Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Melihat Nasib Pendidikan di Indonesia

2 Mei 2016   11:04 Diperbarui: 2 Mei 2016   12:33 1875
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Itulah yang diutarakan Dhimas Kaliwattu dalam ulasannya. Ia menilai ada banyak sekali permasalahan pendidikan di Indonesia. Mulai dari mahalnya biaya pendidikan hingga tidak jelasnya model dan arah pendidikan yang kini diselenggarakan.

Bahkan ia menilai, pendidikan kita memang terbang tinggi, meroket sendirian dan meninggalkan anak-anak yang ingin meraihnya.

Pendidikan yang sekarang sangat jauh dari nilai ketimuran. Moralitas serta kebijaksanaannya menurun drastis. Bahkan berdasarkan data yang didapat Dhimas dari Litbang Kompas, banyak orang tua yang mengeluhkan anaknya ternyata susah diatur dan sangat mudah membangkang. Artinya ada yang salah dari sistem pendidikan kita.

Guru adalah posisi krusial dalam pendidikan. Oleh karena itu kesejahteraan guru harus diperhatikan. Namun kesejahteraan guru tampaknya masih jauh dari harapan. Banyak guru yang pagi mengajar, sore ngojek dan malam berjualan. Masih banyak guru yang tidak mendapat kesejahteraan yang layak.

Dalam rangka mengisi ruang-ruang kemerdekaan dan masa pembangunan indonesia, maka harus dilipatgandakanlah semangat juang si-guru tersebut.

Pendidik kita harus dibekali dengan iman dan ilmu yang kemudian mengamalkan dengan ikhlas pada didiknya. Guru harus berupaya agar anak yang dididiknya lebih pintar dan lebih hebat dari dirinya.

5. Hardiknas 2015 Masih Ingat Pancasila?

1614352upacara-inklusi780x390-5726d17a2f97731a056cd0d4.jpg
1614352upacara-inklusi780x390-5726d17a2f97731a056cd0d4.jpg
Anak berkebutuhan khusus menjadi pembawa Pancasila. Kompas.com

Pancasila memang sudah diajarkan selama 12 tahun di sekolah negeri ini. Bahkan sampai ke Perguruan Tinggi, Pancasila terdapat dalam kurikulum pada Semester I sebagai mata kuliah wajib.

Artinya generasi muda Indonesia yang mendapat kesempatan mengecap pendidikan nasional sudah hapal apa itu Pancasila. Memory permanent anak muda yang hanya berpeluang duduk di SD pun pastilah hapal urutan ke 5 sila Pedoman Bangsa Indonesia.

Namun menurut Thamrin Dahlan akibat Pancasila hanya diajarkan seadanya maka jangan heran bila masyarakat masih menyaksikan huru hara yang disebabkan oleh oknum pelajar atau mahasiswa.

Tawuran antar pelajar masih sering terjadi di mana mana. Pelajar menganggap anak anak dari sekolah lain sebagai lawannya. Tampaknya pelajar itu mendapat warisan perseteruan antar sekolah yang berdekatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun