Sementara itu, pak Nas yang bersembunyi di tong besar dia berpindah dan meminta bantuan tetangganya. Setelah pukul 06.00 tanggal 01 oktober dia Kembali kerumah dan minta tolong kepada ajudannya untuk mengantarnya ke Departemen Pertahanan dan Keamanan, Ia mengabari keadaannya itu pada Panglima kostrad Mayor Jendral Soeharto. Lalu Pak Nas dibawa ke Makostrad, Di sana ia diajak berdiskusi tentang bagaimana cara untuk menumpas pemberontakan pki itu.Â
Pak Nas dan rekan -- rekan yang lainnya benar -- benar marah. Mereka mengatakan bahwa PKI ini sudah menyelewengkan tatakrama. PKI sudah tidak berperikemanusiaan. Dengan siasat yang mereka rencanakan akhirnya pada tanggal 04 Oktober para mayat korban penculikan ini ditemukan.Â
Di lain tempat, Ade Irma suryani sudah dirawat selama beberapa hari di rumah sakit Angkatan darat. Selama dirawat Ade sama sekali tidak pernah mengeluh. Ia seorang anak kecil layak orang dewasa. Dia begitu dewasa menghadapi hal yang begitu besar untuk seorang gadis kecil sepertinya.Â
"Ade maafkan ayah yah, ayah janji akan temani ade terus"
"Ayah tidak usah repot -- repot, ade tidak apa apa kok."
"Maafkan ayah, ayah tidak bisa jadi ayah yang baik untuk ade."
"tidak ayah, Ayah adalah ayah yang hebat untukku."
Tidak lama kemudian ade meninggal, dan di makamkan di blok P, Komplek Wali Kota Jakarta Selatan, Kebayoran Baru. Yanti kakaknya sangat terpukul melihat adiknya yang kini sudah tiada. Bu Johanna pun berusaha tabah dalam kejadian ini. Pak Nas berpegang teguh pada dirinya bahwa kesempatan ia hidup ini mengorbankan anaknya haruslah berguna. Beliau bertekad untuk lebih tegas dalam semua hal dan lebih berjuang lagi untuk bangsa Indonesia.Â
Pak Nas percaya bahwa adat pasang bertarung naik, ia harus lebih siap dengan semua takdir tuhan. Makanya ia juga berusaha keras untuk menjalani hidup yang bermanfaat bagi orang banyak. Ia pun belajar dari anaknya itu bahwa hidup tidak ada yang tahu. Tetap kuat dan tidak boleh mengeluh adalah prinsip baru yang ia dapatkan setelah kepergian anaknya itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H