanku pada Sarah sudah tak lagi sama. Bahkan tak pernah sama seperti perasaanku padamu. Lantas sekarang kau anggap semua selesai ?, tidak !! semua baru dimulai”

“Baiklah, silahkan mulai saja, tapi jangan aku pemainnya”

”Dalam cinta tak ada pemain pengganti, bagaiman bisa kau bukan pemainnya?”

“Bang,”

“Karin, jangan dengarkan aku, ataupun orang lain, dengarkanlah hatimu. Sampai kapan kau seperti ini?”

Terhentak sesaat mendengar ia terus mengungkapkan perasaannya. Ini mungkin akan menjadi indah, tapi sayang ini menjadi sangat suram. Aku kehabisan kata kata, aku tak bisa putuskan apa yang harus aku pilih, tapi satu, aku kecewa, sangat kecewa. Jika seperti ini jadinya, aku menyesal tahu semua ini.

**

Akhirnya cinta punya kisahnya sendiri. Aku tahu cinta ada untuk saling melengkapi, bukan untuk saling menjatuhkan. Sekalipun kisahnya tak semanis madu, tapi tetap cinta tak ada yang suram, ia selalu indah jika dilihat di waktu yang tepat dengan orang yang tepat pula. Kisahku mungkin seperti cerita sinetron yang memberikan harapan tinggi bagi para penontonnya, tapi untuk kisahku ini, aku akan berika sesuatu yang indah untuk para pembacaku.

Hari itu terakhir kami bertemu, Yaa..  karna setelah itu aku benar benar memutuskan untuk tinggal di London, dan membina keluarga kecilku disana. Zeid, dia sudah menikah  dengan seorang perempuan berdarah Minang, sekarang mereka tinggal di Kuala Lumpur Malaysia. Zeid mengembangkan usaha bisnisnya disana, senang rasanya melihat keharmonisan keluarga mereka. Bandung apakabar ?, Baik.. disana Sarah dan keluarganya hidup bahagia, sekarang Sarah memutuskan untuk menjadi seorang Dosen, sudah lama ia berhenti menjadi Pramugari, sejak ia menikah ia memutuskan untuk menetap di Bandung dan meninggalkan kariernya. Aku ? aku dan keluargaku jelas hidup bahagia, aku diberikan dua jagoan kecil, doaku sekali lagi dikabul Tuhan. Abang ?, masih tanyakan dia ?, jelas dia bahagia bersama keluarganya, keluarga kecil yang dibinanya bersamaku. Hari itu terakhir kami bertemu sebagai seorang sahabat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun