Sangat banyak kata-kata dari bahasa Sansekerta diserap ke dalam bahasa Melayu, Sunda, Jawa, Bali, Â tak terhingga. Setelah ratusan tahun, Â kata serapan dari bahasa Sansekerta di Indonesia akan dan sekarang sebagian besar tidak terasa lagi sebagai kata serapan dari bahasa asing, seperti agama, pahala, puasa, dewasa, Dewa, Dewi, Â durhaka, berita, berkala, ganda, guru, utama, usaha,...
Pada abad ke - 15 para pedagang Arab berdatangan ke Nusantara. Mereka berdagang sambil menyiarkan agama Islam. Bahasa Arab sangat besar pemgaruhnya  dalam bahasa-bahasa setempat, dan juga dalam bahasa.
Melayu, lebih-lebih lagi di daerah-daerah pusat penyiaran agama Islam. Gelar Raja dan Marah pun diganti dengan gelar Sultan awalnya oleh raja-raja Malaka, hingga lahir nama-nama. Sultan Iskandar Muda, Sultan Ali Hadji, Sultan Muhammad Syah, dan lain-lain.
Awalnya pemggunaan kata-kata bahasa Arab hanya berhubungan dengan agama, tetapi berangsur-angsur orang-orang merasa mulia dan terpelajar kalau fasih berbahasa Arab baik lisan maupun tulisan. Huruf Arab dijadikan huruf resmi, Â dan huruf-huruf yang tidak ada di dalam huruf Arab dilengkapi dengan tanda-tanda bentuk huruf yang sudah ada (ca, nga, pa,ga, dan nya).
Bahasa Arab  yang diserap ke dalam bahasa Melayu sering kita dengar seperti adil, adab, ahad, awal,abjad, badan, berkat, kabar,khidmat, khotbah, jawab, jahil, fasal, faham, ibadah, ibarat,ikhtiar,wajib, wafat,...
Bahasa dan kesusastraan Melayu berkembang pada masa kejayaan kesultanan Malaka ( abad ke - 15), ketika Malaka menjadi pusat perdagangan dan pusat pengembangan agama Islam.Â
Perkembangan bahasa Melayu dipengaruhi agama Islam yang dibawa para saudagar dari Persia, Gujarat, dan Pasai, lalu dilanjutkan oleh orang-orang Malaka ke mana-mana ke sebelah timur untuk mengembangkan agama Islam. Bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa pengantar.Â
Kesusastraan Melayu banyak dipengaruhi kesusastraan Persia dan Arab. Dengan bantuan para pedagang bahasa Melayu tersebar ke seluruh pantai Nusantara terutama di kota-kota pelabuhan. Bahasa Melayu menjadi bahasa penghubung antar individu.
Kesultanan Malaka berkembang pesat, tetapi tidak lama. Tahun 1511 Portugis menaklukkan Malaka. Kesusastraan Melayu yang tersimpan di perpustakaan istana Kesultanan Malaka habis terbakar saat diserang Portugis, tidak tersisa.Sultan Mahmud Syah menyingkir ke Pahang, lalu ke Bintan.Â
Kemudian Bintan pun dihancurkan Portugis pada tahun 1526. Sultan Mahmud Syah memyelamatkan diri  ke Kampar dan wafat di sana. Putra Mahkota, Sultan Alaudin Diayat Syah II  mendirikan negara baru di Johor pada tahun 1530.
Pada masa dibangunnya kembali kesusastraan Melayu di Johor, untuk mengganti kesusastraan Melayu yang musnah di Malaka, Sejarah Melayu yang ditulis Tun Muhammad Sri Lanang gelar Bendahara Paduka Raja yang diperkirakan selesai pada tahun 1616 menjadi sangat penting. Kesusastraannya menggunakan bahasa Melayu Johor.