Lalu kelima anjing itu menghilang dari rumah. Eh, kira-kira 3(tiga) jam kemudian, sekitar pukul 15.00, dari dalam hutan Bowosie terdengar lo'eng acu (gonggongan anjing mengejar buruan). Makin lama makin terdengar keras, artinya semakin mendekati halaman sekolah. Dan, tiba-tiba seekor rusa masuk halaman sekolah, ia berlari kebingunan penuh ketakutan sergap anjing.Â
Rusa itu lari sampai di bawah kolong rumah. Di situlah anjing-anjing mengeksekusi sehingga rusa itu tidak berkutik. Lalu Bapa Nober dan Bp Petrus Tauk melakukan eksekusi lanjutan bersama Amang Domi Dala yang saat itu sedang perbaik rumah sekolah Wangkung. Kami semua gembira. Mama saya heran, anjing Ngger Nia, Ngger Lau dkk itu mengerti rupanya. Mama berterimakasih kepada anjing-anjing itu dan bersyukur kepada Tuhan. Kamipun makan daging, juga anjing-anjing itu kebagian makan enak. Berpesta !
Waktu saya ceritakan kembali kepada orang-tua di Wangkung tanggal 23 November 2021 ini, mereka membenarkan cerita itu.
Saya juga menceritakan bahwa "sewaktu saya tadi dalam perjalanan ke sini, saya berhenti sejenak di sungai Wae Dangar. Nama pertama saya diambil dari nama sungai ini. "Oh begitu ya", reaksi heran mereka. Lalu saya lanjutkan, " saya turun ke sungai, ke arah hulu, cari tempat sepi. Saya cebong laco (mandi tanpa busana). Sebagian saya minum air Wae Dangar sampai kenyang.Â
Saya imaginasikan bahwa saya sedang mandi dan minum air yang mata airnya dari surga. Hanya udang jarang terlihat, mungkin udang-udang itu malu karena melihat ada sesuatu seperti belut berada di  lengkak gaku ( selangkangan saya), hua haha haha... ". Mereka semua tertawa meledak, tapi tahu ini tombo joak (cerita bohong) untuk bikin ketawa. "Haha.. ae, ca hoo jaong jopak jambor gau ra Jon.. ( kau cerita bohong tapi baik supaya ketawa)" kata mereka sambil kami semua melanjutkan tawa yang tersisa.
Padi jagung, buah, susu, madu dan daging
Di Wangkung itu dulu, tidak susah makanan. Beras, jagung, buah-buahan ( mangga, pepaya, nangka, anggur hutan), daging, susu (susu kambing) dan madu hutan, sayur amat cukup. Udaranya sejuk. Matahari bersinar terang di siang hari, malam gelap gulita.
Lampu malam terbuat dari lilitan kemiri campur kapas pada sebatang lidi belahan bambu. Pasa waktu tidur malam gelap gulita, tanpa lampu, hingga terang kembali saat matahari terbit esok pagi.Â
Suara satwa di kegelapan malam terdengar seperti koor natural alami, seolah melantunkan pujian dan sorak sorai kepada Sang Pencipta atau berpesta sesama mereka.Â
Tidur nyenyak di rumah kolong yang terbuat dari kayu, dinding gedek dan atap alang-alang. Satwa penjaga malam terhadap ular pithon yang mencari mangsa adalah kelima anjing itu.
Dan hampir pasti hal ini adalah gambaran kondisi untuk semua guru di pedalaman kawasan terpencil di seluruh Manggarai Raya, Flores, NTT, Indonesia umumnya, bahkan dunia.