Mohon tunggu...
Komodo Lawyers Club
Komodo Lawyers Club Mohon Tunggu... Jurnalis - Labuan Bajo, Manggarai Barat,NTT

KLCNews dan Investigator

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengenang Hari Guru Tahun 2021 dari Catatan Anak Guru yang Bukan Guru

26 November 2021   00:27 Diperbarui: 26 November 2021   19:54 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : mohon izin copas Pahamufi.com dan editan istimewa

Cerita ini semua saya dengar sewaktu SD di Waemata Lembor. Cerita-cerita itu sangat berkesan. Dari kejauhan Lembor saya merasa kangen untuk suatu ketika berada kembali di Wangkung, Mbehal, Golo Galang, Pungkang, sungai Wae Dangar dan Wae Baling. Serasa saya meninggalkan Taman Firdaus, Tanah Kanaan terjanji dan berada di pengasingan "Mesir" seperti cerita di Alkitab itu. Rindu kembali lagi. 

Dan, kerinduan itu terpenuhi pada tahun 2018 dan tahun 2021. Puas, kebahagiaan tak terhingga. Ketika kemarin saya menelpon Tomas Edi di Jakarta, ternyata ia mempunyai kerinduan yang sama, yang akan ia penuhi setelah masa pandemik ini berakir.

Itu tadi salah satu gambaran dunia guru di pedesaan tempo dulu. Mereka benar-benar pahlawan tanpa butuh tanda jasa. Seperti kata saya tadi, bahwa hampir pasti di seluruh pedesaan Indonesia seperti itu. Bahkan di seluruh dunia.

Buku kehidupan para guru dan muridnya

Diatas tadi saya sebutkan bahwa perjalanan kehidupan guru itu semacam Buku Kehidupan. Dicatat oleh guru itu sendiri. Guru itu juga mendampingi para muridnya untuk mencatat di buku kehidupan mereka, termasuk mendampingi anaknya sendiri. 

Buku catatan kehidupan itu sesungguhnya adalah hati dan pikiran manusia. Tempat buku itu dicatat adalah dimana kita berada di dunia, mulai lahir, sepanjang hayat dikandung badan, dan baru berhenti menulis saat tutup meninggal. 

Bagi saya pribadi, bagian Pendahuluan dari Buku Kehidupan saya itu mulai ditulis di lembah Wangkung, yang saya sebut kini sebagai Tanah Firdaus, dimana saya diciptakan pertama di dunia ini.

Kalau mengikuti kesimpulan saya itu, maka tempat dimana manusia tercipta dan terlahir hingga kini, sesungguhnya adalah Taman Firdaus (Taman Eden). Dimana Firdaus itu? Planet bumi ini to! 

Nah, setelah melewati kematian, berharap kita berada kembali di Firdaus abadi, an eternal life (surga). Di berbagai suku, agama dan ras di dunia ini terdapat kepercayaan dan keyakinan seperti itu dalam nama yang berbeda. 

Tapi intinya sama, yaitu surga. Itu karena diyakini adanya kehidupan abadi setelah mati. The new life after life. Semua perbuatan baik akan bermuara ke situ setelah hidup sementara di dunia ini.

Dalam iman Kristen, untuk sampai ke surga itu harus melalui Yesus Kristus yang telah berkata, "Akulah Jalan, Kebenaran dan Kehidupan Abadi. Barangsiapa mengikuti Aku, akan tiba di sana, di surga" (kata2 itu tertulis di Buku Injil ). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun