Mohon tunggu...
Komodo Lawyers Club
Komodo Lawyers Club Mohon Tunggu... Jurnalis - Labuan Bajo, Manggarai Barat,NTT

KLCNews dan Investigator

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengenang Hari Guru Tahun 2021 dari Catatan Anak Guru yang Bukan Guru

26 November 2021   00:27 Diperbarui: 26 November 2021   19:54 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : mohon izin copas Pahamufi.com dan editan istimewa

Hari ini adalah Hari Guru yang diperingati secara nasional di seluruh Indonesia, setiap tanggal 25 November. Pada hari ini saya merayakannya dengan berkontribusi melalui tulisan kesaksian saya selaku anak guru SD (Sekolah Dasar) yang mengajar di pedalaman Manggarai, Flores, NTT. 

Ayah saya lahir tahun 1924 di kampung Loha, Kempo, di lereng pegunungan Mbeliling, Kabupaten Manggarai Barat, dengan nama Nobertus Nuba. Mengikuti sekolah dasar 6 tahun di Tado, Kempo, lalu kemudian mengikuti Sekolah Guru di Ruteng. Ia mulai menjadi guru sejak tahun 1948 sampai 1975 saat ia meninggal dunia.

Sebagaimana guru-guru lainnya pada zaman itu, mereka keliling Manggarai, dari sekolah ke sekolah. Yang saya tahu ia pernah mengajar di Ponggeok, Kedaluan Pongkor, lalu di Lungar, pusat kedaluan Pocoleok (sekarang Kec.Satarmese, Kab.Manggarai), di Ruteng, Pagal di Kab.Manggarai, di Wangkung Boleng ( sekarang Kecamatan Boleng, Kab.Manggarai Barat), dan terakir di SD Waemata, yang dulu sebagai wilayah Kedaluan Wontong, tapi sekarang Kec.Lembor. Ia meninggal & dikuburkan di sana.

SDK (Sekolah Dasar Katolik) adalah sekolah yang dibangun Gereja Katolik dibawah Yayasan Sukma. Guru tidak menetap di satu sekolah ketika mereka masih muda. Karena itu selalu berpindah dari satu sekolah ke sekolah lain. 

Jalan kaki bersama sekeluarga meniti jalan setapak. Naik turun gunung, nyebrang sungai sudah biasa. Lama mengajar di satu sekolah sekitar 4(empat) tahun. 

Di tempat mengajar mereka berkebun, tanam padi dan jagung.  Gaji tidak cukup, lagian tiap 3(tiga) bulan baru gaji diterima tunai. Saya masih ingat, satu sekolah itu paling banyak ada 3(tiga) orang guru. Biasa hanya 2 (guru). Mereka mengajar dari kelas 1 sampai kelas 6. Tidak pakai buku dan balpoint, tapi papan tulis dicat hitam dengan kapur tulis. Muridnya pakai batu tulis, balpointnya disebut 'kalam", terbuat dari batu juga. Yah, seperti pensil tapi terbuat dari batu. 

Singkatnya, cara penyerapan ilmu waktu SD itu adalah dengan lisan dan pendampingan guru secara ketat. Hasil yang dicapai adalah siswa bisa baca tulis dan pintar. Saya mengalami pemakaian batu tulis dan kalam ini waktu sekolah SD di Waemata, Lembor, Ka.Manggarai Barat.

Penulis: Jon Kadis,S.H., Sekjend Komodo Lawyers Club di Labuan Bajo (dokpri)
Penulis: Jon Kadis,S.H., Sekjend Komodo Lawyers Club di Labuan Bajo (dokpri)
Kesaksian anak guru yang bukan sekolah guru

Karena saya bukan guru dan ilmu yang saya miliki saat ini bukan tentang guru, maka saya mensharingkan saja sebuah catatan pengalaman saya bersama ayah saya yang guru di pedalaman terpencil. 

Saya mulai dari Wangkung, Boleng (di Kab.Manggarai Barat sekarang ini) tempat saya dilahirkan. Semangat menulis tentang ini tak terlepas dari kehadiran saya kembali ke Wangkung setelah ditinggalkan 56 tahun lalu, itu karena terpicu alasan untuk melayat Inang (tanta) saya Bel, istri dari sepupu ayah dalam keluarga besar, Domi Dala. 

Nama Amang Domi Dala ini diceritakan oleh mama saya waktu usia SD di Lembor. Ia salah satu pemuda saat itu yang gendong saya saat balita di Wangkung.

Amang Domi adalah petani tapi punya keahlian sebagai tukang kayu pembuat rumah yang terkenal di Wangkung. Sudah lama bliau meninggal. Tahun 2018 lalu saya pernah ke sana, nginap semalam di rumah Inang Bel yang sudah janda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun