Mohon tunggu...
Muhammad Wachid Anwar
Muhammad Wachid Anwar Mohon Tunggu... Guru - GURU BK

Saya adalah Guru BK di sebuah Sekolah Menengah Kejuruan di Jawa Tengah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Meningkatkan Kematangan Pemilihan Karir Melalui Bimbingan Kelompok dengan Teknik Problem Solving

28 Februari 2024   13:50 Diperbarui: 29 Februari 2024   08:06 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://smkn5batam.sch.id/category/bk/bk-bimbingan-karir/

Meningkatkan Kematangan Pemilihan Karir Melalui Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Problem Solving

Di SMK Darul Fikr Andong

Oleh: Muhammad Wachid Anwar, S.Sos.I

Guru BK SMK Darul Fikr Andong

alfatahanwar77@gmail.com

Abstrak

Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah untuk (1) meningkatkan kemampuan siswa membuat keputusan karir pilihan studi lanjut, dimana setelah pelaksanaan layanan BK karir dengan pendekatan Problem Solving yaitu agar siswa mampu mengenal potensi (bakat dan minat) sehingga mampu menentukan pilihan jurusan studi lanjutan. Luaran hasil program layanan BK karir degan Problem Solving yang diberikan kepada siswa yaitu berupa sebuah panduan lembaran penilaian diri dalam membuat keputusan karir pilihan jurusan studi lanjut di perguruan tinggi yang disusun dalam sebuah lembaran panduan. Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian layanan BK karir dengan pendekatan Problem Solving yaitu presentasi dan demontarasi melalui beberapa tahapan sebagai berikut : (1) pada awal kegiatan siswa diberikan pengetahuan dan pemahaman tentang tujuan layanan BK karir, (2) mendemonstrasikan secara langsung langkah-langkah membuat keputusan pilihan jurusan studi lanjut, (3) siswa melakukan latihan praktik secara mandiri. Adapun hasil dari kegiatan bimbingan konseling karir yang telah dilaksanakan menunjukkan perubahan yang baik, siswa mulai mengenal bakat dan kemampuan untuk digunakan dalam membuat keputusan karir.

Kata Kunci : Bimbingan dan Konseling karir, Problem Solving, SMK Darul Fikr Andong

PENDAHULUAN

Pada umumnya siswa SMK berada direntang usia 15-18 tahun. Dimana usia tersebut merupakan tahap perkembangan remaja akhir, yang mana dalam tugas perkembangan manusia ini merupakan usia siswa dihadapkan pada permasalahan mengenai pengambilan keputusan pilihan karir untuk masa depan. Sesuai dengan tugas perkembangan usia remaja menurut Havighurst (dalam Ali & Asrori, 2005: 167) yaitu memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan serta kemana akan melanjutkan pendidikannya.

Sesuai dengan prinsip Sekolah Menengah Kejuruan dan juga tugas perkembangan usia remaja jelas bahwa peserta didik SMK diharapkan mampu membuat keputusan berkenaan dengan pendidikan dan pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kompetensi mereka, serta memiliki pilihan dan persiapan untuk pekerjaan. Pengambilan keputusan karir siswa SMK dapat dilihat dari beberapa sisi yaitu: 1. Rational (pengambilan keputusan karir yang dilakukan sesuai dengan kaidah logika, cara-cara yang sistematis dan bertanggung jawab), 2. Fatalistic (seseorang memiliki sedikit kontreol terhadap dirinya sendiri dalam pengambilan keputusan karir), 3. Intuitive (pengambilan keputusan karir seseorang bergantung pada suara hati dan kondisi emosional dirinya, 4. Implusive (pengambilan keputusan karir yang dilakukan secara sepontan dengan kata hatinya saat itu juga, 5. Dependent (pengambilan keputusan karir yang mengandalkan pada harapan atas saran dari orang lain. Sehingga dapat terciptanya generasi bangsa yang sukses dalam meniti karir masa depan sesuai dengan harapannya. Bentuk mengambil keputusan karir siswa seperti keinginan untuk bekerja sesuai dengan minatnya, memasuki perguruan tinggi sesuai dengan prestasi yang dicapainya dan memilih jurusan yang sesuai dengan bakat dan mintanya.

Kebanyakan dari siswa SMK masih bingung dalam menentukan keputusan milih karir setelah lulus sekolah. Hal ini dikarenakan minimnya pemahamn informasi yang mereka dapatkan sebagai bekal pembuatan keputusan dalam pemilihan karir. Siswa SMK yang ingin melanjutkan pendidikan maupun yang ingin langsung bekerja tidaklah mudah dalam menentukan pilihannya, diharapkan siswa benar-benar memiliki kematangan dalam pemilihan karir serta mampu bertanggung jawab atas pilihan karir yang telah dipilihnya, karena hal itulah yang nantinya akan menentukan masa depan siswa sesuai dengan karir yang dicita-citakan.

Roe (dalam Munandir, 1996 : 104) menyatakan dalam pemilihan karir seseorang berdasarkan pada teori kepribadian. Hal yang dianggap penting di dalam teori ini adalah kebutuhan dan adanya jenis-jenis kepribadian. Permasalahan dalam kebutuhan, orang akan memilih pekerjaan yang dapat memuaskan kebutuhannya. Pandangan-pandangan yang berpengaruh pada penyusunan teori Roe, termasuk teori penyaluran tenaga kejiwaan dan pengaruh pengalaman masa kecil (Murphy), teori kebutuhan (Maslow), dan pengaruh factor keturunan.

Penjelasan tentang siswa dalam memilih karir memberikan pemahaman bagi konselor bahwa layanan bimbingan karir sangat penting untuk dilaksanakan di sekolah. Menjadikan siswa mampu menentukan pilihan karir dengan mengetahui kemampuan pada dirinya. Kurangnya kematangan pemilihan karir menjadi sebuah permasalahan yang banyak dialami oleh siswa SMK saat ini. Kurangnya kematangan pemilihan karir siswa dipengaruhi oleh minimnya tentang pengetahuan karir siswa yang terbatas. Kematangan pemilihan karir menjadi suatu hal penting karena dapat mempengaruhi kesuksesan karir siswa dimasa depan.

Pemilihan karir juga sangat mempengaruhi pembelajaran siswa yang masih di sekolah. Siswa yang memiliki tujuan karir masa depan biasanya akan belajar dengan rajin dan giat, lebih memperhatikan nilai akademiknya, lebih rajin masuk sekolah, lebih aktif diorganisasi sekolah, dan lebih disiplin di sekolah. Dengan demikian terdapat motivasi karir tersendiri yang menjadikan mereka pelajar yang lebih baik.

Dari hasil wawancara dengan guru BK dan observasi yang dilakukan peneliti di SMK Darul Fikr Andong Boyolali pada tanggal 2 Januari 2024 di peroleh hasil bahwa kematangan pemilihan karir kurang matang. Keterkaitan siswa untuk mengetahui dan mempelajari lebih dalam mengenai hal ini didiskripsikan atas diperolehnya : (1) Siswa kurang memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu menempuh bidang karir yang diminati, (2) Siswa belum bisa mencari dan memilih kegiatan yang relevan dengan bidang karir yang diminati, (3) Siswa kurang sungguh-sungguh dalam melaksanakan kegiatan terutama yang relevan dengan bidang karir yang diminati, (4) Siswa belum mampu bertanggung jawab atas resiko keputusan karir yang diambilnya, (5) Siswa minat karirnya cenderung kurang menetap. Jika kondisi ini terus dibiarkan dikhawatirkan siswa akan mengalami kesulitan dalam mematangkan pemilihan karirnya yang mengakibatkan sulit menentukan pilihan karirnya.

Kematangan pemilihan karir yang baik akan mempermudah siswa memperoleh pekerjaan dan pemahaman tentang pilihan karir yang dipilihnya. Sangatlah penting siswa mematangkan pemilihan karirnya, hal ini serupa dari hasil wawancara dengan konselor sekolah. maka peneliti berkeinginan untuk membantu siswa dalam meningkatkan kematangan pemilihan karir. Agar tidak terjadi hal tersebut perlu adanya bimbingan dari pihak sekolah khususnya guru BK di sekolah. Peranan guru BK sangat diperlukan untuk membimbing dan mengarahkan siswa agar memiliki kematangan pemilihan karir yang baik.

Layanan ini digunakan karena dapat membantu siswa untuk mengikuti kegiatan diskusi kelompok, memperoleh pengalaman, pengetahuan, serta dapat membahas topik-topik yang mendalam akan mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan, keaktifan dan sikap yang lebih efektif, siswa sebagai anggota kelompok saling berinteraksi, saling mengemukakan pendapatnya, dan aktif dalam pelaksanaan bimbingan kelompok.

Dalam mengatasi hal tersebut, sebenarnya pihak sekolah sudah mengupayakan agar siswa mendapatkan layanan bimbingan dan konseling yang sesuai untuk meningkatkan kematangan pemilihan karir. Namun dirasakan belum maksimal karena guru BK menggunakan layanan informasi dan konseling kelompok yang dalam kenyataannya kurang cocok untuk meningkatkan kematangan pemilihan karir. Dalam melaksanakan layanan informasi guru BK hanya memberikan pengetahuan mengenai memilih perguruan tinggi yang baik dan memberikan pengetahuan tentang pekerjaan yang berkaitan dengan kedinasan. Selain itu guru BK juga memberikan layanan konseling kelompok yang bertujuan agar siswa dapat bertukar pendapat dengan temannya dan saling mencari tahu tentang masa depannya. Layanan informasi dan layanan konseling kelompok yang diberikan oleh guru BK hanya satu kali itu pun pada saat akhir semester dan dirasa kurang efektif. Peneliti memberikan upaya dalam meningkatkan kematangan karir dengan dilaksanakan melalui layanan bimbingan kelompok teknik problem solving konselor sekolah dianggap telah efektif. Sehingga siswa lebih mudah memahami materi yang diberikan.

Problem solving suatu proses kreatif dimana individu-individu melalui perubahan- perubahan yang ada pada lingkungannya dan membuat pilihan-pilihan baru, keputusan-keputusan atau penyesuaian yang selaras dengan tujuan-tujuan dan nilai hidupnya (Romlah 2001: 93). Penggunaan Layanan Bimbingan Kelompok dengan teknik Problem Solving diharapkan dapat memberikan pemahaman yang mendalam bagi siswa mengenai kematangan pemilihan karir, siswa diharapkan dapat mematangkan dan mengembangkan pilihan karir yang diperoleh, sehingga dapat meningkatkan kematangan pemilihan karir pada siswa.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan bimbingan dan konseling. Menurut Tantra (2005: 38) penelitian tindakan bimbingan dan konseling merupakan penelitian yang dilaksanakan oleh guru/dosen di kelasnya sendiri melalu refleksi diri yang diikuti dengan tindakan yang bertujuan memperbaiki kinerja pembelajaran/layanan bimbingan dan konseling, sehingga hasil pembelajaran/layanan bimbingan dan konseling meningkat. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap (2 pertemuan). Tiap pertemuan dilaksanakan dua kali sesuai dengan indikator perubahan tingkah laku yang hendak dicapai.

Analisis data adalah menyeleksi dan mengorganisasikan data secara sistematis dan rasional. Kegiatan analisis data merupakan kegiatan yang sangat penting dalam penelitian, terutama untuk memberi makna terhadap data yang dikumpulkan. Berdasarkan pendapat di atas, analisis data diperoleh dari data kualitatif yang dianalisis secara deskriptif. Analisis data pada penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Kurangnya kematangan pemilihan karir pada kondisi awal yang didapat dari keadaan siswa sebelum dilakukan penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kematangan pemilihan karir adalah keberhasilan individu untuk menyelesaikan tugas perkembangan karir sesuai dengan batasan usia dan kemampuan yang dimiliki dengan upaya mempertimbangkan dan menentukan lapangan kerja sesuai dengan kepribadian dan kemampuan dirinya. Pada pra pertemuan ke pertemuan I peneliti memberikan bimbingan kelompok teknik problem solving, saat di pertemuan I siswa terlihat ada perubahan dari aspek yang dinilai pertama yaitu "Memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu menempuh bidang karir yang diminati". Perubahan dapat dilihat dari bagaimana siswa mengikuti bimbingan kelompok teknik problem solving. Awalnya siswa belum yakin akan dirinya untuk mampu menempuh bidang karir yang diminati, terlihat dari pra pertemuan siswa tersebut merasa gelisah, tidak percaya diri, dan bimbang dengan pilihan karir yang mereka minati. Siswa cenderung berpikiran bahwa bagaimana bisa mengikuti persaingan di dunia perkuliahan maupun pekerjaan. Peneliti memberikan pengertian tentang menentukan bagaimana cara untuk pemilihan karir, siswa diberikan stimulus dengan memotivasi siswa agar lebih meyakinkan dirinya akan pilihan karirnya. Selain memotivasi, peneliti memberikan pengetahuan tentang keterampilan, kendala yang akan terjadi kedepannya dan kesempatan yang akan diperoleh nantinya. Setelah diberikan pengertian tetang menentukan bagaimana cara untuk pemilihan karir, siswa percaya dirinya mulai meningkat dan sedikit demi sedikit merasa yakin akan pilihan karir yang diminatinya. Jadi dengan dilaksanakan bimbingan kelompok teknik problem solving siswa bisa mengembangkan sikap dalam memecahkan masalah maupun mengambil keputusan.

