Selain sebagai tempat mandi dan cuci, juga sebagai tempat mencari katak, belut, ikan mujair dan udang. Kalau mau lebih banyak dapat udang, orang pergi ke satu kolam pertemuan dua sungai itu, namanya Tiwu Serdindung. Itu seperti gudang udang, belut dan ikan mujair. Â Tiwu Serdindung itu masih ada hingga kini.
Theo Tulur, guru muda, jatuh cinta kepada nona Bibiana Muel di Wangkung
Seorang pemuda asli Wangkung saat itu, juga guru muda, Theo Tulur namanya (sudah almarhum, ayah dari Aloysius Unditu di Jakarta, ibu guru Maria Goreti Sukacita dan Maria Maryani di Labuan Bajo saat ini) jatoh cinta dengan adik mama saya, yang saat itu datang dari kampung Bibang, Kempo, pesiar di SD Wangkung, namanya Bibiana Muel.Â
Suatu pagi mama dan adik molas (gadis cantik) Bibi pergi cuci pakaian balita saya di sungai Wae Baling, yang hulunya di kampung Wangkung. Selagi mereka asyik cuci pakaian, seorang pemuda ganteng berjalan pelan dari arah kampung menuju SD. Ia mampir di mama dan adiknya yang sedang cuci, menanyakan apakah kakak Bp guru Nober ada di rumah. Rupanya pemuda itu sudah saling kenal dengan mama. Ia guru muda bernana Theo Tulur. Pertanyaan sudah di jawab, tapi si Theo masih tanya-tanya lagi. Mata si pemuda Theo terarah ke nona Bibi yang sedang tunduk cuci. Setelah ngobrol sejenak, pemuda Theo pergi. Tapi tampaknya ia berdiri lama di balik pohon besar tak jauh dari lokasi cucian, karena bunyi langkah kakinya tidak terdengar. Eh, ia ninik (intip) body sexynya nona Bibi. Lha  ... pas nona Bibi noleh ke pohon, yah, karena mau jemur pakaian di atas batu sungai, eh.. ketemu pandangan mata ninik si pemuda guru Theo. Naaah... itulah panah api cinta pada baku pandang empat mata pertama kalinya. Haha..eee to! Lalu pemuda Theo terus melangkahkan kakinya menuju rumah Bp Nober di sekolah. Baru lima langkah di tanah datar dari pohon tadi, eh kakinya terantuk hanya di batu kerikil kecil, itu gara-gara ia masih noleh lagi ke arah molas Bibi di sungai. Oleee.... ! Biar kuku ibu jarinya nyaris terlepas, berdarah, ia merasa seperti darah asmara cintanya tidak terbuang percuma. Busyeet !
Mereka akirnya menikah, tinggal di SD Betong. Saat ini saya berkesimpulan bahwa selain bertugas sebagai guru, ayah saya juga membantu dalam hal perjodohan. Membantu sesama guru yang disebut kini sebagai pahlawan tanpa tanda jasa itu, supaya tugas kepahlawanannya didampingi oleh wanita yang tepat. Mungkin ini salah satu tugas extra para guru.
Nama anak guru yang unik
Nama saya dan adik saya di buku catatan kelahiran ayah adalah Yohanes Wae Dangar, disingkat Jon, dan adik di bawah saya  Wilhelmus Wae Baling. Nama Wae Dangar dan Wae Baling diambil dari nama kedua sungai tadi. Tapi ketika masuk esde, sudah tau baca tulis, nama yang tertulis di ijasah SD adalah Yohanes Kadis, dan Wilhelmus Juni. Yah, itulah yang melekat sampai hari ini.Â
Ternyata ayah dan mama mengubahnya. Nama kakak-kakak saya yang lain diambil dari nama tempat dimana ia mengajar berpindah-pindah keliling daratan Manggarai tadi, dan nana itu sampai pada ijazah sekolah dan KTP.Â
Kakak diatas saya namanya Lungar, karena lahir di SDK Lungar, pusat Kedaluan Poco Leok, yang kini di wilayah Kecamatan Satar Mese, kabupaten Manggarai. Lungar ini adalah mama dari Mensa Ernesti, S.E., yang terkenal sebagai penyanyi life panggung pernikahan di Lembor, yang kini ASN bertugas di Kantor Kecamatan Lembor Selatan.Â
Di atas itu Petrus Rewung, lahir di Ponggeok, pusat kedaluan Pongkor saat itu, Kecamatan Satar Mese sekarang ini. Diberi nama Rewung, karena di tempat itu sering kabut, berawan. Rewung bahasa Manggarai = awan, kabut.Â