Mohon tunggu...
Kesya Alifiana
Kesya Alifiana Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - XII MIPA 8 - SMAN 1 PADALARANG

KEEP SPIRIT!!!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Abdul Haris Nasution

14 November 2021   16:57 Diperbarui: 14 November 2021   17:01 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

A.H NASUTION

Abdul Haris Nasution nama besar yang selalu kita ingat dalam sejarah Indonesia. Beliau lahir di Kotanopan, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, pada hari Selasa, 03 Desember 1918. Abdul Haris Nasution atau biasa dipanggil Nasution merupakan anak kedua dari tujuh bersaudara dari pasangan H. Abdul Halim Nasution dan Hj. Zahara Lubis. Karena beliau mempunyai 5 adik, maka beliau akan selalu menjadi panutan bagi adik -- adiknya.

 Sejak kecil beliau dikenal sebagai sosok yang gigih dan tekun dalam segala hal. rajin dan disiplin sudah ditanamkan oleh orang tuanya sejak dulu. Karena beliau mempunyai 5 adik, maka beliau akan selalu menjadi panutan bagi adik -- adiknya. Beliau sedari kecil gemar membaca buku tentang strategi perang Nabi Muhammad SAW. Selain itu beliau pun gemar membaca buku kepahlawanan di jaman Nabi Muhammad SAW,

Keluarga A.H Nasution merupakan keluarga yang taat sekali agama. Sehingga Orang tua Pak Nas menginginnkanya bersekolah di sekolah agama setelah menyelesaikan sekolah dasar. Pada tahun 1932 Pak Nas diterima menjadi siswa sekolah Belanda atau sekolah guru di Bukit Tinggi. Kelurganya sangat bangga pada saat itu karena hanya satu siswa saja dari tiap sekolah rendah (SD pada saat ini) yang terpilih untuk bersekolah di sekolah guru tersebut.

Saat bersekolah di Bukit tinggi beliau sudah berbeda dari yang sebelumnya. Beliau sudah tidak lagi mandi di sungai bersama teman -- temannya melainkan di kamar mandi yang layak. Di sekolah tersebut beliau diajarkan kedisiplinan yang tinggi dalam aturan -- aturan yang telah ditetapkan di asramanya. Guru -- guru di sekolah tersebut mayoritas orang Belanda kecuali guru seni rupa dan Bahasa melayu. Dengan demikian beliau jadi mengenal dan tau bagaimana watak -- watak orang belanda yang kelak akan di hadapinya dalam perang kemerdekaan Indonesia.

Pada tahun 1935 A.H Nasution berangkat ke Bandung untuk menyelesaikan sekolah guru. Karena teman sekemarnya pada saat di asrama berasal dari keluarga militer beliau sering bertanya -- tanya tentang kemiliteran kepada temannya itu. Hingga beliau tertarik kepada dunia militer dan cita -- citanya menjadi gurupun mulai memudar. 

Setelah menyelesaikan sekolah gurunya itu, A.H Nasution menetap di Bengkulu beberapa bulan. Pada tahun 1938 A.H Nasution pindah ke Tanjung raja dekat Palembang. Disitu beliau kembali mengajar dan minatnya terhadap politik dan bidang kemiliteran semakin berapi -- api. Atas bantuan teman -- temannya sesama guru akhirnya beliau mengikuti ujian kemiliteran di Palembang dan hasilnya di nyatakan lulus. 

Pertengahan tahun 1940 Belanda mendirikan Coro (Sekolah Perwira Cadangan) yang terbuka bagi pemuda Indonesia asalkan berijazah HSB atau HSM. Pak Nas saat itu beruntung karena telah mengantongi ijazah HSM di Palembang. A. H nasution mengikuti pendidikannya dan lulus. A.H Nasution berangkat ke Bandung untuk menjalani kehidupan di asrama taruna (Coro). Di asrama taruna beliau banyak berinteraksi dengan pemuda -- pemuda Belanda. Karena pada saat itu hanya beberapa penduduk local yang masuk Coro itu termasuk A.H Nasution dan T.B Simatupang.

Selama menjalani Pendidikan dibidang kemiliteran A.H Nasution kerap dipanggil nasution oleh teman -- temannya. Pada tahun 1940 A.H Nasution naik pangkat ar kadet taruna menjadi Kopral. Karena beliau disiplin tekun dan cerdas pada tahun 1943 beliau kembali naik pangkat menjadi Sersan. Meskipun dia masuk di dinas militer colonial belanda beliau tetap memiliki jiwa nasionalis dan semangat juang yang tinggi bagi kemerdekaan Indonesia. 

Pada saat kemerdekaan Indonesia di proklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 A.H Nasution berada di bandung. Sebagai mantan tentara Belanda, saat menjelang kemerdekaan beliau aktif di pergerakan kepemudaan. Nasution mengusulkan agar dibentuk badan ketentaraan resmi untuk menjadi tulang punggung pertahanan dan keamanan. Setelah pemerintah membentuk BKR (Badan Keamanan Rakyat) Nasution diangkat sebagai penasehat di BKR Bandung. Kemudian tidak lama beliau diangkat menjadi Kepala Staf Komandemen TKR Jawa Barat bermarkas di Tasikmalaya. 

Pada tahun 1946 A.H Nasution diangkat menjadi Panglima divisi III dengan tugas pertama untuk mengkonsolidasi front Bandung untuk menghadapi Divisi 23 Inggris -- Belanda yang menduduki Bandung Barat. Kurang lebih 2 minggu setelah A.H nasution di lantik dengan pangkat mayor jendral oleh presiden di Yogyakarta, keluar Pempres no 9 tertanggal 17 Februari 1948 A.H Nasution diangkat menjadi wakil Panglima Besar. 

Pada saat Pak Nas menjadi panglima Divisi siliwangi ia bertemu dengan seorang Wanita yang cantik, manis, dan berhati teguh ia bernama Johanna Sunarti. Johanna Sunarti ini merupakan anak dari seorang tokoh PNI Jawa Barat dan salah satu prajurit Angkatan Dr.Soetomo yaitu Gondokusumo. Johanna Sunarti lahir di Surabaya pada tanggal 01 November 1923. Ia tak hanya cantik tapi ia juga seorang Wanita yang aktif berorganisasi.  

Sewaktu -- waktu Bu Johanna sedang ada acara organisasi di Bandung ia sedang berbincang dengan temannya yang bernama Ine kawilarang.

 "Disini udaranya sejuk sekali ya."ucap ine kepada Sunarti. 

"Iya, kita bisa melihat pemandangan yang jelas sangat menyejukan mata sekali." Jawab Johanna

 Disaat mereka sedang asik berbincang datang segerombolan para tentara yang gagah dan perkasa lalu duduk di dekat Johanna dan Ine. Pak Nas pada kala itu ada dalam segerombolan TNI yang gagah tersebut. Pak Nas tak sengaja melirik seorang Wanita yang cantik, tidak lain dan tidak bukan adalah Johanna. Johanna pun melihat balik Pak Nas dan mereka saling tersipu malu. Kemudian diantara alah satu gerombolan TNI itu mengajak Johanna dan Ine untuk bergabung berbincang bersama. Mereka mengawali perbincangan tersebut dengan perkenalan. 

Pak Nas mengatakan kepada teman di sampingnya bahwa Johanna itu manis, Pak Nas menyukai senyumannya. Setelah itu pak Nas memberikan senyumannya pada Johanna dan Johanna pun membalasnya. Terlihat dari senyuman keduanya, mereka layaknya 2 orang yang sedang jatuh cinta pada pandangan pertama. Tak lama dari itu Pak Nas dan kawannya lekas Kembali ke markas untuk beristirahat dan Johanna juga Ine pun Kembali ke tempat penginapan mereka bersama kawan -- kawan organisasinya. Johanna dan Ine kala itu satu Kasur. 

"Sepertinya aku ingin mengetahui lebih jauh pria itu." Celetuk Johanna yang membuat Ine terkejut.

"Maksudmu Siapa?" Jawab Ine terheran -- heran. 

Johanna hanya cekikikan dan memejamkan matanya. 

"Johanna kamu ini kenapa sih?, Ayo ceritakan kepadaku". Kata Ine sambil menggoyangkan tubuhnya Johanna. 

"Ah tidak besok saja Ketika aku sudah menemukan waktu yang tepat". Jawab Johanna yang sedari tadi sudah memejamkan matanya.

"Yasudah tidak apa -- apa, tapi tidak boleh lupa ya!" Ujar Ine pada Johanna

Johanna dan Ine pun tidur dengan nyenyak. Setelah beberapa hari Johanna dan Ine menginap disana mereka sering sekali bergaul dengan para TNI, termasuk dengan Pak Nasution. Johanna terlihat sangat dekat sekali dengan Pak Nas. Sejak saat itu Pak Nas dan Johanna perlahan -- lahan menemukan kenyamanan dan keyakinan yang kuat bahwa mereka di takdirkan untuk bersama. Setelah lama kenal mereka akhirnya menjalin hubungan ke jenjang yang lebih serius. 

Pada tanggal 30 Mei 1947 Pak Nas dan Johanna menikah di Ciwidey, Bandung. Pernikahannya kala itu hampir buyar. Pasalnya, tepat pada hari pernikahan itu Panglima Besar Soedirman memerintahkan seluruh tentara di Jawa Konsinyering karena info dari Jakarta mengatakan Belanda akan doorstoot antara lain dari Bogor ke Sukabumi. 

Pada tahun 1949 setelah pengakuan kedaulatan RI, A.H Nasution di angkat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat yang dijabatinya sampai 1952. Pada tahun 1953 -- 1955 A.H Nasution non aktif sebagai akibat dari peristiwa 17 oktober 1952, yang menyebabkan A.H Nasution harus bertanggung jawab dan mengundurkan diri. Namun pada tahun 1955 beliau di angkat Kembali sebagai KSAD untuk kedua kalinya sampai tahun 1962. Periode keduanya ini disibukkan dengan gejolakan dalam negeri seperti pemberontakan di daerah Sumatera dan Sulawesi. 

Selang 5 tahun dari hari pernikahannya yaitu 1952 Pak Nas dan Ibu Johanna dikaruniai seorang putri cantik, ia diberi nama Hendrianti Sahara Nurdin Nasution. Ia merupakan gadis yang mandiri, cantik dan pintar. Ia sering sekali membantu pekerjaan ibunya dirumah. Gadis ini akrab dipanggil Yanti oleh keluarganya. Yanti selalu meminta adik kepada ibunya.

Sejak 8 tahun berlalu yaitu pada tanggal 19 Februari 1960 Yanti akhirnya mempunyai adik. Anak kedua dari pak Nas ini seorang gadis ia diberi nama Ade Irma Suryani Nasution. Yanti sangat menyayangi Adik satu -- satunya ini. Yanti selalu menggendong Ade Irma saat ia masih bayi. Johanna terkadang merasa was -- was saat Yanti tiba -- tiba menggendong adik kecilnya itu. 

"Ibu, Kenapa si adik lucu sekali. Harum tubuhnya lembut sekali," ucap Yanti pada ibuya.

"Semua bayi tubuhnya memang harum. Mereka masih polos bersih" jawab ibu Johanna kepada putri sulungnya itu.

"Ibu kenapa ayah tidak pulang -- pulang? Kenapasi ayah bekerja jauh dari kita?" tanya Yanti kepada ibunya. 

"Ayah kan sedang bertugas, ayah tidak akan pernah jauh dari kita. Ingat kata -- kata ibu, ayah dengan kita itu jauh dimata dekat dihati. Sejauh apa ayah bertugas ayah akan tetap selalu ada dihati kita. Setelah ayah pulang nanti Yanti berikan ayah pijatan yah." Jawab Johanna.

Setelah 5 tahun berlalu Yanti tumbuh menjadi seorang remaja yang pintar di sekolahnya. Ia kerap kali menjadi juara di kelasnya. Sementara itu, adiknya Ade Irma juga tumbuh menjadi anak yang lucu dan manis. Ia sudah bersekolah di taman kanak kanak. 

Ade Irma ini sangat dekat sekali dengan ajudan Pak Nas yaitu Pierre Tendean. Mereka kerap kali terlihat bersama bermain di halam rumah dinas pak Nas. Suatu hari Ade sedang siap -- siap untuk berangkat ke sekolah. Ia kala itu dibantu ibunya merapihkan baju seragamnya.

"Om yang bakal antar ade ke sekolah kan bu?" tanya Ade kepada ibunya. 

"Iya ade, Om Pierre yang akan mengantar ade ke sekolah. Semangat sekolahnya ya de!" Jawab ibu Johanna sambil menyemangati anak bungsunya itu. 

"Ade senang sekali jika om Pierre yang mengantar Ade sekolah." Kata Ade Irma sambil tersenyum

Ade Irma keluar dari kamarnya dan segera mendekati Pierre. Ade Irma mengatakan bahwa Pierre kala itu sangat gagah sekali, menurutnya Pierre kala itu sangat keren dengan gaya rambut barunya. Pierre menjawab dengan senang hati bahwa ia berterimakasih telah diberikan pujian oleh gadis mungil itu. Kemudia mereka segera menuju ke mobil. 

"Ayo Ade kita berangkat sekolah, nanti kamu terlambat!" Kata Pierre kepada Ade Irma. 

"Ayo om, Aku pun sudah tidak sabar untuk bertemu teman -- teman ku di sekolah." Jawab Ade Irma.

"Kring kring kring" suara telepon rumah dari pak Nas berbunyi.

"Halo ayah ada apa?" Jawab Ibu Johanna saat mengangkat telepon tersebut.

"Bu, apakah Ade sudah berangkat sekolah ?." Tanya pak Nas kepada Istrinya itu.

"Sudah yah, Sejak 10 menit yang lalu Ade berangkat di antar Pierre ke sekolah." Jawab Ibu Johanna.

Inti dari percakapan telepon tersebut adalah pak Nas terlambat menelpon karena ingin menyemangati putri -- putrinya untuk sekolah. Karena pada saat itu Pak Nas sedang ada pekerjaan sehingga tidak bisa pulang ke rumah. 

Saat pak Nas selesai bertugas ia berencana untuk menjemput kedua putrinya ke sekolah mereka masing -- masing. Yang pertama ia jemput adalah Ade Irma 

"Ade bagaimana tadi sekolahnya, senang tidak ?." Tanya Pak Nas 

"Senang Ayah, di sekolah tadi aku bermain petak umpet bersama teman -- teman." Jawab Ade dengan riang. 

"Sekarang kita jemput kak Yanti yah." Kata pak nas kepada putrinya itu

"Ayo, Ayah." Jawab Ade Irma

Dalam perjalanan menuju sekolah Yanti, Ade Irma berbicara kepada Pak Nas bahwa ia ingin membeli es potong, Pak Nas menjawab permintaan anak bungsunya itu bahwa ia akan membelikannya nanti di dekat sekolah Yanti agar Ade dan Yanti sama- sama dibelikan es potong. Setelah sampai di depan sekolah Yanti ternyata yanti sudah menunggu. Akhirnya pak Nas dan Ade bergegas turun dari mobilnya untuk menghampiri Yanti dan membeli es potong. 

Setelah mereka mendapatkan es potong itu, mereka pulang dan di dalam mobil mereka bercanda tertawa bersama sambil menyetel lagu kesukaan Ade Irma. 

"Anak -- anak, maafkan Ayah ya karena Ayah jarang mengantar dan menjemput kalian ke sekolah." Ujar pak Nas kepada kedua putrinya itu.

"Tidak apa -- apa Ayah, kan ada pa supir atau om Pierre yang siap untuk mengantar jemput kita sekolah." Jawab yanti 

"Iya Ayah. Aku pun sangat senang jika om Pierre yang mengantarkan ku sekolah." Kata Ade.

"Ngomong -- ngomong soal om Pierre. Akhir -- akhir ini om Pierre sering sekali ya menerima surat. Apa itu benar dari kekasihnya yah?." Tanya yanti kepada pak Nas.

"Mungkin, tapi Ayah juga kurang tahu nak. Sudah biarkan saja om mu itu sedang di mabuk asmara saat ini." Jawab pak Nas

Sesampainya di rumah ternyata bu Johanna telah menyiapkan makan untuk dimakan bersama -- sama. Pak Nas dan anak -- anaknya pun senang dan segera menyantap makanan itu bersama -- sama. Tak lupa pula mereka mengajak ajudannya yaitu Pierre untuk bergabung. Mereka menikmati makanan itu sambil bercerita seru nya hari itu. Hari itu menjadi hari yang harmonis bagi keluarga pak Nas. Pierre merasakan kenyamanan dan kehangatan keluarga ini sehingga ia ingin sekali mempunyai keluarga kecil seperti ini. 

Adzan maghrib berkumandang, semua bergegas siap -- siap untuk sholat maghrib berjamaah. Kala itu pak Nas lah yang menjadi imamnya. Mereka semua khusyuk menjalankan ibadah dan berdoa bersama demi Kesehatan dan kelancaran mereka, Sesudah selesai Ade dan Yanti di ajak mengaji oleh pak Nas dan bu Johanna. Mereka mengaji surah Yasin karena malam itu adalah malam jum'at.

Ke esokan harinya saat Ade Irma dan yanti pulang sekolah mereka bertemu seorang nenek -- nenek tua dijalan. Mereka merasa iba kepada nenek itu dan mereka berencana untuk membelikan makanan untuk nenek itu. Hari itu Ade dan Irma memang tidak di jemput oleh Pak Nas ataupun Pierre, melainkan mereka dijemput oleh supirnya. Sehingga mereka memakai uang saku mereka untuk membelikan makanan untuk nenek itu.

"Terimakasih ya nak, sudah repot -- repot membelikan makanan ini untuk nenek." Ucap nenek itu sambil tersenyum

"Sama -- sama nek, nenek sehat selalu ya." Jawab yanti 

Saat Yanti dan Ade berbalik arah dan akan melangkah, nenek itu memegang tangan Ade lalu ia berkata "Hati -- hati ya gadis mungil. Kamu memang anak kebanggan Ayahmu." Kata nenek itu sambil terbatuk 

Ade Irma dan Yanti pada saat itu kaget tapi dan mereka langsung mengiyakan perkataan nenek itu. Kemudian mereka kembali kedalam mobil dan membicarakan soal nenek itu. 

"Nenek itu kenapa bilang seperti itu ka?" tanya Ade kepada Yanti

"Tidak tahu juga de, tapi tidak apa -- apa tidak usah kamu pikirkan." Jawab Yanti kepada Adiknya yang terlihat gelisah.

Sesampainya mereka di rumah, mereka menceritakan itu pada bu Johanna. Bu Johanna sudah merasakan perasaan yang tidak enak sejak seminggu terakhir. Bu Johanna mencoba menenangkan anak -- anaknya. Lalu bu Johanna mengajak mereka ke halaman untuk sekedar menenangkan pikiran dengan mengenalkan tanaman -- tanaman yang ada di halaman rumah mereka. 

 "Ibu, dimana ibu menaruh baju jendralku?" Tanya Ade kepada sang ibu.

 "Ini de, sedang ibu rapihkan. Ayo sini ibu bantu pakaikan." Jawab Johanna 

Ade Irma memakai baju jendral seperti baju pak Nas. Ade Irma sangat menyukai ayahnya itu. Ia berpikir bahwa ayahnya itu sangat baik untuk dijadikan panutan untuknya. Ade Irma begitu kagum kepada ayahnya saat ayahnya memakai seragam dinas. Ia ingin sekali seperti ayahnya. Seperti saat ini dia memakai seragam jendral yang dibuat khusus untuknya. Ia memakai itu dengan senang hati dan pergi ke sekolahnya. 

     Teman -- temannya dan ade Irma berbincang bersama mengenai baju yang mereka pakai. Ade Irma mengatakan bahwa ia termotivasi dari ayahnya makanya ia memakai baju tersebut, dan teman -- temannya pun terlihat terpukau. Ade Irma dan teman -- temannya sangat menikmati hari itu. Dia menjadi anak yang disiplin di sekolah.

Pierre berencana untuk menjemput Ade Irma dan Yanti, ia bergegas ke mobil untuk menjemput mereka. Di jalan ia menyempatkan untuk membeli dulu makanan kesukaan Ade dan Yanti. Setelah membeli itu Pierre melanjutkan perjalanannya. Seperti biasa yang dijemput terlebih dahulu adalah Ade. Saat Ade melihat Pierre sudah menunggu, ia langsung berlari menghampiri dan Pierre langsung menggendongnya. 

"Wah, Ade anggun sekali pakai baju ini, gagah seperti ayahnya."

Ade tersipu malu saat mendengar pujian dari om nya itu. Pierre memberikan makanan yang ia belikan dan langsung membawa Ade kedalam mobil untuk berangkat menjemput Yanti. Setelah bertemu yanti, mereka tidak mampir kemana -- mana lagi tetapi langsung pulang kerumah. 

Sementara itu Pak Nas yang sedang bertugas mengenai rivalitas dengan PKI mewaspadai pengaruh PKI atas Pak Soekarno dan pada gilirannya, Pak Nas memikirkan cara lain menghentikan momentum PKI. Tujuh jendral lain yang juga tidak menyetujui PKI memikirkan hal yang sama seperti Pak Nas. PKI mengetahui hal -- hal serupa dan mulai Menyusun rencana untuk membunuh ke tujuh jendral tersebut. Pak Nas lah yang menjadi target utama PKI saat itu, karena Pak Nas lah yang paling menentang PKI pada saat itu. 

 Hari ini 30 September 1965, Pak Nas dan keluarga sedang berada di rumah Jalan teuku umar no 40. Mereka seperti biasa makan bersama dan berbincang mengenai hari -- hari mereka. Kala itu bu Johanna menyampaikan perasaan tak enaknya kepada suaminya. 

"Aku memiliki perasaan yang tak enak, aku punya firasat bahwa kau akan segera di bunuh."

"Kenapa kau berbicara seperti itu ? tenang saja aku tidak akan kenapa -- kenapa, itu kan hanya firasat mu. Kita berdo'a saja untuk keselamatan kita semua" ujar pak Nas kepada istrinya yang sedang gelisah itu.

Hari itu bu Johanna menutupi kegelisahannya dengan mengajak anak -- anaknya bermain. Ade Irma selalu membawa boneka di tangannya, karena itu bu johanna punya ide untuk mengajak anak -- anaknya bermain boneka. Pak Nas mengajak mereka bercanda dengan berbagai humor yang disukainya. 

Senja sudah tiba, waktunya sholat maghrib. Mereka seperti biasa sholat maghrib berjama'ah dan berdo'a bersama. Mereka mengajarkan kepada anak -- anaknya untuk selalu taat beribadah. Setelah sholat mereka makan malam bersama. Tiba -- tiba saat semua sedang menikmati makannya Ade Irma nyeletuk.

"Makanan hari ini enak sekali yah, apakah besok aku masih bisa makan makanan enak seperti ini?"

"Tentu bisa, ibu akan memasakan masakan yang enak untukmu."

Setelah mereka selesai makan, mereka mulai Kembali ke aktivitas masing -- masing. Pak Nas ke meja kerja nya untuk menyelesaikan beberapa tugas yang belum selesai ia garap. Ia selalu fokus sekali ketika mengerjakan sesuatu, tapi kali ini entah bagaimana rasanya ia tidak tenang tapi tanpa alasan yang pasti. 

Ketika pukul 21.00 Ade Irma meminta kepada Ayah dan ibu nya untuk tidur di kamar mereka, karna biasanya Ade tidur di kamar yang berbeda. Ade tidur di tengah ayah dan ibunya. Waktu berlalu begitu cepat. Saat pukul 01.00 Johanna dan pak Nas malam itu tidak bisa tidur, karena malam itu hawanya sangat panas dan banyak nyamuk. \

Tiba -- tiba terdengar suara langkahan kaki "bruk bruk bruk" 

"Sepertinya, firasatku benar. Dengarkan dengan baik -- baik suara langkahan kaki ini. Yang akan membunuhmu datang!" 

"Ayo cepat berlindung bangun kan anak -- anak!" 

Bu Johanna mengintip dari jendela kamarnya. Ia melihat bahwa banyak prajurit berbaret merah membawa senapan sedang mengerubungi sekekeliling rumahnya itu. kala itu bu Johanna membuka pintu rumahnya lalu bertanya 

" Ada apa datang kesini malam -- malam ?" 

"kami ingin menjemput pak Nasution untuk dibawa bersama kami untuk menjalankan tugas titah pak soeharto." Jawab salah satu dari prajurit berbaret merah tersebut. 

Bu Johanna menjawab "Bapak tidak ada, ia sedang dinas ke Bandung."

Sambil berbicara bu johanna melihat bet yang ada di lengan prajurit tersebut ada logo dan tulisan "tjakrabirawa" 

Pasukan cakrabirawa itu tidak percaya dan berpencar. Mereka menembak -- nembaki pintu kamar pak Nas. Ade Irma yang mendengar kegaduhan ini langsung berlalu ke arah ibunya dan memeluka kaki ibunya itu. Bu johanna menggendong Ade dan menyuruh art nya untuk menutup pintu menggunakan lemari. Pak Nas tiarap dan mencoba melindungi diri agar tidak terkena peluru. 

