“Kamu gambar apa, Ja?” tanyaku sambil tetap fokus pada hasil jepretanku.
“Hmm … apa, ya? Enggak tau, nih, aku corat-coret doang,” jawabnya asal.
Sabar adalah keputusanku yang paling tepat sekarang. Karena setelah ini, entah kapan, gadis itu akan menunjukkan hasil coretannya kepadaku. Dan hasilnya … oh, ayo lah, sudah dipastikan sangat keren!
“Ayo balik, aku mau tidur.” Tiba-tiba, telingaku berdenging hebat setelah mendengar ajakan Aza.
“Eh, balik, Ja? Yah … gagal, dong, makan enak!”
“Ya Allah, hahaha … kan, aku janji traktir kamu, ya, Cha. Sumpah, aku lupa astaghfirullah. Mianhe ²!” Aza tertawa sampai jongkok. Beberapa orang menoleh ke arah kami. Malu.
“Ih, malu, Ja, dilihat sama orang-orang! Ya udah kalau enggak jadi, kebetulan aku puasa, kok,” kataku menenangkan diri. Aza berusaha berdiri di sela-sela tawanya.
“Apaan puasa? Tadi aja sarapan. Ayo berangkat, keburu lupa lagi, nih, haha.”
Aza langsung menarik tanganku, berlari mengejar bus yang hampir meninggalkan kami.
**********************
Penghangat ruangan yang nonstop bekerja membuat para pengunjung merasa nyaman. Nuansa restoran dengan dekorasi timur tengah, menjadikan siapa pun yang memasukinya akan merasa dirinya seperti bangsawan. Lampu hias, kursi, dan meja yang didesain sedemikian rupa akan menghipnotis mata yang memandangnya.