Aku langsung menelepon Rafael dan Andres lalu menyampaikan rencana Federico. Kami akan menjalankan rencana itu besok tepatnya malam hari.
Keesokan harinya, malam hari, Rafael dan Andres berangkat menuju gudang terbengkalai dengan mobil ferrari hitamnya. Sementara aku dan Federico menuju markas Vicenzo yang terletak di Kota Bologna dengan sepeda motor.
"Semoga mereka berdua bisa menjalankan tugas sesuai rencana, karena mereka berdua selalu ceroboh," ucap Federico dengan tatapan sinis.
"Mereka berdua hebat kok. Aku percaya bahwa mereka bisa menjalankan tugas sesuai rencana. Tenang saja dan hilangkan rasa khawatirmu itu," balasku.
***
Dengan cepat, Rafael dan Andres tiba di sekitar gudang terbengkalai itu dalam waktu kurang dari tiga puluh menit.
“Oh... ternyata tempat ini tidak seseram yang kubayangkan,” ucap Rafael sambil menggaruk-garuk pantatnya yang gatal. “Hmm... sepuluh orang. Ini sih gampang.”
“Hadeh, jangan banyak omong. Maju dan pancing mereka. Setelah mereka semua terpancing, aku akan masuk lewat jendela dan membebaskan anak-anak yang dikurung di situ,” kata Andres dengan tegas.
Rafael mengambil pedang katana dari dalam mobil lalu berlari menuju depan gudang itu.
Sesampainya di sana, ia berteriak, “Hei, makhluk menjijikkan! Maju semua! Akan kuhancurkan kalian satu per satu dengan pedang katana baruku yang kubeli tadi siang.”
Para penjaga yang terpancing emosi dengan perkataan Rafael segera bersiap untuk menyerang. “Sial! Dia meremehkan kita. Ayo serang dia secara bersamaan! Maju!”