Mohon tunggu...
Muhammad Wachid Anwar
Muhammad Wachid Anwar Mohon Tunggu... GURU BK

Saya adalah Guru BK di sebuah Sekolah Menengah Kejuruan di Jawa Tengah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Meningkatkan Kematangan Pemilihan Karir Melalui Bimbingan Kelompok dengan Teknik Problem Solving

28 Februari 2024   13:50 Diperbarui: 29 Februari 2024   08:06 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://smkn5batam.sch.id/category/bk/bk-bimbingan-karir/

Berdasarkan aktivitas anggota kelompok pada saat bimbingan kelompok dengan teknik problem solving pada pertemuan I, anggota kelompok mendapatkan rata-rata persentase sejumlah 55% masuk kategori cukup. Anggota kelompok masih malu-malu dalam menyampaikan pendapatnya. Menurut Sukardi (2008: 67) manfaat bimbingan kelompok salah satunya adalah diberikan kesempatan yang luas untuk berpendapat dan membicarakan berbagai hal yang terjadi disekitarnya. Pada pertemuan II ini aspek pertama "memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu menempuh bidang karir yang diminati" ada perubahan dari pertemuan I. perubahan yang terjadi siswa sudah percaya diri untuk memasuki perguruan tinggi yang mereka inginkan. Sebelumnya siswa baru merasa percaya diri setelah diberikan bimbingan kelompok teknik problem solving pada pertemuan I. Pertemuan II ini siswa merasa sudah yakin dan peneliti memberikan pengetahuan tentang focus dengan tujuan yang siswa inginkan sebagai penguatan untuk lebih percaya diri dan yakin dengan bidang karir yang diminati. Menurut Suherman (2009: 116) eksplorasi karir didefinisikan sebagai keinginan individu untuk mengeksplorasi atau melakukan pencarian informasi terhadap sumber-sumber informasi karir.

Aspek kedua "Bisa mencari dan memilih kegiatan yang relevan dengan bidang karir yang diminati" pada pertemuan II ini mengalami perubahan peningkatan dilihat dari pertemuan I siswa mulai membuka dirinya untuk mencari dan memilih kegiatan yang relevan dengan bidang karir yang diminati. Peneliti memberikan pengertian lagi tentang menghilangkan negative thinking yang menghambat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Siswa tidak perlu memilih teman yang baik saja, boleh berteman dengan siapa saja asalkan dirinya bisa memilih mana yang baik untuk memotivasi dirinya atau menghambat dirinya untuk mencari informasi tentang karir yang diminati. Siswa lebih percaya diri lagi untuk mencari dan memilih kegiatan yang relevan dengan bidang karir yang diminati. Setelah siswa mengikuti bimbingan kelompok teknik problem solving dapat mengembangkan kemampuan berpikir dengan adanya pengetahuan yang bertambah.

Menurut Suherman (2009 : 116) kematangan karir remaja dapat diukur dari dimilikinya indikator-indikator kematangan karir, dari aspek kedua di atas maka termasuk diindikator yang aspek perencanaan karir. Aspek ketiga "Sungguh-sungguh dalam melaksanakan kegiatan terutama yang relevan dengan bidang karir yang diminati" pertemuan II ini mengalami perubahan peningkatan, siswa pada pertemuan I diberikan pengertian tentang meminta dukungan dengan orang terdekat dan pertemuan II ini peneliti memberikan pengertian tentang semua kegiatan yang dilaksanakan tanpa diiringi doa dan restu orang tua tidak akan berhasil. Peneliti pada pertemuan II ini menekankan kepada usaha tidak akan menghianati hasil apabila bersama-sama diiringi oleh doa. Siswa dapat memahami dan menerima pengetahuan yang disampaikan oleh peneliti.

Menurut Suherman (2009: 116) aspek perencanaan karir meliputi sebagai berikut: 1. Mempelajari informasi karir, 2. Membicarakan karir dengan orang dewasa, 3. Mengikuti pendidikan tambahan untuk menambah pengetahuan tentang keputusan karir, 4. Berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakulikuler, 5. Mrngikuti pelatihan berkaitan dengan pekerjaan yang diinginkan, 6. Mengetahui kondisi pekerjaan yang diinginkan, 7. Mengetahui persyaratan pendididkan untuk pekerjaan yang diinginkan, 8. Dapat merencanakan apa yang ahrus dilakukan setelah tamat sekolah, 9. Menegtahui cara dan kesempatan memasuki dunia kerja yang diinginkan dan 10. Mampu mengatur waktu luang secara efektif.

Aspek keempat "Mampu bertanggung jawab atas resiko keputusan karir yang diambilnya" pada pertemuan II ini siswa mengalami perubahan peningkatan, peneliti saat pertemuan I memberikan pengertian tentang mengambil resiko baik maupun buruk dalam pekerjaan maupun perguruan tinggi. Siswa merasa sudah percaya diri saat diberikan pengertian tersebut. Pada pertemuan II siswa lebih ditekankan bahwa kendala yang akan dihadapi ketika karir dengan lingkungan geografis maupun keadaan fisik yang mereka memiliki menjadi keterbatasan untuk melanjutkan karirnya, mereka harus bisa bertanggung jawab kepada dirinya sendiri dengan usaha dan kerja keras yang mereka harus capai. Siswa atau anggota kelompok memahami apa yang disampaikan oleh peneliti.

Menurut Suherman (2009: 118) terdapat indikator kematangan karir, aspek tentang bertanggung jawab atas keputusan karir dapat dipertegas dengan aspek indikator kematangan karir yaitu pada aspek realisme keputusan karir. Aspek kelima "Minat karir cenderung menetap", pertemuan II ini siswa megngalami perubahan peningkatan dari pertemuan I. Peneliti pada pertemuan I memberikan pengertian tentang peluang-peluang karir dan siswa tidak bingung lagi akan karir yang diminati. Kemudian saat pertemuan II peneliti memberikan ulasan lagi megenai peluang atau kesemapatan, siswa bisa menggali dirinya dengan bakat yang dia miliki, misalkan berbakat dibidang kerajinan tangan, siswa dapat menjual kerajinan tangan itu melalui online atau jual lapak. Lalu bisa mencari pekerjaan diperusahan ternama untuk mencari tahu lowongan pekerjaan. Di perguruan tinggi dapat mengikuti pelatihan-pelatihan yang sudah disediakan oleh perguruan tinggi tersebut. Jadi siswa tersebut bisa menambah wawasan tentang karir yang mereka akan mencapainya.

Roger (dalam Suherman, 2009: 118) mengatakan bahwa inividu (remaja) akan mengalami masalah dalam karirnya apabila individu berada dalam salah satu kondisi berikut : 1) luas pengetahuan mengenai dirinya tetapi sempit mengenai dunia kerja; 2) sempit pengetahuan mengenai dirinya tetapi luas pengetahuan mengenai dunia kerja; 3) sempit pengetahuan mengenai diri dan dunia kerja; dan 4) luas pengetahuan diri dan dunia kerja. Berdasarkan hasil refleksi pada pertemuan II, menunjukkan bahwa peneliti mampu memperbaiki kekurangan yang ada pada pertemuan I dalam melaksanakan bimbingan kelompok dengan teknik problem solving. Hasil rata-rata persentase yang diperoleh dari aktivitas peneliti sejumlah 86% dalam kategori sangat baik. Dapat diketahui bahwa peneliti berhasil melaksanakan kegiatan bimbingan kelompok dengan teknik

problem solving sesuai dengan langkah-langkah yang baik dan runtut dimulai dari tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan dan tahap pengakhiran. Menurut Prayitno dan Amti (2004: 40) kegiatan bimbingan kelompok berlangsung dengan empat tahap kegiatan yaitu: 1. Tahap pembentukan, 2. Tahap peralihan, 3. Tahap kegiatan, 4. Tahap pengakhiran.

Dilihat dari grafik aktivitas anggota kelompok pada pertemuan II mengalami peningkatan dengan rata-rata jumlah persentase sebanyak 86% masuk kategori sangat baik. Berarti anggota kelompok mulai aktif didalam kelompok, tidak merasa canggung dan malu dalam mengemukakan pendapatnya didalam kelompok. Menurut Slameto (dalam Nursalim 2002: 55) manfaat bimbingan kelompok diantaranya yaitu dalam interaksi sosial terpengaruh sifat dan sikapnya menjadi baik, misalnya mempunyai rasa toleransi, menghargai pendapat orang lain, kerjasama yang baik, tanggung jawba, disiplin, kreatif, saling mempercayai dan sebagainya

Berdasarkan bimbingan kelompok teknik problem solving sebagai upaya meningkatkan kematangan pemilihan karir siswa kelas XII SMK PGRI 1 Pati, dapat diketahui bahwa pelaksanaan pertemuan I dan pertemuan II tersebut mengalami peningkatan. Seperti pendapat Djahiri (1983: 133) bahwa teknik problem solving membantu orang untuk mengembangkan sikap dalam memcahkan masalah, dan dalam mengambil keputusan secara obyektif dan mandiri, mengembangkan kemampuan berpikir para siswa, anggapan yang menyatakan bahwa kemampuan berpikir akan lahir ketika pengetahuan bertambah. Menurut Syaiful dan Aswan (2010: 91) metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode --metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.

Kaitannya dengan Gazda (dalam Prayitno dan Amti, 2004: 309) mengemukakan bahwa bimbingan kelompok di sekolah merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun layanan bimbingan kelompok anggota menjadi mudah untuk berpendapat dan saling tukar pikiran dengan teman di dalam kelompok. Kaitannya dengan penelitian yang dilakukan "Peningakatan Kematangan Karir Melalui Konseling Kelompok Pada Siswa Kelas XII SMK Darul Fikr Andong Boyolali", memperoleh peningaktan hasil dari pertemuan I ke pertemuan II. Begitu pula yang terjadi pada penelitian kematangan pemilihan karir siswa kelas XII SMK Darul Fikr Andong Boyolali juga mengalami peningkatan sebesar 6% dari pertemuan I ke pertemuan II. Dari beberapa teori dan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Problem Solving dapat meningkatkan kematangan pemilihan Karir siswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun