Mohon tunggu...
Kholisussadi
Kholisussadi Mohon Tunggu... Dosen - Kholisussa'di_Mahasiswa S3 Ilmu Pendidikan_Universitas Negeri Surabaya

Kholisussa'di, S.Pd., M.Pd. Seorang dosen yang berdedikasi di Program Studi Pendidikan Masyarakat Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi Universitas Pendidikan Mandalika. Penulis memiliki spesialisasi dalam bidang pendidikan non-formal dan informal / Pendidikan Masyarakat, khususnya pada pengembangan sumber daya manusia. Saat ini, penulis sedang menjalani studi Doktoral di Program Studi S3 Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Konsep, Karakteristik dan Penerapan Teori Pembelajaran Behaviorisme

30 Desember 2024   22:17 Diperbarui: 30 Desember 2024   22:17 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Teori belajar behaviorisme berpandangan, bahwa setiap perilaku individu merupakan hasil dari proses belajar yang dapat diubah melalui manipulasi dan penciptaan kondisi belajar yang mendukung dengan menggunakan berbagai jenis penguatan atau reinforcement untuk mempertahankan perilaku atau hasil belajar sesuai dengan keinginan (Rufaedah, 2018: 17).

Fokus utama teori belajar behaviorisme adalah perubahan perilaku atau sikap yang terjadi pada peserta didik setelah mengalami proses pembelajaran. Para penggagas teori belajar behaviorisme meyakini bahwa perilaku atau sikap manusia adalah hasil atau respon dari proses belajar sehingga perilaku dapat diubah melalui proses belajar.

Mardiyani (2022: 262) mengemukakan, bahwa teori belajar behaviorisme pada dasarnya didasarkan kepada keyakinan mengenai sifat manusia yang mana sebagian bersifat kepada filosofi dan sebagian lainnya dari psikologis yaitu:

1.  Secara mendasar, manusia tidak memiliki sifat bawaan baik atau buruk, atau perilaku baik atau buruk. Manusia memiliki potensi           untuk menunjukkan perilaku baik atau buruk karena adanya faktor warisan genetik atau interaksi antara genetika dan lingkungan.
2. Manusia mempunyai kemampuan untuk melakukan refleksi terhadap perilakunya sendiri, mengatur dan mengontrol, serta                       menyadari apa yang telah dilakukannya.
3. Manusia juga memiliki kemampuan untuk memperoleh dan membentuk perilaku baru melalui proses pembelajaran.
4. Manusia memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain, dan bahkan perilaku diri sendiri bisa dipengaruhi oleh             perilaku orang lain.

Behaviorisme menekankan bahwa belajar merupakan interaksi antara stimulus dan respon yang mengakibatkan perubahan tingkah laku. Stimulus tersebut bentuknya bermacam-macam sedangkan respon adalah reaksi objektif dari individu terhadap situasi sebagai perangsang. Yaumi (2013 : 29) mengatakan “Belajar menurut kaum behavioris menekankan pada perubahan perilaku yang dapat diamati dari hasil timbal balik antara guru sebagai pemberi stimulus dan murid sebagai perespon tindakan stimulus yang diberikan”.

Beberapa pandangan belajar yang dikembangkan dari teori behaviorisme adalah:

1.Teori Classical Conditioning

Teori ini dikembangkan oleh Pavlov dan Watson, Penganut teori ini mengatakan bahwa segala tingkah laku manusia juga tidak lain adalah hasil dari conditioning. Yakni hasil dari pada latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan mereaksikan terhadap syarat-syarat atau perangsang tertentu yang dialaminya di dalam kehidupan.

2.Teori Connectionism

Teori Connectionism dikenal oleh Thorndike yang mengatakan belajar adalah perubahan tingkah laku yang dapat berwujud konkrit yaitu dapat diamati atau tidak konkrit yaitu tidak dapat diamati. Dalam hubungan antara stimulus dan respon dipengaruhi oleh beberapa faktor, sehingga Thorndike (Yaumi, 2013) merumuskan tiga hukum belajar, yakni:

a.  Law of readiness, yaitu bahwa belajar akan terjadi bila ada kesiapan pada diri individu.
b.  Law of exercise, yaitu bahwa hubungan antara stimulus dan respon dalam proses belajar akan diperkuat atau diperlemah oleh                  tingkat intensitas dan durasi dari pengulangan hubungan atau latihan yang dilakukan.
c.  Law of effect, yaitu bahwa hubungan antara stimulus dan respon cenderung diperkuat apabila akibatnya menyenangkan dan                     cenderung diperlemah apabila akhirnya tidak memuaskan.
3.Teori Operant Conditioning

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun