Politik Kaum Muda di Indonesia: Potensi dan Tantangan Partisipasi Generasi Z dalam Demokrasi/
Â
Nama
Gmail: alvianhidayad69@gmail.com Â
Â
Sejarah Peradaban Islam, Universitas Islam Negeri Salatiga
Jalan Nakula Sadewa V No. 9 Kota Salatiga 50722
Â
Abstract
Generation Z, which consists of individuals born between 1997 and 2012, is a group that has grown up in a rapidly evolving digital age. As digital natives, they have access to rapid and extensive information, which allows them to be actively involved in various social and political issues. Their high social awareness and propensity to support change brings great potential for them to influence political dynamics in Indonesia. However, despite this significant potential, Generation Z's political participation in formal politics in Indonesia still faces various challenges. One of them is distrust of political institutions that are perceived as not representing their interests. In addition, Generation Z is also easily influenced by fake news and inaccurate information widely circulated on social media, which can cloud their political views. This article aims to explore the potential that generation Z has in strengthening Indonesia's democracy as well as the challenges they face in participating in formal politics. In addition, this article will also discuss steps that can be taken to increase Generation Z's involvement in the political process, whether through media literacy education, providing spaces for participation, or establishing a more representative and inclusive young leadership.
Keywords: Generation Z, political participation, Indonesian democracy, formal politics, disinformation.
Â
Â
Abstrak
Generasi Z, yang terdiri dari individu yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, merupakan kelompok yang tumbuh dalam era digital yang sangat berkembang pesat. Sebagai digital natives, mereka memiliki akses informasi yang sangat cepat dan luas, yang memungkinkan mereka untuk terlibat secara aktif dalam berbagai isu sosial dan politik. Kesadaran sosial yang tinggi dan kecenderungan mereka untuk mendukung perubahan membawa potensi besar bagi mereka untuk memengaruhi dinamika politik di Indonesia. Namun, meskipun memiliki potensi yang signifikan, partisipasi politik generasi Z dalam politik formal di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya adalah ketidakpercayaan terhadap institusi politik yang dianggap tidak mewakili kepentingan mereka. Selain itu, generasi Z juga mudah terpengaruh oleh berita palsu dan informasi yang tidak akurat yang beredar luas di media sosial, yang dapat mengaburkan pandangan politik mereka. Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi potensi yang dimiliki oleh generasi Z dalam memperkuat demokrasi Indonesia serta tantangan yang mereka hadapi dalam berpartisipasi dalam politik formal. Selain itu, artikel ini juga akan membahas langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterlibatan generasi Z dalam proses politik, baik melalui pendidikan literasi media, penyediaan ruang partisipasi, maupun pembentukan kepemimpinan muda yang lebih representatif dan inklusif.
Kata Kunci: Generasi Z, partisipasi politik, demokrasi Indonesia, politik formal, disinformasi.
- Pendahuluan
Di Indonesia, partisipasi politik kaum muda selalu menjadi topik yang menarik, terutama menjelang pemilu atau perubahan sosial besar. Generasi Z, yang lahir pada tahun 1997 hingga 2012, dikenal dengan keaktifan mereka di media sosial dan ketertarikan terhadap isu-isu sosial yang lebih luas, seperti keadilan sosial, perubahan iklim, dan hak asasi manusia. Sebagai kelompok yang melek teknologi, generasi ini memiliki potensi besar untuk mempengaruhi arah demokrasi di Indonesia, baik melalui suara mereka dalam pemilu, keterlibatan dalam kampanye sosial, maupun melalui platform digital yang mereka gunakan untuk menyuarakan opini dan gagasan[1].
Â
Namun, meskipun generasi Z memiliki kecanggihan teknologi dan semangat perubahan yang tinggi, mereka menghadapi berbagai tantangan dalam berpartisipasi secara aktif dalam politik, serta fenomena misinformasi dan polarisasi politik yang terjadi di dunia maya juga menjadi hambatan dalam membangun diskursus politik yang konstruktif dan inklusif[2].
