Buyung juga bertanya apakah terdapat persaingan antara dia dan Wiranto. Prabowo menyangkal semuanya. "Bagaimana bisa terjadi persaingan?" dia menjelaskan sekarang. "Dia bintang empat, saya bintang tiga. Saya sedang mencoba untuk mengejarnya. Tapi bukankah saya calon yang tepat untuk menggantikannya?"
Setelah menghadiri rapat komando yang dipimpin langsung oleh Wiranto, Prabowo tiba di tempat pertemuan berikutnya hampir jam satu malam. Dua teman dekat Abdurrahman Wahid menyarankan agar Prabowo menjumpai ulama itu, yang hampir saja terlelap saat sang jenderal tiba. Wahid, alias Gus Dur, masih berkenan menerima Prabowo dan bertanya tentang situasi yang kacau balau. "Saya katakan, kami bisa mengendalikan situasi esok hari," kata Prabowo.
Setelah berganti baju, Prabowo langsung menuju bandara Halim Perdana Kusuma, di mana Soeharto mendarat, Jumat, 15 Mei dinihari. Prabowo menunggu di dalam mobil ketika Wiranto bertemu Soeharto. Mereka bertiga, disertai sebagian besar petinggi militer, melaju menuju kediaman Soeharto di Jalan Cendana, Jakarta Pusat.
Pada akhir pemerintahannya, Soeharto menjadi begitu tergantung pada menteri-menterinya, jenderal-jenderalnya, dan anak-anaknya yang mengelilinginya setiap waktu. Soeharto adalah pemimpin mereka, tetapi rasanya, orang tua itu juga menjadi tawanan mereka.
Prabowo berkata, Soeharto bermuka masam di depannya. Sekarang Prabowo sadar bahwa saat itu Soeharto berpikir menantunya itu memiliki rencana menggulingkannya. Kata Prabowo, "Muncul di koran-koran bahwa Jenderal Nasution, yang semua orang tahu dekat dengan saya, mengatakan bahwa Amien Rais harus bicara dengan Jenderal Prabowo untuk mengendalikan situasi. Informasi ini pasti sampai kepada Pak Harto."
Pada akhir pemerintahannya, Soeharto menjadi begitu tergantung pada menteri-menterinya, jenderal-jenderalnya, dan anak-anaknya yang mengelilinginya setiap waktu. Soeharto adalah pemimpin mereka, tetapi rasanya, orang tua itu juga menjadi tawanan mereka.
"Ada seni intrik istana yang sudah berakar ribuan tahun," kata Prabowo. "Anda berbisik dengan sangat hati-hati, dan meracuni pikiran seseorang. Saya mencoba memberikan informasi, tetapi saya justru dianggap ikut campur. Ada orang yang meracuni pikirannya (Soeharto): bahwa menantunya ada di sana hanya untuk merebut kekuasaan."
Pemikiran itu, Prabowo yakin, ikut membantu menjatuhkannya.
PENGUNDURAN DIRI
Suara-suara yang menghendaki perubahan semakin kencang. Fraksi-fraksi dari partai yang berkuasa, jenderal-jenderal purnawirawan, semua menuntut pengunduran diri Presiden Soeharto. Pada tanggal 15 Mei, para pimpinan Nandatul Ulama (NU) menyampaikan pernyataan politik dengan lima pokok. Satu poin menggarisbawahi penghargaan mereka atas pernyataan Soeharto di Mesir: "Bila saya tidak lagi dipercaya, saya akan menjadi seorang pandito (orang bijaksana)."Â
Tanggapan NU ini merupakan cara diplomatis dari sikap mereka yang percaya bahwa era Soeharto telah berakhir.
Prabowo menghabiskan hampir seluruh akhir pekannya, dari tanggal 15 Mei hingga tanggal 17 Mei, di markas Kostrad untuk menangani pasu-kannya. Sabtu sore, tanggal 16 Mei, seorang teman memperlihatkan selembar salinan yang tampaknya seperti suatu pernyataan pers dari Mabes ABRI yang mendukung sikap NU. Prabowo langsung pergi menghadap Presiden. "Pak, ini berarti militer meminta Bapak mundur!" katanya memberitahu Soeharto.
Presiden lantas meminta menantunya untuk memeriksanya pada Jenderal Subagyo. Ternyata, KSAD tidak tahu apa-apa. Kedua jenderal itu langsung menghadap Soeharto. Pagi-pagi sekali, 17 Mei, Mabes ABRI menarik kembali pemyataan tersebut sebelum sempat diterbitkan di banyak surat kabar. Menurut Prabowo, beberapa waktu kemudian, di pagi yang sama, Wiranto tiba di Cendana untuk menekankan kepada Soeharto bahwa ia juga tidak tahu apa-apa mengenai pernyataan tersebut.