Itulah yang diutarakan Dhimas Kaliwattu dalam ulasannya. Ia menilai ada banyak sekali permasalahan pendidikan di Indonesia. Mulai dari mahalnya biaya pendidikan hingga tidak jelasnya model dan arah pendidikan yang kini diselenggarakan.
Bahkan ia menilai, pendidikan kita memang terbang tinggi, meroket sendirian dan meninggalkan anak-anak yang ingin meraihnya.
Pendidikan yang sekarang sangat jauh dari nilai ketimuran. Moralitas serta kebijaksanaannya menurun drastis. Bahkan berdasarkan data yang didapat Dhimas dari Litbang Kompas, banyak orang tua yang mengeluhkan anaknya ternyata susah diatur dan sangat mudah membangkang. Artinya ada yang salah dari sistem pendidikan kita.
Guru adalah posisi krusial dalam pendidikan. Oleh karena itu kesejahteraan guru harus diperhatikan. Namun kesejahteraan guru tampaknya masih jauh dari harapan. Banyak guru yang pagi mengajar, sore ngojek dan malam berjualan. Masih banyak guru yang tidak mendapat kesejahteraan yang layak.
Dalam rangka mengisi ruang-ruang kemerdekaan dan masa pembangunan indonesia, maka harus dilipatgandakanlah semangat juang si-guru tersebut.
Pendidik kita harus dibekali dengan iman dan ilmu yang kemudian mengamalkan dengan ikhlas pada didiknya. Guru harus berupaya agar anak yang dididiknya lebih pintar dan lebih hebat dari dirinya.
5. Hardiknas 2015 Masih Ingat Pancasila?
Pancasila memang sudah diajarkan selama 12 tahun di sekolah negeri ini. Bahkan sampai ke Perguruan Tinggi, Pancasila terdapat dalam kurikulum pada Semester I sebagai mata kuliah wajib.
Artinya generasi muda Indonesia yang mendapat kesempatan mengecap pendidikan nasional sudah hapal apa itu Pancasila. Memory permanent anak muda yang hanya berpeluang duduk di SD pun pastilah hapal urutan ke 5 sila Pedoman Bangsa Indonesia.
Namun menurut Thamrin Dahlan akibat Pancasila hanya diajarkan seadanya maka jangan heran bila masyarakat masih menyaksikan huru hara yang disebabkan oleh oknum pelajar atau mahasiswa.
Tawuran antar pelajar masih sering terjadi di mana mana. Pelajar menganggap anak anak dari sekolah lain sebagai lawannya. Tampaknya pelajar itu mendapat warisan perseteruan antar sekolah yang berdekatan.