Â
Pada satu sisi, generasi Z memiliki potensi untuk memperbarui sistem politik dengan ide-ide segar, seperti peningkatan transparansi, pemerataan sosial, dan perubahan kebijakan yang lebih inklusif. Di sisi lain, mereka sering kali menghadapi ketidakpercayaan terhadap sistem politik yang ada, serta pengaruh buruk dari disinformasi yang beredar di media sosial. Oleh karena itu, penting untuk memahami potensi yang dimiliki oleh generasi Z serta tantangan-tantangan yang mereka hadapi dalam berpartisipasi dalam kehidupan politik. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi lebih dalam mengenai peran generasi Z dalam politik Indonesia, faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi mereka, serta langkah-langkah strategis yang dapat diambil untuk mendorong partisipasi politik yang lebih besar dan bermakna dari generasi ini.
Â
Â
Â
- Metode Penelitian
- Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka dengan pendekatan kualitatif deskriptif untuk menganalisis potensi dan tantangan partisipasi politik generasi Z dalam demokrasi Indonesia. Data dikumpulkan dari berbagai sumber literatur seperti buku, jurnal, artikel, dan laporan penelitian yang relevan. Analisis dilakukan secara tematik untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi politik generasi Z, termasuk disinformasi dan ketidakpercayaan terhadap institusi politik.
- Hasil Pembahasan
- Potensi Partisipasi Generasi Z dalam Politik
Â
Akses Informasi yang Lebih Cepat dan Luas
Â
Generasi Z, sebagai generasi yang tumbuh dengan teknologi digital, memiliki akses yang sangat cepat dan luas terhadap informasi. Sejak usia dini, mereka sudah terhubung dengan berbagai platform digital seperti media sosial, situs berita, dan aplikasi lainnya, yang memberikan kemudahan dalam mendapatkan informasi terkini. Akses ini memungkinkan mereka untuk lebih mendalam dalam memahami berbagai isu politik, baik nasional maupun internasional, yang berpotensi mendorong mereka untuk berpartisipasi dalam diskusi publik. Selain itu, kemampuan mereka dalam memanfaatkan teknologi memungkinkan mereka untuk tidak hanya menerima informasi, tetapi juga menyebarkan opini, menyuarakan pendapat, serta mengorganisir aksi sosial secara efektif. Dalam hal ini, media sosial menjadi alat yang sangat efektif untuk mempengaruhi opini publik, bahkan untuk mendorong perubahan kebijakan, menjadikan generasi Z memiliki potensi besar dalam membentuk arah politik masa depan[3].
Â
Â
Â
Kesadaran Sosial yang Tinggi
Â
Berbeda dengan generasi sebelumnya, Generasi Z lebih sensitif terhadap berbagai masalah sosial yang ada di dunia. Mereka sangat peduli dengan isu-isu global seperti perubahan iklim, kesetaraan gender, hak asasi manusia, dan kesenjangan sosial. Kesadaran ini tidak hanya terlihat dalam aktivitas sehari-hari mereka, tetapi juga tercermin dalam keterlibatan mereka dalam berbagai gerakan sosial, yang banyak terjadi di platform digital. Melalui kampanye online atau protes yang digelar secara virtual, mereka menuntut adanya perubahan yang lebih signifikan dan memperjuangkan kebijakan yang lebih adil dan progresif. Keterlibatan ini menunjukkan bahwa generasi Z tidak hanya memiliki kepedulian terhadap masalah sosial, tetapi juga siap untuk terlibat langsung dalam proses politik untuk mewujudkan perubahan yang lebih inklusif dan berpihak pada keadilan sosial. Ini membuka peluang bagi mereka untuk berperan dalam pembuatan kebijakan yang lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat[4].
Â
Keinginan untuk Perubahan
Â
Generasi Z tumbuh di tengah berbagai tantangan sosial dan politik, mulai dari ketidakpastian ekonomi, ketidakadilan, hingga krisis lingkungan hidup. Hal ini membentuk karakter mereka yang sangat menginginkan perubahan. Mereka tidak puas hanya dengan status quo, dan cenderung menuntut transparansi serta akuntabilitas dari pemerintah. Mereka ingin melihat sistem politik yang lebih bersih, jujur, dan efisien. Keinginan untuk perubahan ini mendorong mereka untuk tidak hanya menjadi pemilih yang aktif, tetapi juga berperan dalam sistem politik secara lebih langsung. Banyak dari mereka yang tertarik untuk terlibat dalam politik praktis, baik dengan bergabung dalam partai politik, menjadi calon legislatif, ataupun berpartisipasi dalam kampanye politik. Dengan semangat yang tinggi untuk merombak sistem yang ada, generasi Z dapat menjadi agen perubahan yang mendorong sistem politik yang lebih responsif terhadap kepentingan rakyat, serta mendorong terciptanya pemerintahan yang lebih adil dan transparan[5].
Â
Secara keseluruhan, potensi partisipasi politik generasi Z sangat besar, mengingat akses informasi yang mereka miliki, kesadaran sosial yang tinggi, dan keinginan kuat mereka untuk perubahan. Semua faktor ini dapat mendorong mereka untuk lebih aktif dalam kehidupan politik, baik sebagai pemilih yang cerdas maupun sebagai pemimpin masa depan yang mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat.
Â
Â
Tantangan Partisipasi Generasi Z dalam Politik
Â
Mudah Terpengaruh oleh Berita Palsu dan Disinformasi
Â
Salah satu tantangan terbesar bagi generasi Z dalam berpartisipasi politik adalah maraknya berita palsu (hoaks) dan disinformasi yang beredar di media sosial. Dengan kecenderungan algoritma platform digital untuk menyajikan konten yang disesuaikan dengan preferensi pribadi, generasi Z sering terpapar pada informasi yang tidak akurat atau bahkan sepihak, yang bisa membentuk pandangan politik yang bias. Berita palsu ini bisa sangat mempengaruhi sikap politik mereka dan menciptakan polarisasi di masyarakat. Tidak hanya itu, disinformasi yang tersebar luas dapat mengurangi kualitas partisipasi politik generasi ini, karena mereka mungkin terlibat dalam debat yang tidak berbasis pada fakta yang valid. Oleh karena itu, literasi media yang lebih baik sangat diperlukan, agar generasi Z dapat memilah dan menilai informasi dengan kritis. Pendidikan mengenai cara mengevaluasi sumber informasi, memahami bias media, dan mengenali tanda-tanda disinformasi harus menjadi bagian penting dari kurikulum pendidikan di era digital ini[6].
Â
Â
Â
Â
Kurangnya Minat pada Proses Politik Formal
Â
Meskipun generasi Z memiliki tingkat kesadaran sosial yang tinggi[7]banyak di antara mereka yang menunjukkan ketidakminatan terhadap politik formal, seperti partai politik atau lembaga legislatif. Mereka lebih cenderung berpartisipasi dalam gerakan sosial atau kampanye berbasis komunitas yang lebih langsung dan terasa dampaknya. Ketidakpercayaan terhadap sistem politik yang ada seringkali menjadi alasan utama mereka memilih untuk tidak terlibat dalam pemilu atau struktur politik yang lebih formal. Mereka merasa bahwa sistem yang ada seringkali tidak mampu menghadirkan perubahan yang diinginkan. Ketidakpedulian ini bisa mengurangi dampak jangka panjang partisipasi mereka dalam proses demokrasi, terutama dalam hal mempengaruhi kebijakan pemerintah. Untuk mengatasi masalah ini, penting untuk menciptakan ruang yang lebih inklusif bagi generasi Z di dalam politik formal, serta menjadikan partisipasi politik lebih relevan dan responsif terhadap aspirasi mereka. Dengan demikian, mereka bisa melihat politik formal sebagai alat untuk mewujudkan perubahan yang lebih luas dan berkelanjutan.
Â
Ketidakpercayaan Terhadap Pemimpin Politik
Â
Generasi Z cenderung sangat kritis terhadap pemimpin politik, terutama mereka yang dianggap tidak mewakili kepentingan generasi muda atau masyarakat secara keseluruhan. Ketidakpercayaan ini sebagian besar disebabkan oleh kegagalan pemimpin dalam merespons isu-isu penting seperti perubahan iklim, ketidaksetaraan sosial, dan keadilan ekonomi. Keinginan mereka untuk melihat pemimpin yang lebih transparan dan bertanggung jawab juga semakin meningkat, sementara ketidakmampuan banyak pemimpin untuk memenuhi harapan tersebut justru menguatkan rasa skeptisisme mereka terhadap politik tradisional. Ketidakpercayaan terhadap institusi politik ini dapat membuat generasi Z enggan untuk terlibat dalam proses politik formal, yang berdampak pada rendahnya partisipasi mereka dalam pemilu atau kampanye politik. Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah dan partai politik perlu lebih membuka ruang untuk komunikasi yang lebih konstruktif dengan generasi muda, mendengarkan suara mereka, dan memberikan ruang bagi ide-ide segar yang dapat memperbaharui sistem politik yang ada.
Â
d. Keterbatasan Akses ke Pendidikan Politik
Â
Meskipun generasi Z memiliki akses yang lebih luas terhadap informasi, kenyataannya tidak semua anggota dari generasi ini memiliki pemahaman yang cukup mengenai politik dan sistem demokrasi. Banyak di antara mereka yang tidak sepenuhnya mengerti bagaimana proses politik bekerja, bagaimana cara kerja partai politik, atau bagaimana mereka bisa berperan dalam menentukan arah kebijakan. Kurangnya pendidikan politik yang memadai menjadi hambatan besar dalam meningkatkan partisipasi politik mereka. Tanpa pemahaman yang baik tentang bagaimana sistem politik berfungsi dan pentingnya peran mereka dalam memilih pemimpin, generasi Z mungkin merasa tidak berdaya atau tidak tertarik untuk terlibat. Oleh karena itu, penting untuk mengintegrasikan pendidikan politik dalam kurikulum sekolah dan menyediakan akses ke pelatihan atau platform edukasi yang memadai, yang dapat membantu generasi Z memahami peran mereka dalam sistem demokrasi dan mengapa partisipasi mereka sangat penting untuk masa depan negara[8].
Â
Meningkatkan Partisipasi Politik Generasi Z
Â
Pendidikan Literasi Media dan Politik
Â
Salah satu langkah pertama yang penting adalah menyelenggarakan program pendidikan yang menekankan literasi media dan politik. Dalam era informasi yang sangat cepat dan beragam, generasi Z perlu dibekali dengan kemampuan untuk menyaring informasi dengan bijak dan kritis. Pendidikan ini harus mengajarkan mereka cara mengidentifikasi sumber yang kredibel, mengenali disinformasi, dan memahami dampak dari berita palsu terhadap opini publik. Selain itu, pemahaman yang lebih dalam tentang isu-isu politik, hak dan kewajiban sebagai warga negara, serta proses-proses dalam sistem demokrasi akan mempersiapkan generasi Z untuk berpartisipasi dengan lebih konstruktif. Dengan pendidikan literasi yang tepat, mereka tidak hanya dapat membuat keputusan politik yang lebih cerdas, tetapi juga berperan aktif dalam mendiskusikan dan memengaruhi kebijakan yang berdampak pada masa depan mereka.
Â
Memberikan Ruang bagi Generasi Z untuk Berbicara
Â
Menciptakan platform yang memungkinkan generasi Z untuk menyuarakan aspirasi dan ide-ide mereka dalam konteks politik sangat penting untuk meningkatkan partisipasi mereka. Selama ini, banyak anggota generasi Z merasa bahwa suara mereka kurang didengar dalam forum politik formal. Oleh karena itu, penting untuk menyediakan ruang bagi mereka untuk berbicara, baik melalui diskusi publik, forum politik, maupun inisiatif sosial yang relevan dengan kebutuhan dan harapan mereka. Dengan adanya kesempatan untuk berpartisipasi dalam dialog yang konstruktif, generasi Z akan merasa dihargai dan lebih terlibat dalam proses pembuatan kebijakan. Platform semacam ini dapat berupa media sosial, debat terbuka, atau even yang melibatkan generasi muda dalam percakapan politik yang lebih inklusif dan terbuka, sehingga dapat memperkuat rasa kepemilikan mereka terhadap perubahan sosial dan politik[9].
Â
Mendorong Kepemimpinan Muda
Â
Mendorong lebih banyak pemimpin muda untuk terlibat dalam politik, baik di tingkat lokal maupun nasional, merupakan langkah penting dalam meningkatkan partisipasi politik generasi Z. Pemimpin muda dapat membawa perspektif yang lebih segar dan inovatif, serta lebih sensitif terhadap isu-isu yang penting bagi generasi mereka, seperti perubahan iklim, kesetaraan gender, dan teknologi. Selain itu, melibatkan generasi Z dalam posisi kepemimpinan di tingkat yang lebih rendah---misalnya, melalui pemilihan ketua OSIS, pemimpin komunitas, atau peran kepemimpinan dalam organisasi politik---akan membantu menumbuhkan rasa tanggung jawab politik mereka. Dengan memfasilitasi ruang bagi mereka untuk belajar dan berkembang dalam peran kepemimpinan, generasi Z dapat lebih siap untuk terlibat dalam proses pembuatan kebijakan yang lebih besar dan berperan aktif dalam perubahan sosial yang diinginkan[10].
Â
d. Pemberdayaan Melalui Inovasi Teknologi
Â
Selain pendidikan formal, pemanfaatan teknologi dapat berfungsi sebagai alat pemberdayaan bagi generasi Z dalam berpartisipasi secara politik. Teknologi dapat menyediakan sarana untuk berkolaborasi, berbagi ide, serta memobilisasi dukungan terhadap isu-isu yang mereka pedulikan. Mendorong penggunaan platform digital untuk menciptakan kampanye politik berbasis gerakan sosial atau bahkan kampanye pemilu digital akan memungkinkan generasi Z untuk lebih mudah terhubung dengan pemangku kepentingan dan mendiskusikan perubahan yang mereka inginkan. Inovasi teknologi juga dapat mendekatkan mereka pada proses politik yang selama ini terasa terpisah dan sulit dijangkau. Dengan memberi mereka alat untuk berpartisipasi dalam politik secara lebih langsung dan fleksibel, teknologi dapat memperkuat keterlibatan generasi Z dalam demokrasi[11].
Â
e, Meningkatkan Dialog Antar Generasi
Â
Agar generasi Z merasa lebih dihargai dalam sistem politik, perlu ada peningkatan komunikasi antara generasi muda dan pemimpin politik yang lebih senior. Mengadakan dialog antar generasi, di mana para pemimpin yang lebih berpengalaman dapat mendengarkan pandangan dan aspirasi generasi muda, akan memperkuat hubungan antara keduanya. Hal ini tidak hanya meningkatkan rasa keterlibatan generasi Z dalam politik, tetapi juga memungkinkan pemimpin politik untuk lebih memahami kebutuhan dan keinginan yang muncul di kalangan generasi muda, yang kadang-kadang terlupakan dalam proses pembuatan kebijakan. Dialog semacam ini dapat menciptakan rasa saling pengertian yang lebih besar dan mendorong kolaborasi dalam menghadapi tantangan sosial yang ada.
Â
Â
Â
Kesimpulan
Â
Generasi Z memiliki potensi yang luar biasa untuk memperkuat demokrasi Indonesia melalui partisipasi politik yang aktif dan inovatif. Akses informasi yang cepat dan luas, kesadaran sosial yang tinggi, serta keinginan untuk perubahan menjadikan mereka kelompok yang dapat memberikan dampak signifikan dalam dinamika politik. Namun, tantangan besar seperti disinformasi, ketidakpercayaan terhadap institusi politik, dan minimnya minat pada proses politik formal perlu diatasi agar potensi ini dapat terwujud secara optimal.
Â
Untuk meningkatkan partisipasi politik generasi Z, langkah-langkah seperti pendidikan literasi media dan politik, menciptakan ruang bagi generasi Z untuk menyuarakan aspirasi mereka, serta mendorong kepemimpinan muda sangat penting. Selain itu, pemberdayaan melalui teknologi dan meningkatkan dialog antar generasi juga dapat memperkuat keterlibatan mereka dalam proses politik. Dengan melibatkan generasi Z dalam pembuatan kebijakan yang lebih inklusif dan responsif, diharapkan dapat tercipta sistem politik yang lebih transparan, adil, dan berpihak pada kepentingan rakyat, khususnya kaum muda.
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
DAFTAR PUSTAKA
Â
Agustin Pratama Sihotang, Deo Agung Haganta Barus, Eirene Dahlia Sidabutar, Friska Lorentina Purba, Nasywa Yasmin Purba, and Tesaa Lonika Simanullang, 'Pemahaman Terhadap Praktik Demokrasi Gen Z Pada Pemilihan Legislatif Tahun 2024', BLAZE: Jurnal Bahasa Dan Sastra Dalam Pendidikan Linguistik Dan Pengembangan, 2.3 (2024), 19--34 <https://doi.org/10.59841/blaze.v2i3.1303>
Â
Ardiyanshah Ihsan, 'Tantangan Dan Upaya Keterlibatan Pemuda Berpolitik', Rumahpemilu.Org, 2023
Â
Asiva Noor Rachmayani, 'UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI POLITIK GENERASI-Z MELALUI MEDIA SOSIAL KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN', 2015, 6
Â
Aziz, Abdhul, and Bambang Widodo, 'Pengaruh Media Sosial Sebagai Sumber Pengetahuan Politik Generasi Z Terhadap Literasi Politik Pada Pemilu 2020', Proceedings Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Undergraduate Conference, 2.1 (2022), 87--98 <https://doi.org/10.18196/umygrace.v2i1.424>
Â
Bobby, 'Peran Generasi Z Dalam Pilkada 2024 Menggugah Partisipasi Untuk Masa Depan Daerah', Portalberita.Lumajangkab.Go.Id, 2024
Â
Devi Asri Rochmatillah, 'Pentingnya Generasi Z Melek Politik', Kumparan.Com, 2024
Â
Dwi, Reisya, Ayu Meisavio, and Yusuf Fadli, 'TANGERANG DALAM MENIN GKATKAN PARTISIPASI POLITIK GEN Z PADA PEMILU SERENTAK 2024', 8.2 (2024)
Â
Gita Amelia, 'Partisipasi Gen Z Dalam Politik', Fh.Unis.Ac.Id, 2024
Â
Salsabil Nadhifah Zahira, 'Kontribusi Gen Z Pada Pemilu 2024: Tantangan Dan Harapan Terhadap Demokrasi Indonesia', Www.Gemagazine.or.Id, 2024
Â
Tinambunan, Clara Pelita, Siera Syailendra, and Feny Selly Pratiwi, 'Analisis Perilaku Generasi Z Dalam Menentukan Pilihan Politik', 16 (2024), 325--37
Â
Wartoyo, Franciscus Xaverius, and Yuni Priskila Ginting, 'Sosialisasi Generasi Z Dalam Partisipasi Pemilu 2024', Jurnal Multidisiplin West Science, 3.02 (2024), 132--43 <https://doi.org/10.58812/jmws.v3i02.963>
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H