Teori belajar behaviorisme berpandangan, bahwa setiap perilaku individu merupakan hasil dari proses belajar yang dapat diubah melalui manipulasi dan penciptaan kondisi belajar yang mendukung dengan menggunakan berbagai jenis penguatan atau reinforcement untuk mempertahankan perilaku atau hasil belajar sesuai dengan keinginan (Rufaedah, 2018: 17).
Fokus utama teori belajar behaviorisme adalah perubahan perilaku atau sikap yang terjadi pada peserta didik setelah mengalami proses pembelajaran. Para penggagas teori belajar behaviorisme meyakini bahwa perilaku atau sikap manusia adalah hasil atau respon dari proses belajar sehingga perilaku dapat diubah melalui proses belajar.
Mardiyani (2022: 262) mengemukakan, bahwa teori belajar behaviorisme pada dasarnya didasarkan kepada keyakinan mengenai sifat manusia yang mana sebagian bersifat kepada filosofi dan sebagian lainnya dari psikologis yaitu:
1. Secara mendasar, manusia tidak memiliki sifat bawaan baik atau buruk, atau perilaku baik atau buruk. Manusia memiliki potensi untuk menunjukkan perilaku baik atau buruk karena adanya faktor warisan genetik atau interaksi antara genetika dan lingkungan.
2. Manusia mempunyai kemampuan untuk melakukan refleksi terhadap perilakunya sendiri, mengatur dan mengontrol, serta menyadari apa yang telah dilakukannya.
3. Manusia juga memiliki kemampuan untuk memperoleh dan membentuk perilaku baru melalui proses pembelajaran.
4. Manusia memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain, dan bahkan perilaku diri sendiri bisa dipengaruhi oleh perilaku orang lain.
Behaviorisme menekankan bahwa belajar merupakan interaksi antara stimulus dan respon yang mengakibatkan perubahan tingkah laku. Stimulus tersebut bentuknya bermacam-macam sedangkan respon adalah reaksi objektif dari individu terhadap situasi sebagai perangsang. Yaumi (2013 : 29) mengatakan “Belajar menurut kaum behavioris menekankan pada perubahan perilaku yang dapat diamati dari hasil timbal balik antara guru sebagai pemberi stimulus dan murid sebagai perespon tindakan stimulus yang diberikan”.
Beberapa pandangan belajar yang dikembangkan dari teori behaviorisme adalah:
1.Teori Classical Conditioning
Teori ini dikembangkan oleh Pavlov dan Watson, Penganut teori ini mengatakan bahwa segala tingkah laku manusia juga tidak lain adalah hasil dari conditioning. Yakni hasil dari pada latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan mereaksikan terhadap syarat-syarat atau perangsang tertentu yang dialaminya di dalam kehidupan.
2.Teori Connectionism
Teori Connectionism dikenal oleh Thorndike yang mengatakan belajar adalah perubahan tingkah laku yang dapat berwujud konkrit yaitu dapat diamati atau tidak konkrit yaitu tidak dapat diamati. Dalam hubungan antara stimulus dan respon dipengaruhi oleh beberapa faktor, sehingga Thorndike (Yaumi, 2013) merumuskan tiga hukum belajar, yakni:
a. Law of readiness, yaitu bahwa belajar akan terjadi bila ada kesiapan pada diri individu.
b. Law of exercise, yaitu bahwa hubungan antara stimulus dan respon dalam proses belajar akan diperkuat atau diperlemah oleh tingkat intensitas dan durasi dari pengulangan hubungan atau latihan yang dilakukan.
c. Law of effect, yaitu bahwa hubungan antara stimulus dan respon cenderung diperkuat apabila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah apabila akhirnya tidak memuaskan.
3.Teori Operant Conditioning