Mohon tunggu...
Kania Nadya Ulya
Kania Nadya Ulya Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

The Real Winner

25 Desember 2023   14:10 Diperbarui: 26 Desember 2023   12:19 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sifat-sifat enzim antara lain;Enzim sebagai biokatalisator suatu reaksi, dapat bekerja secara bolak balik atau reversibel, berwujud sebagai koloid, rusak jika kena panas atau termolabil, dan dapat diekstraksi dari sel tanpa kehilangan aktivitas katalitiknya."Jawab Aidan santai, seolah yang keluar dari mulutnya barusan adalah spontanitas. Jawabannya begitu rinci, runut dan tidak ada satupun yang salah. Satu kelas tertegun, termasuk Bu Mira.

"Marvelous!Berikan applause untuk teman kita!"Ujar Bu Mira sembari bertepuk tangan, takjub. Semua murid bertepuk tangan kecuali Derren dan Amara. Amara sibuk bercermin di mejanya sementara Derren tertidur pulas di mejanya setelah kemarin malam menyelesaikan PS-5 nya. 

"Hei,  Amara! Derren!Kenapa kalian sulit sekali memberikan tepuk tangan?Hah?!Sudah merasa pintar?"Kali ini perhatian Bu Mira dan seluruh murid beralih pada mereka. 

"Amara!Sempat-sempatnya kamu bercermin disaat kelas  berlangsung, ya. Gaya dan penampilan tidak ibu butuhkan disini. Tapi yang ibu butuhkan adalah isi otak. Kalau kamu memang mementingkan fashion daripada otak, kenapa tidak sekolah di sekolah fashion saja?"Kata Bu Mira murka. Kata-katanya mampu menusuk hati Amara. 

"Berdiri kamu!"Suruh Bu Mira. Amara meletakkan cerminnya di atas meja, kemudian beringsut berdiri dengan malas. Semua mata kini tertuju padanya. Amara sudah biasa diperhatikan banyak orang, toh ia sendiri suka cari perhatian. Kini Bu Mira beralih pada Derren yang masih saja tertidur pulas. Padahal Bu Mira sudah memarahi mereka sejak tadi.

"Der-ren!"Seru Bu Mira persis di dekat telinganya. Tiba-tiba kepala Derren terangkat. Ia mengerjap sebelum akhirnya menatap Bu Mira yang sedari tadi sudah berada persis di hadapannya. Satu kelas bergidik ngeri. Tapi lelaki itu tampak biasa saja seolah barusan tidak terjadi apa-apa. 

"Hmmh...Keterlaluan kamu!"Ujar Bu Mira sambil menjewer telinga Derren. Ia kerap kali begitu. Tidak peduli seberapa killer guru yang mengajar di kelasnya. Jika ia kecapekan karena begadang, maka ia meilih untuk tidur di kelas. Tapi  ada pula saat-saat Derren memperhatikan guru menerangkan. Entah jin baik mana yang merasuki Derren jika ia sudah memperhatikan guru begitu.

"Aduuhh...Sakit..Sakit bu!"Derren mengaduh kesakitan.

"Kamu juga, sama saja. Berdiri kamu!"Bu Mira semakin naik pitam.

"Kalian berdua baru boleh duduk setelah menjawab pertanyaan dari saya!"Tegas Bu Mira yang kini mulai berjalan. 

"Sebutkan tokoh-tokoh yang pendapatnya menjadi fondasi teori evolusi."Tanya Bu Mira kesekian kalinya.  Aaahh! Derren paling benci saat-saat seperti ini. Derren paling benci tunjuk-tunjuk tangan untuk menjawab pertanyaan guru. Karena Derren tidak pernah begitu. Entah karena pertanyaan itu terlalu mudah atau karena ia tidak mampu menjawabnya. Pada akhirnya guru-guru akan mengajukan pertanyaan padanya. Alhasil Derren mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan  itu tanpa ada kesalahan. Tapi kali ini apa boleh buat, karena ini demi nyawanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun