“No–no problem. It’s okay, and all going well,” balasku yang diakhiri cengiran.
“Ya Allah, kalau ini mimpi, jangan bangun dulu, Ya Allah,” desis Aza. Aku menoleh ke arahnya.
“Ja, ini bukan mimpi, aku abis ngobrol. Dia Taehyung asli, bukan kaleng-kaleng. Senyumnya kotak, Ja,” balasku berusaha meyakinkan.
“I’m so sorry for disturbing you. But, I need a friend for talking, I’m so bored,” adu orang yang sudah kami yakini sebagai … Ya Allah, jadi, ini beneran Kim Taehyung?
“No, you really don’t disturb us. Believe it!” sambar Aza. Alhamdulillah, dia udah sadar. Aku kembali fokus untuk meyakinkan diriku bahwa ini bukan mimpi.
Sejurus kemudian, pelayan datang membawakan pesanan orang–eh, bukan, pesanan Taehyung Oppa.
“Gimana, nih, punya kita udah abis, tapi, dia baru dateng?”
“Apa, sih, Cha? Lihat dia depan mata, aku udah seneng, makin kenyang malah.”
“Hey, don’t you deliver for more?”
“Ah, eh, eh, apa?” gagap Aza sambil menyikut sikuku. Ia malu karena terciduk menatap pria itu.
“No, we’ve eaten for fifteen minutes. Just enjoy,” jawabku berusaha tenang.