Pada saat ingin berpindah ruangan bu Johanna meminta tolong kepada ART nya untuk membuka pintu kamar sebelah. Tapi ternyata ART nya tersebut salah membuka pintu. Akhirnya Ade Irma terkena tembakan di punggungnya. Darah Ade kala itu berceceran kemana -- kemana, Bu Johanna menutupi luka ade itu dengan tangannya sambil menggendong Ade Bu Johanna membantu Pak Nas untuk kabur lewat dinding. Ade sama sekali tidak mengeluh kesakitan. Bu Johanna begitu kuat menahan keterpurukan ini.

Pak Nas hampir saja ketahuan karena pada saat ia memanjat dinding tersebut ada bayangannya yang terlihat oleh pasukan cakrabirawa. Untungnya prajurit Cakrabirawa kala itu menembakkan pelurunya ke bayangan tersebut sehingga pak Nas berhasil dan bersembunyi di balik tong besar yang ada disitu.

Di sisi lain, pada saat ada Pierre Tendean. Dia dicurigai sebagai pak Nas karena ia dianggap mirip oleh pasukan cakrabirawa. 

"Saya bukan Nasution, Saya ajudannya!" ucap pierre saat di ikat dengan paksa oleh pasukan cakrabirawa. 

Pasukan Cakrabirawa menembak Pierre dan membawa paksa Pierre ke truk. Pimpinan regu cakrabirawa kali itu menyuruh semua prajurit untuk kembali ke mobil karena dianggapnya sudah mendapatkan pak Nas, padahal yang di tangkapnya itu adalah ajudannya Pierre Tendean. 

Pasukan tersebut membawa semua jendral yang diculik tersebut ke markas mereka dan melakukan hal keji terhadap korban. Semua korban yang diculik dibunuh dengan sadis. Kemudian mayatnya disimpan dilubang yang kecil yang diberi nama lubang buaya. 

Sementara itu, pak Nas yang bersembunyi di tong besar dia berpindah dan meminta bantuan tetangganya. Setelah pukul 06.00 tanggal 01 oktober dia Kembali kerumah dan minta tolong kepada ajudannya untuk mengantarnya ke Departemen Pertahanan dan Keamanan, Ia mengabari keadaannya itu pada Panglima kostrad Mayor Jendral Soeharto. Lalu Pak Nas dibawa ke Makostrad, Di sana ia diajak berdiskusi tentang bagaimana cara untuk menumpas pemberontakan pki itu. 

Pak Nas dan rekan -- rekan yang lainnya benar -- benar marah. Mereka mengatakan bahwa PKI ini sudah menyelewengkan tatakrama. PKI sudah tidak berperikemanusiaan. Dengan siasat yang mereka rencanakan akhirnya pada tanggal 04 Oktober para mayat korban penculikan ini ditemukan. 

Di lain tempat, Ade Irma suryani sudah dirawat selama beberapa hari di rumah sakit Angkatan darat. Selama dirawat Ade sama sekali tidak pernah mengeluh. Ia seorang anak kecil layak orang dewasa. Dia begitu dewasa menghadapi hal yang begitu besar untuk seorang gadis kecil sepertinya. 

"Ade maafkan ayah yah, ayah janji akan temani ade terus"

"Ayah tidak usah repot -- repot, ade tidak apa apa kok."

"Maafkan ayah, ayah tidak bisa jadi ayah yang baik untuk ade."

"tidak ayah, Ayah adalah ayah yang hebat untukku."

Tidak lama kemudian ade meninggal, dan di makamkan di blok P, Komplek Wali Kota Jakarta Selatan, Kebayoran Baru. Yanti kakaknya sangat terpukul melihat adiknya yang kini sudah tiada. Bu Johanna pun berusaha tabah dalam kejadian ini. Pak Nas berpegang teguh pada dirinya bahwa kesempatan ia hidup ini mengorbankan anaknya haruslah berguna. Beliau bertekad untuk lebih tegas dalam semua hal dan lebih berjuang lagi untuk bangsa Indonesia. 

Pak Nas percaya bahwa adat pasang bertarung naik, ia harus lebih siap dengan semua takdir tuhan. Makanya ia juga berusaha keras untuk menjalani hidup yang bermanfaat bagi orang banyak. Ia pun belajar dari anaknya itu bahwa hidup tidak ada yang tahu. Tetap kuat dan tidak boleh mengeluh adalah prinsip baru yang ia dapatkan setelah kepergian anaknya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun