Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jurnalis

0817897967 \r\n\r\n\r\n Account Bank MANDIRI\r\nNo.Rek. 156-00-024-6862-9 (Syaiful Anwar)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Jejak Langkah Sang Patriot yang Selalu Diterjang Serangan

28 Januari 2019   07:29 Diperbarui: 28 Januari 2019   07:42 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Hal tersebut menyingkap hal yang masih tersembunyi. Bagaimana sebuah pernyataan yang begitu sensitif dapat timbul tanpa sepengetahuan juru bicara atau Panglima ABRI?

Saya sendiri berhasil mendapat salinan press release tersebut, tertanggal 16 Mei. Rilis tersebut tidak bertanda tangan resmi atau tidak berkepala surat ABRI. Saya sempat bertemu Brigjen A. Wahab Mokodongan, juru bicara resmi ABRI pada bulan Mei 1998. Ia memastikan, militer telah menarik pernyataan tersebut, tetapi menyatakan bahwa ia tidak mengetahui asal mulanya. Setelah konferensi pers pada larut malam, katanya, ia heran mendapatkan pernyataan tersebut dalam mesin fotokopinya. Sewaktu ia melaporkan pada Wiranto, Panglima ABRI segera memerintahkan penyelidikan. Mokodongan mengatakan pihak intel memeriksa semua komputer dalam lingkup markas besar. "Tidak ditemukan yang seperti ini," katanya.

Malam harinya di Cendana, Prabowo mengaku bertemu Wiranto, yang memberitahu bahwa anak-anak Soeharto ingin berperang. "Bagaimana mungkin?" jerit Prabowo.

Kami berbicara dengan tiga wartawan Indonesia yang meliput peristiwa-peristiwa sepanjang tahun 1998. Dua orang teringat bahwa mereka menerima pernyataan tersebut pada konferensi pers Wahab Mokodongan. (Seorang wartawan bahkan secara pasti ingat betul bahwa Mokodongan telah membacakannya). Seorang lainnya yakin majalahnya bahkan mendapat faks dari kantor Mokodongan. Hal tersebut menyingkap hal yang masih tersembunyi. 

Bagaimana sebuah pernyataan yang begitu sensitif dapat timbul tanpa sepengetahuan juru bicara atau Panglima ABRI?
Pada tanggal 18 Mei, Prabowo bertemu Amien Rais. Tokoh oposisi ini, seingat Prabowo, mengatakan: "Saya rasa situasinya sekarang tidak dapat dipertahankan lagi. Saya rasa Anda harus meyakinkan Pak Harto untuk mundur." 

Tetapi posisi Prabowo jelas-jelas tidak memungkinkan. Malam harinya di Cendana, Prabowo mengaku bertemu Wiranto, yang memberitahu bahwa anak-anak Soeharto ingin berperang. "Bagaimana mungkin?" jerit Prabowo. Hari itu, Amien Rais menyampaikan seruan berdemonstrasi pada tanggal 20 Mei di Monas. Prabowo berusaha mencegahnya, karena dicemaskan akan dihadiri ribuan orang, dan mung-kin akan jatuh korban.

Prabowo kemudian menemui putri sulung Soeharto, Siti Hardiyanti Rukmana, alias Tutut. Menurut Prabowo, Tutut bertanya apa langkah mereka berikutnya. "Saran saya," kata Prabowo, "ganti Wiranto atau terapkan UU darurat. Soeharto tidak ingin melakukan keduanya. Maka saya berkata: 'Apakah ada cara lain?'."

Tutut lalu bertanya apa yang akan terjadi bila ayahnya mundur. Prabowo menjawab, berdasarkan undang-undang, Habibie yang akan menggan-tikan.
Seruan langsung bagi Soeharto untuk mundur datang pada hari yang sama. Kira-kira pukul 03.00 petang, pada tanggal 18 Mei, dengan didudukinya gedung parlemen oleh mahasiswa yang berdemonstrasi, Ketua MPR Harmoko rneminta pengunduran diri Soeharto. Larut malamnya, Wiranto mengeluarkan pernyataan di depan konferensi pers bahwa pernyataan Harmoko dan kawan-kawan dari parlemen merupakan "pendapat pribadi".

Sehubungan dengan keberadaan para mahasiswa di gedung parlemen, petang hari sebelumnya Wiranto telah bertemu dengan sekelompok ak-tivis, termasuk pula pimpinan alumni Universitas Indonesia, Hariadi Darmawan. Mereka memastikan bahwa para mahasiswa merencanakan untuk bergerak menuju parlemen, dan mendiskusikan cara terbaik untuk mencegah kerusuhan yang akan terjadi. Seseorang menyarankan agar para mahasiswa dijaga oleh militer, atau dibawa ke parlemen dengan kendaraan.

Malam itu, Wiranto menemui perwira senior untuk mendiskusikan demonstrasi. "Rapat yang diketuai Wiranto memutuskan bahwa perintahnya adalah untuk mencegah arak-arakan dengan segala cara," kata Prabowo mengingat kembali. "Saya berkali-kali menanyakan apa maksudnya. Apakah kami menggunakan peluru tajam? Ia (Wiranto) tidak memberi jawaban jelas."

Pagi berikutnya, kata Pangdam Jaya Syafrie Syamsuddin, ia diperintahkan dua ajudan Wiranto untuk menyiapkan transportasi. Sekitar pukul 10.00 pagi, katanya, ia juga mendapat informasi bahwa pimpinan MPR telah memberikan izin masuk kompleks parlemen bagi para mahasiswa. Para mahasiswa menolak hampir seluruh kendaraan militer, tetapi selama mereka datang dengan kendaraan, Syafrie menjamin mereka tidak akan mendapatkan gangguan sepanjang perjalanan menuju parlemen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun