Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jurnalis

0817897967 \r\n\r\n\r\n Account Bank MANDIRI\r\nNo.Rek. 156-00-024-6862-9 (Syaiful Anwar)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Jejak Langkah Sang Patriot yang Selalu Diterjang Serangan

28 Januari 2019   07:29 Diperbarui: 28 Januari 2019   07:42 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kisah ini menantang pemahaman kita mengenai negeri ini: militernya, keluarga mantan penguasanya, dan sejarahnya. Apapun gambaran yang Anda dapatkan, tidaklah mungkin melihat mundurnya Soeharto di masa lalu, atau kepribadian dan konfliknya dengan masa sekarang, dengan cara yang sama seperti sebelumnya.

RANGKAIAN KEJADIAN
Banyak cerita beredar di Jakarta tentang Prabowo. Pada cerita popular tentang kejatuhan Soeharto, mantan perwira pasukan khusus seringkali berperan sebagai pengarang cerita tersebut: tentang seorang penjahat yang jenius, jika dia mau menjelaskan, dapat menunjukkan bagaimana seluruh rangkaian kejadian dari peristiwa-peristiwa yang dia rencanakan untuk memutuskan suatu persekongkolan yang cerdik.

Tetapi pada akhir kekuasaan Soeharto, dia bukan satu-satunya tokoh. Terdapat banyak aktor, banyak motif, dan banyak kelicikan. Di tengah kerusuhan sosial dan kemerosotan ekonomi, di kalangan elit Jakarta telah rnenjadi jelas bahwa jauh sebelum Mei 1998, pertanyaannya bukan lagi apakah Presiden akan mengundurkan diri atau tidak, tetapi kapan dia akan mundur. 

Ini berarti mereka terlibat dalam permainan yang sulit: bertahan dalam loyalitas terhadap Soeharto, atau setidaknya kelihatan demikian, dan pada saat yang sama menyelamatkan diri dan bersiap meniti masa depan tanpa Soeharto.

Para mahasiswa dan kaum oposisi yang populer, terlepas dari high-profile mereka, adalah pemain yang paling tak berdaya. Keputusan yang sesungguhnya dibuat di sekeliling Presiden. Ada enam anak Soeharto. Ada wakil presidennya, Habibie. Ada menteri-menteri Soeharto dan ketua parlemennya. Dan ada kekuatan pasukan angkatan bersenjatanya, dan dua jenderal tingginya, Wiranto dan Prabowo.

Menjelang peristiwa Mei, Prabowo telah nyaman berada di pusat kekuasaan. Pada Maret 1998, dia telah dipromosikan dari Danjen Kopassus menjadi Panglima Komando Strategi Angkatan Darat. Jabatan baru membuatnya menjadi seorang jenderal bintang tiga. Teman sejawatnya di Kopassus, Mayor Jenderal Syafrie Syamsuddin telah menjadi komandan garnisun ibukota sejak September 1997. Mantan pimpinan Kopassus sebelum Prabowo, Jenderal Subagyo Hadisiswoyo, telah menjadi KSAD. Sekutunya yang lain, Mayor Jenderal Muchdi Purwopranjono, kini menjadi bos Kopassus yang baru.

Hubungan Jenderal Prabowo dengan atasannya, Wiranto, tak begitu baik. "Tidak ada chemistry yang bagus di antara kami," kata Prabowo. "Kami tidak pernah bertugas pada unit yang sama. Kami berasal dari latar belakang yang berbeda."

Wiranto dan Prabowo berada dalam posisi yang seimbang. Tetapi pada bulan Maret, saat MPR memilih kembali Soeharto dan menunjuk Habibie sebagai Wakil Presiden, Prabowo kelihatan melangkah satu tingkat lebih tinggi. Dia sahabat lama Habibie. Mereka sama-sama mempunyai watak khas barat dan sebuah idealisme yang optimistis.

Wiranto tumbuh dewasa dalam tradisi Jawa. Prabowo tumbuh dewasa di luar negeri, di ibukota-ibukota negara-negara di Eropa dan Asia. Prabowo selalu ditempatkan pada tugas lapangan dan medan tempur, sedangkan Wiranto menghabiskan waktu pada pekerjaan staf dan teritorial. Setelah empat tahun bertugas sebagai ajudan Soeharto, karir Wiranto melesat menjadi Pangdam Jaya dan Pangkostrad. 

Tahun 1997 dia menjadi KSAD. Maret 1998, Soeharto menjadikannya sebagai panglima angkatan bersenjata dan menteri pertahanan. Kepada Wiranto, Asiaweek mengirim klaim dan komentar Prabowo yang menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam laporan ini. Ajudan Wiranto menjawab bahwa Wiranto memutuskan untuk menanggapinya dalam edisi Asiaweek selanjutnya.

Wiranto dan Prabowo berada dalam posisi yang seimbang. Tetapi pada bulan Maret, saat MPR memilih kembali Soeharto dan menunjuk Habibie sebagai Wakil Presiden, Prabowo kelihatan melangkah satu tingkat lebih tinggi. Dia sahabat lama Habibie. Mereka sama-sama mempunyai watak khas barat dan sebuah idealisme yang optimistis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun