Rudy memilih untuk menjadi milyarder dengan cara yang tidak jujur. Berbagai macam kegiatan lelang diikutinya. Ia dengan mudah meraup keuntungan ratusan miliar rupiah.
Aksinya bocor di tahun 2008. Laurent Ponsot, pemilik wine Burgundy, terbang ke AS untuk membongkar rahasianya. Acara lelang yang dilaksanakan oleh Rudy pun dibatalkan.
Anggur Clos st.Denis yang akan dilelang sama sekali tidak pernah diproduksi oleh perusahaan Ponsot. Rudy memalsukannya. FBI pun menangkapnya.
Rumah mewahnya di California digrebek polisi. Alat pembuat wine palsu ditemukan. Rudy divonis 10 tahun penjara.
Aksi tipu-tipunya mencapai 770 miliar rupiah. Saat ini, diperkirakan 30% wine langka yang berada di tangan para kolektor, adalah buatan Rudy. Semuanya palsu.
Film dokumenter produksi Netfilx mengangkat kisahnya. Sour Grapes (2016) bisa diunduh sekarang.
Film tersebut menyinggung hubungan Rudy dan Eddy Tansil. Konon aksi penipuannya dibackup oleh sang paman. Masih cukup lemah tuduhannya, tapi sanggup bikin garuk-garuk kepala.
Eddy Tansil, Dimanakah Engkau Berada?
Sejak kasusnya meruak di tahun 1993, banyak pihak yang menduga jika Eddy Tansil kini berada di China. Tepatnya, di Fujian. Daerah kelahiran ayahnya, Harry Tansil.
Bukan tanpa sebab. Golden Key Group yang dikomandoi Eddy telah getol melakukan investasi di China. Besar-besaran pula. Bahkan sebelum hubungan diplomatik Indonesia-China membaik.
Gurita bisnisnya di negara ini meliputi pabrik perakitan sepeda motor, plastik, baja, mebel, kaca, perkebunan teh, hingga pabrik bir. Pada tahun 1993, investasi Golden Key sudah mencapai 600 juta dollar AS.
Eddy memulai bisnisnya pada tahun 1991. Pabrik perakitan sepeda motor menjadi yang pertama.