Pemerintah China bahkan menunjuk perusahaannya sebagai penggerak industri otomotif nasional. Melalui perusahaannya, Fuzhou Golden Key Morotcycle, Co., Ltd., produknya didistribusi ke 29 provinsi di China.
Bak seorang konglomerat, Eddy terus mengembangkan usahanya. Ia membangun pabrik alat listrik dan peleburan baja untuk menopang usaha perakitan sepeda motornya.
Kendati Fuzhou menjadi markas bisnisnya, nama Eddy lebih harum di Putian. Di kota kelahiran ayahnya ini, ia membangun pabrik bir dan kaca.
Ia bekerja sama dengan Pemprov setempat. Berdiri di atas lahan sebesar 40 hektar milik pemerintah Putian.
Pabrik birnya berkembang pesat. Eddy dianugrahi banyak penghargaan. Sebagai pembayar pajak terbesar di Fujian 1995. Juga produsen minuman alkohol terbaik di China 1998.
Sejak itu, Eddy Tansil mendapat gelar sebagai "Raja Bir dari Fujian."
Namun, langkahnya tidak berjalan mulus. Pada tahun 1999, perusahaanya terkena indikasi penggelapan pajak. Entah di China, Jerman, atau negara lain. Investor asing, Beck's Beer dari Jerman mencabut investasinya pada perusahaan Eddy.
Setelah itu, pabrik bir Eddy masih bisa bertahan selama lima tahun. Hingga tahun 2003, mulai megap-megap.
Media lokal memberitakan, ia tidak bisa lagi membayar tagihan listrik hingga 4 juta RMB. Atau setara 8 miliar Rupiah di tahun 2005.
Kreditnya di Bank of China macet. Totalnya 2,3 triliun. Konon asetnya di beberapa tempat mulai disita oleh pemerintah China.
Namun, namanya tetap harum. Tersebab ia dianggap sebagai salah satu perintis usaha modern di China. Ia memajukan ekonomi dan memperkerjakan banyak orang. Khususnya di Putian, kota kelahiran leluhurnya.