Menurut Super (dalam Suherman 2009: 112) meringkas konsep life-stages ke dalam 12 proporsi perkembangan karir yaitu salah satunya keputusan karir tergantung pada dimana individu menemukan jalan keluar yang menandai bagi kemampuan, minat, sifat kepribadian dan nilai.

Aspek kedua yaitu "Bisa mencari dan memilih kegiatan yang relevan dengan bidang karir yang diminati". Pada pra pertemuan ke pertemuan I terjadi perubahan, siswa awalnya bingung mencari kegiatan yang menunjang karir yang diminati. Peneliti memberikan pengertian tentang bagaimana mengembangkan potensi dirinya pada saat pertemuan I dilaksanakan bimbingan kelompok teknik problem solving. Mengembangkan potensi tidak hanya dari hobi dan percaya diri, melainkan dari pergaulan juga bisa. Siswa dapat mengembangkan hobinya dengan kemampuan yang dimiliki. Ketika bergaul, siswa juga dapat mencari informasi atau saling tukar pendapat dengan teman sebaya atau orang yang lebih berpengalaman. Dengan cara seperti itu siswa dapat mencari kesempatan untuk bertanya dan cari pengalaman sebanyak mungkin. Setelah diberikan pengertian tentang topik tersebut siswa merasa terbuka dirinya untuk mencari tahu dan memilih karirnya sesuai yang diminati.

Menurut Super (dalam Suherman 2009: 112) ada 12 proporsi perkembangan karir, aspek ini dapat dipertegas diantara salah satu 12 proporsi tersebut yaitu proses pemilihan karir merupakan hasil perpaduan antara faktor individu dan faktor sosial, serta antara konsep diri dan kenyataan. Pada aspek ketiga "Sungguh-sungguh dalam melaksanakan kegiatan terutama yang relevan dengan bidang karir yang diminati". Siswa mengalami perubahan dari pra pertemuan ke pertemuan I. Semula siswa tidak tahu bagaimana mengembangkan bakat yang dimiliki, siswa merasa tidak ada kegiatan yang cocok untuk mereka. Ketika peneliti memberikan bimbingan kelompok teknik problem solving, pada pertemuan I siswa diberi pengertian tentang mengembangkan bakat yang dimiliki siswa. Peneliti menjelaskan bahwa mengembangkan bakat itu dimulai rasa percaya diri, meminta dukungan kepada orang terdekat dan berkerjasama dengan orang yang memiliki bakat yang sama. Meminta dukungan kepada orang terdekat itu sangat penting, karena dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa untuk sungguh-sungguh mengembangkan minatnya. Siswa mulai memahami yang dijelaskan oleh peneliti.

Menurut Murro & Kottman (dalam Suherman 2009: 114) mengemukakan tentang kompetensi karir yang harus dikembangkan pada tahap perkembangan karir remaja salah satunya yaitu mempelajari nilai-nilai tanggung jawab dan kebiasaan bekerja ynag baik dan perencanaan untuk peluang pendidikan dan karir. "Mampu bertanggung jawab atas resiko keputusan karir yang diambilnya" aspek keempat ini siswa mengalami perubahan pada pertemuan I. Saat sebelum dilaksanakan bimbingan kelompok teknik problem solving siswa tidak memberanikan diri untuk mengambil resiko yang terjadi saat memilih karir kedepannya. Siswa merasa takut akan persaingan yang ada di dunia perkuliahan atau pekerjaan. Pada saat diberikan bimbingan kelompok teknik problem solving, peneliti memberikan pengertian tentang situasi kedepannya yang akan dihadapi. Siswa diminta berani mengambil resiko baik maupun buruknya. Jika yang diterima resiko buruknya, siswa diharuskan untuk tetap semangat dan bangkit dari kegagalan yang sudah dialami baik dari pekerjaan maupun perkuliahan. Siswa setelah diberikan pengertian oleh peneliti tentang tanggung jawab atas resiko keputusan karirnya, mereka merasa lebih percaya diri dari sebelumnya.

Munandir (1996: 122) keputusan yang diambil seseorang adalah keputusan yang "tepat". Apa yang dimaksudkan adalah keputusan yang didasarkan pada sejumlah pertimbangan dan yang memperhatikan segala faktor, baik objektif maupun subjektif. Salah satu dari padanya adalah bahwa individu yang bersangkutan mengenal dan paham akan dirinya sendiri; siapa dia, bagaiamana keadaan dirinya, bagaiamana dia memandang dirinya, dan bagaiamana dia menerima dirinya.

Pada aspek kelima "Minat karir cenderung menetap". Pada pertemuan I ada perubahan, awalnya siswa masih ragu akan minat karirnya, masih berpikir berguna bagi kehidupannya atau tidak. Peneliti memberikan bimbingan kelompok teknik problem solving agar siswa dapat mengerti bahwa minat karirnya tersebut berguna dimanapun, peluang-peluang pekerjaan masih banyak, dan banyak pekerjaan yang memerlukan tenaga kerja yang lebih baik atau yang masih baru dipengalamannya. Peneliti dengan menyampaikan pengertian tersebut siswa lebih terbuka akan peluang-peluang yang ada di masa depannya.

Menurut Hurlock (Suherman 2009: 59) mengatakan bahwa minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Berdasarkan hasil refleksi pada pertemuan I, peneliti saat memberikan bimbingan kelompok dengan teknik problem solving ditemukan beberapa kekurangan yaitu peneliti merasa canggung dan lupa dalam mengemukakan pengertian, tujuan, asas dan cara pelaksanaan anggota kelompok. Kemudian belum bisa meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota dan belum tuntas menarik kesimpulan pada saat membahas topik yang menjadi pembahasan dalam kelompok.

Menurut Prayitno (2004: 2) secara umum tujuan bimbingan kelompok ialah untuk mengembangkan kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan berkomunikasi. Hasil dari aktivitas peneliti pertemuan pertama, kedua dan ketiga pada pertemuan I dalam memberikan bimbingan kelompok dengan teknik problem solving mendapatkan rata-rata persentase sejumlah 61% termasuk kategori cukup. Sehingga peneliti perlu melakukan perbaikan memberikan bimbingan kelompok dengan teknik problem solving pada pertemuan II sebagai upaya perbaikan pelaksanaan pertemuan I. Pemberian bimbingan kelompok dikatakan berhasil apabila pelaksanaan bimbingan kelompok sesuai dengan langkah-langkah yang secara berurutan dari awal kegiatan sampai akhir kegiatan.

Berdasarkan aktivitas anggota kelompok pada saat bimbingan kelompok dengan teknik problem solving pada pertemuan I, anggota kelompok mendapatkan rata-rata persentase sejumlah 55% masuk kategori cukup. Anggota kelompok masih malu-malu dalam menyampaikan pendapatnya. Menurut Sukardi (2008: 67) manfaat bimbingan kelompok salah satunya adalah diberikan kesempatan yang luas untuk berpendapat dan membicarakan berbagai hal yang terjadi disekitarnya. Pada pertemuan II ini aspek pertama "memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu menempuh bidang karir yang diminati" ada perubahan dari pertemuan I. perubahan yang terjadi siswa sudah percaya diri untuk memasuki perguruan tinggi yang mereka inginkan. Sebelumnya siswa baru merasa percaya diri setelah diberikan bimbingan kelompok teknik problem solving pada pertemuan I. Pertemuan II ini siswa merasa sudah yakin dan peneliti memberikan pengetahuan tentang focus dengan tujuan yang siswa inginkan sebagai penguatan untuk lebih percaya diri dan yakin dengan bidang karir yang diminati. Menurut Suherman (2009: 116) eksplorasi karir didefinisikan sebagai keinginan individu untuk mengeksplorasi atau melakukan pencarian informasi terhadap sumber-sumber informasi karir.

Aspek kedua "Bisa mencari dan memilih kegiatan yang relevan dengan bidang karir yang diminati" pada pertemuan II ini mengalami perubahan peningkatan dilihat dari pertemuan I siswa mulai membuka dirinya untuk mencari dan memilih kegiatan yang relevan dengan bidang karir yang diminati. Peneliti memberikan pengertian lagi tentang menghilangkan negative thinking yang menghambat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Siswa tidak perlu memilih teman yang baik saja, boleh berteman dengan siapa saja asalkan dirinya bisa memilih mana yang baik untuk memotivasi dirinya atau menghambat dirinya untuk mencari informasi tentang karir yang diminati. Siswa lebih percaya diri lagi untuk mencari dan memilih kegiatan yang relevan dengan bidang karir yang diminati. Setelah siswa mengikuti bimbingan kelompok teknik problem solving dapat mengembangkan kemampuan berpikir dengan adanya pengetahuan yang bertambah.

Menurut Suherman (2009 : 116) kematangan karir remaja dapat diukur dari dimilikinya indikator-indikator kematangan karir, dari aspek kedua di atas maka termasuk diindikator yang aspek perencanaan karir. Aspek ketiga "Sungguh-sungguh dalam melaksanakan kegiatan terutama yang relevan dengan bidang karir yang diminati" pertemuan II ini mengalami perubahan peningkatan, siswa pada pertemuan I diberikan pengertian tentang meminta dukungan dengan orang terdekat dan pertemuan II ini peneliti memberikan pengertian tentang semua kegiatan yang dilaksanakan tanpa diiringi doa dan restu orang tua tidak akan berhasil. Peneliti pada pertemuan II ini menekankan kepada usaha tidak akan menghianati hasil apabila bersama-sama diiringi oleh doa. Siswa dapat memahami dan menerima pengetahuan yang disampaikan oleh peneliti.

Menurut Suherman (2009: 116) aspek perencanaan karir meliputi sebagai berikut: 1. Mempelajari informasi karir, 2. Membicarakan karir dengan orang dewasa, 3. Mengikuti pendidikan tambahan untuk menambah pengetahuan tentang keputusan karir, 4. Berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakulikuler, 5. Mrngikuti pelatihan berkaitan dengan pekerjaan yang diinginkan, 6. Mengetahui kondisi pekerjaan yang diinginkan, 7. Mengetahui persyaratan pendididkan untuk pekerjaan yang diinginkan, 8. Dapat merencanakan apa yang ahrus dilakukan setelah tamat sekolah, 9. Menegtahui cara dan kesempatan memasuki dunia kerja yang diinginkan dan 10. Mampu mengatur waktu luang secara efektif.

Aspek keempat "Mampu bertanggung jawab atas resiko keputusan karir yang diambilnya" pada pertemuan II ini siswa mengalami perubahan peningkatan, peneliti saat pertemuan I memberikan pengertian tentang mengambil resiko baik maupun buruk dalam pekerjaan maupun perguruan tinggi. Siswa merasa sudah percaya diri saat diberikan pengertian tersebut. Pada pertemuan II siswa lebih ditekankan bahwa kendala yang akan dihadapi ketika karir dengan lingkungan geografis maupun keadaan fisik yang mereka memiliki menjadi keterbatasan untuk melanjutkan karirnya, mereka harus bisa bertanggung jawab kepada dirinya sendiri dengan usaha dan kerja keras yang mereka harus capai. Siswa atau anggota kelompok memahami apa yang disampaikan oleh peneliti.

Menurut Suherman (2009: 118) terdapat indikator kematangan karir, aspek tentang bertanggung jawab atas keputusan karir dapat dipertegas dengan aspek indikator kematangan karir yaitu pada aspek realisme keputusan karir. Aspek kelima "Minat karir cenderung menetap", pertemuan II ini siswa megngalami perubahan peningkatan dari pertemuan I. Peneliti pada pertemuan I memberikan pengertian tentang peluang-peluang karir dan siswa tidak bingung lagi akan karir yang diminati. Kemudian saat pertemuan II peneliti memberikan ulasan lagi megenai peluang atau kesemapatan, siswa bisa menggali dirinya dengan bakat yang dia miliki, misalkan berbakat dibidang kerajinan tangan, siswa dapat menjual kerajinan tangan itu melalui online atau jual lapak. Lalu bisa mencari pekerjaan diperusahan ternama untuk mencari tahu lowongan pekerjaan. Di perguruan tinggi dapat mengikuti pelatihan-pelatihan yang sudah disediakan oleh perguruan tinggi tersebut. Jadi siswa tersebut bisa menambah wawasan tentang karir yang mereka akan mencapainya.

Roger (dalam Suherman, 2009: 118) mengatakan bahwa inividu (remaja) akan mengalami masalah dalam karirnya apabila individu berada dalam salah satu kondisi berikut : 1) luas pengetahuan mengenai dirinya tetapi sempit mengenai dunia kerja; 2) sempit pengetahuan mengenai dirinya tetapi luas pengetahuan mengenai dunia kerja; 3) sempit pengetahuan mengenai diri dan dunia kerja; dan 4) luas pengetahuan diri dan dunia kerja. Berdasarkan hasil refleksi pada pertemuan II, menunjukkan bahwa peneliti mampu memperbaiki kekurangan yang ada pada pertemuan I dalam melaksanakan bimbingan kelompok dengan teknik problem solving. Hasil rata-rata persentase yang diperoleh dari aktivitas peneliti sejumlah 86% dalam kategori sangat baik. Dapat diketahui bahwa peneliti berhasil melaksanakan kegiatan bimbingan kelompok dengan teknik

problem solving sesuai dengan langkah-langkah yang baik dan runtut dimulai dari tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan dan tahap pengakhiran. Menurut Prayitno dan Amti (2004: 40) kegiatan bimbingan kelompok berlangsung dengan empat tahap kegiatan yaitu: 1. Tahap pembentukan, 2. Tahap peralihan, 3. Tahap kegiatan, 4. Tahap pengakhiran.

Dilihat dari grafik aktivitas anggota kelompok pada pertemuan II mengalami peningkatan dengan rata-rata jumlah persentase sebanyak 86% masuk kategori sangat baik. Berarti anggota kelompok mulai aktif didalam kelompok, tidak merasa canggung dan malu dalam mengemukakan pendapatnya didalam kelompok. Menurut Slameto (dalam Nursalim 2002: 55) manfaat bimbingan kelompok diantaranya yaitu dalam interaksi sosial terpengaruh sifat dan sikapnya menjadi baik, misalnya mempunyai rasa toleransi, menghargai pendapat orang lain, kerjasama yang baik, tanggung jawba, disiplin, kreatif, saling mempercayai dan sebagainya

Berdasarkan bimbingan kelompok teknik problem solving sebagai upaya meningkatkan kematangan pemilihan karir siswa kelas XII SMK PGRI 1 Pati, dapat diketahui bahwa pelaksanaan pertemuan I dan pertemuan II tersebut mengalami peningkatan. Seperti pendapat Djahiri (1983: 133) bahwa teknik problem solving membantu orang untuk mengembangkan sikap dalam memcahkan masalah, dan dalam mengambil keputusan secara obyektif dan mandiri, mengembangkan kemampuan berpikir para siswa, anggapan yang menyatakan bahwa kemampuan berpikir akan lahir ketika pengetahuan bertambah. Menurut Syaiful dan Aswan (2010: 91) metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode --metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.

Kaitannya dengan Gazda (dalam Prayitno dan Amti, 2004: 309) mengemukakan bahwa bimbingan kelompok di sekolah merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun layanan bimbingan kelompok anggota menjadi mudah untuk berpendapat dan saling tukar pikiran dengan teman di dalam kelompok. Kaitannya dengan penelitian yang dilakukan "Peningakatan Kematangan Karir Melalui Konseling Kelompok Pada Siswa Kelas XII SMK Darul Fikr Andong Boyolali", memperoleh peningaktan hasil dari pertemuan I ke pertemuan II. Begitu pula yang terjadi pada penelitian kematangan pemilihan karir siswa kelas XII SMK Darul Fikr Andong Boyolali juga mengalami peningkatan sebesar 6% dari pertemuan I ke pertemuan II. Dari beberapa teori dan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Problem Solving dapat meningkatkan kematangan pemilihan Karir siswa.

KESIMPULAN

Pelaksanaan bimbingan kelompok teknik problem solving siwa kelas XII SMK Darul Fikr Andong Boyolali untuk meningkatkan kematangan pemilihan karir Sembilan siswa sebagai subjek penelitian sudah baik, hal ini terbukti setelah diberi Layanan Bimbingan Kelompok dengan Teknik Problem Solving pertemuan I diperoleh persentase penilaian terhadap peneliti sebesar 65% dengan kategori cukup, dan pertemuan II diperoleh persentase penilaian terhadap peneliti sebesar 98% dengan kategori sangat baik. Jadi, kegiatan bimbingan kelompok teknik problem solving yang dilakukan peneliti meningkat sebesar 33% dari pertemuan I ke pertemuan II. Terjadinya peningkatan pada kematangan pemilihan karir siwa setelah diberi layanan bimbingan kelompok teknik problem solving pada siswa kelas XII SMK Darul Fikr Andong Boyolali sudah baik, hal ini terbukti dari hasil pertemuan I memperoleh persentase 59,5% dengan kategori kurang, pada pertemuan II memperoleh persentase 72,5% dengan kategori baik. Sehingga mengalami peningkatan sebesar 13% dari pertemuan I ke pertemuan II.

