Mudah Terpengaruh oleh Berita Palsu dan Disinformasi
Â
Salah satu tantangan terbesar bagi generasi Z dalam berpartisipasi politik adalah maraknya berita palsu (hoaks) dan disinformasi yang beredar di media sosial. Dengan kecenderungan algoritma platform digital untuk menyajikan konten yang disesuaikan dengan preferensi pribadi, generasi Z sering terpapar pada informasi yang tidak akurat atau bahkan sepihak, yang bisa membentuk pandangan politik yang bias. Berita palsu ini bisa sangat mempengaruhi sikap politik mereka dan menciptakan polarisasi di masyarakat. Tidak hanya itu, disinformasi yang tersebar luas dapat mengurangi kualitas partisipasi politik generasi ini, karena mereka mungkin terlibat dalam debat yang tidak berbasis pada fakta yang valid. Oleh karena itu, literasi media yang lebih baik sangat diperlukan, agar generasi Z dapat memilah dan menilai informasi dengan kritis. Pendidikan mengenai cara mengevaluasi sumber informasi, memahami bias media, dan mengenali tanda-tanda disinformasi harus menjadi bagian penting dari kurikulum pendidikan di era digital ini[6].
Â
Â
Â
Â
Kurangnya Minat pada Proses Politik Formal
Â
Meskipun generasi Z memiliki tingkat kesadaran sosial yang tinggi[7]banyak di antara mereka yang menunjukkan ketidakminatan terhadap politik formal, seperti partai politik atau lembaga legislatif. Mereka lebih cenderung berpartisipasi dalam gerakan sosial atau kampanye berbasis komunitas yang lebih langsung dan terasa dampaknya. Ketidakpercayaan terhadap sistem politik yang ada seringkali menjadi alasan utama mereka memilih untuk tidak terlibat dalam pemilu atau struktur politik yang lebih formal. Mereka merasa bahwa sistem yang ada seringkali tidak mampu menghadirkan perubahan yang diinginkan. Ketidakpedulian ini bisa mengurangi dampak jangka panjang partisipasi mereka dalam proses demokrasi, terutama dalam hal mempengaruhi kebijakan pemerintah. Untuk mengatasi masalah ini, penting untuk menciptakan ruang yang lebih inklusif bagi generasi Z di dalam politik formal, serta menjadikan partisipasi politik lebih relevan dan responsif terhadap aspirasi mereka. Dengan demikian, mereka bisa melihat politik formal sebagai alat untuk mewujudkan perubahan yang lebih luas dan berkelanjutan.
Â