 

DAFTAR PUSTAKA

  •  Aji, R. 2009. Hubungan Antara Locus Of Control Internal Dengan Kematangan Karir Pada Siswa Kelas XII SMK N 4 Purworejo. Skripsi. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro.
  • Ali, Mohammad & Mohammad Asrori. 2005. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Bumi Aksara.
  • Amby, Riny. 2016. Pengembangan Karir Untuk Mencapai Kesuksesan dan Kepuasan.[rinyamby.blogspot.com/2016/04/pengembangan-karir-untuk-mencapai.html?m=1] (3 November 2018).
  • Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: Rineka Cipta.
  • Dewa, Komang Tantra. 2005. Konsep Dasar dan Karakteristik PTK. Dirjen Dikti Depdiknas: Denpasar.
  • Dhajiri, Ahmad Kosasih. 1985. Strategi Pengajaran Afektif-Nilai-Moral_VCT dan Permainan Dalam VTC. Bandung: Jurusan PMKN IKIP.
  • Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
  • Fatimah, E. 2006. Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik). Bandung: CV. Pustaka Setia. Hadi, Syamsul. 2011.
  • Pengaruh Bimbingan Karir Terhadap Kemandirian Siswa Dalam Memilih Karir Pada Siswa Kelas XII SMK Darul Fikr Andong Boyolali. Skipsi. Kudus: Universitas Muria Kudus. Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
  • Leksana, Dinar Mahdalena, dkk. 2013. Pengembangan Modul Bimbingan Karir Berbasis Multimedia Interaktif Untuk Meningkatkan Kematangan Karir Siswa. ISSN 2252-6889. Jurnal Bimbingan dan Konseling 2U. (10 November 2018)
  • Mardiyati, B. D. dan Yuniawati, R. 2015. Perbedaan Adaptabilitas Karir Ditinjau Dari Jenis Sekolah (SMK dan SMK). Jurnal Vakultas Psikologi (online), 3(1). 34-35.
  • Mochammad Nursalim. 2002. Layanan Bimbingan Dan Konseling. Unesa
  • Munandir. 1996. Program Bimbingan Karir Di Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.
  • Negeri Malang. Santi, dkk. 2014. Penerapan Konseling Karir Trait Dan Factor Dengan Menggunakan Teknik Modeling
  • Prayitno, Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan & Konseling. Jakarta: Rineka Cipta. Negeri Padang.
  • Rahardjo, Susilo dan Gudnanto. 2004. Bahan Ajar Bimbingan Kelompok. Kudus: Universitas Muria Kudus.
  • Riady, Muhammad Antos. 2014. Etheses.uin-malang.ac.id (diakses 13 Desember 2021).
  • Romlah, Tatiek. 2001. Teori Dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang: Universitas Negeri Malang.
  • Untuk Mengembangkan Rencana Pilihan Karir Siswa Kelas X TPM 1 SMK Negeri 3 Singaraja. E- journal Undika Jurusan Bimbingan Konseling (Vol: 2 No. 1. 2014).p. 2
  • Silfiyah, Siti. 2018. Upaya Meningkatkan Kematangan Karir Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Berbasis Life Skill Pada Siswa Kelas X MA Manzilul Ulum Kudus Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi. Kudus: Universitas Muria Kudus.
  • Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
  • Uman. 2009. Konseling Karir Sepanjang Rentang Kehidupan. Bandung: UPI.
  • Sukardi, Dewa Ketut. 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bk Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Sukardi, University Press.
  • Sukiman. 2011. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru Pembimbing. Yogyakarta: Paramitra Publishing.
  • Supriatna, Mamat & Nandang Budiman. 2009. Bimbingan Karir DI SMK. Bandung: UPI Press.
  • Tohirin. 2011. Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta: PT Rajagratindo Persada.
  • Toyibin. 2013. Blog Wong Matematika: Arah Pilih Karir. [online], (http://paktoyibin.blogspot.com/2013/11/arah-palih-karir.html), diakses tanggal     3 November 2021).
  • Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologis Umum. Yogyakarta: Penerbit Andi.
  • Winarsunu, Tulus. 2010. Statistik Dalam Penelitian Psikologi & Pendidikan. Malang: UMM Press. Winkel, W.S. dan Siti Hastuti. 2006. Bimbingan Dn Konseling Di Instusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.
  • Zamroni, E. (2016). Counseling Model Based on Gusjigang Culture: Conceptual Framework of Counseling Model Based on Local Wisdoms in Kudus. GUIDENA: Jurnal Ilmu Pendidikan, Psikologi, Bimbingan dan Konseling, 6 (2), 116-125.
  • Zamroni, E. (2016). Urgensi career decision making skills dalam penentuan arah peminatan peserta didik. Jurnal Konseling

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun