Kebanyakan dari siswa SMK masih bingung dalam menentukan keputusan milih karir setelah lulus sekolah. Hal ini dikarenakan minimnya pemahamn informasi yang mereka dapatkan sebagai bekal pembuatan keputusan dalam pemilihan karir. Siswa SMK yang ingin melanjutkan pendidikan maupun yang ingin langsung bekerja tidaklah mudah dalam menentukan pilihannya, diharapkan siswa benar-benar memiliki kematangan dalam pemilihan karir serta mampu bertanggung jawab atas pilihan karir yang telah dipilihnya, karena hal itulah yang nantinya akan menentukan masa depan siswa sesuai dengan karir yang dicita-citakan.
Roe (dalam Munandir, 1996 : 104) menyatakan dalam pemilihan karir seseorang berdasarkan pada teori kepribadian. Hal yang dianggap penting di dalam teori ini adalah kebutuhan dan adanya jenis-jenis kepribadian. Permasalahan dalam kebutuhan, orang akan memilih pekerjaan yang dapat memuaskan kebutuhannya. Pandangan-pandangan yang berpengaruh pada penyusunan teori Roe, termasuk teori penyaluran tenaga kejiwaan dan pengaruh pengalaman masa kecil (Murphy), teori kebutuhan (Maslow), dan pengaruh factor keturunan.
Penjelasan tentang siswa dalam memilih karir memberikan pemahaman bagi konselor bahwa layanan bimbingan karir sangat penting untuk dilaksanakan di sekolah. Menjadikan siswa mampu menentukan pilihan karir dengan mengetahui kemampuan pada dirinya. Kurangnya kematangan pemilihan karir menjadi sebuah permasalahan yang banyak dialami oleh siswa SMK saat ini. Kurangnya kematangan pemilihan karir siswa dipengaruhi oleh minimnya tentang pengetahuan karir siswa yang terbatas. Kematangan pemilihan karir menjadi suatu hal penting karena dapat mempengaruhi kesuksesan karir siswa dimasa depan.
Pemilihan karir juga sangat mempengaruhi pembelajaran siswa yang masih di sekolah. Siswa yang memiliki tujuan karir masa depan biasanya akan belajar dengan rajin dan giat, lebih memperhatikan nilai akademiknya, lebih rajin masuk sekolah, lebih aktif diorganisasi sekolah, dan lebih disiplin di sekolah. Dengan demikian terdapat motivasi karir tersendiri yang menjadikan mereka pelajar yang lebih baik.
Dari hasil wawancara dengan guru BK dan observasi yang dilakukan peneliti di SMK Darul Fikr Andong Boyolali pada tanggal 2 Januari 2024 di peroleh hasil bahwa kematangan pemilihan karir kurang matang. Keterkaitan siswa untuk mengetahui dan mempelajari lebih dalam mengenai hal ini didiskripsikan atas diperolehnya : (1) Siswa kurang memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu menempuh bidang karir yang diminati, (2) Siswa belum bisa mencari dan memilih kegiatan yang relevan dengan bidang karir yang diminati, (3) Siswa kurang sungguh-sungguh dalam melaksanakan kegiatan terutama yang relevan dengan bidang karir yang diminati, (4) Siswa belum mampu bertanggung jawab atas resiko keputusan karir yang diambilnya, (5) Siswa minat karirnya cenderung kurang menetap. Jika kondisi ini terus dibiarkan dikhawatirkan siswa akan mengalami kesulitan dalam mematangkan pemilihan karirnya yang mengakibatkan sulit menentukan pilihan karirnya.
Kematangan pemilihan karir yang baik akan mempermudah siswa memperoleh pekerjaan dan pemahaman tentang pilihan karir yang dipilihnya. Sangatlah penting siswa mematangkan pemilihan karirnya, hal ini serupa dari hasil wawancara dengan konselor sekolah. maka peneliti berkeinginan untuk membantu siswa dalam meningkatkan kematangan pemilihan karir. Agar tidak terjadi hal tersebut perlu adanya bimbingan dari pihak sekolah khususnya guru BK di sekolah. Peranan guru BK sangat diperlukan untuk membimbing dan mengarahkan siswa agar memiliki kematangan pemilihan karir yang baik.
Layanan ini digunakan karena dapat membantu siswa untuk mengikuti kegiatan diskusi kelompok, memperoleh pengalaman, pengetahuan, serta dapat membahas topik-topik yang mendalam akan mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan, keaktifan dan sikap yang lebih efektif, siswa sebagai anggota kelompok saling berinteraksi, saling mengemukakan pendapatnya, dan aktif dalam pelaksanaan bimbingan kelompok.
Dalam mengatasi hal tersebut, sebenarnya pihak sekolah sudah mengupayakan agar siswa mendapatkan layanan bimbingan dan konseling yang sesuai untuk meningkatkan kematangan pemilihan karir. Namun dirasakan belum maksimal karena guru BK menggunakan layanan informasi dan konseling kelompok yang dalam kenyataannya kurang cocok untuk meningkatkan kematangan pemilihan karir. Dalam melaksanakan layanan informasi guru BK hanya memberikan pengetahuan mengenai memilih perguruan tinggi yang baik dan memberikan pengetahuan tentang pekerjaan yang berkaitan dengan kedinasan. Selain itu guru BK juga memberikan layanan konseling kelompok yang bertujuan agar siswa dapat bertukar pendapat dengan temannya dan saling mencari tahu tentang masa depannya. Layanan informasi dan layanan konseling kelompok yang diberikan oleh guru BK hanya satu kali itu pun pada saat akhir semester dan dirasa kurang efektif. Peneliti memberikan upaya dalam meningkatkan kematangan karir dengan dilaksanakan melalui layanan bimbingan kelompok teknik problem solving konselor sekolah dianggap telah efektif. Sehingga siswa lebih mudah memahami materi yang diberikan.
Problem solving suatu proses kreatif dimana individu-individu melalui perubahan- perubahan yang ada pada lingkungannya dan membuat pilihan-pilihan baru, keputusan-keputusan atau penyesuaian yang selaras dengan tujuan-tujuan dan nilai hidupnya (Romlah 2001: 93). Penggunaan Layanan Bimbingan Kelompok dengan teknik Problem Solving diharapkan dapat memberikan pemahaman yang mendalam bagi siswa mengenai kematangan pemilihan karir, siswa diharapkan dapat mematangkan dan mengembangkan pilihan karir yang diperoleh, sehingga dapat meningkatkan kematangan pemilihan karir pada siswa.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan bimbingan dan konseling. Menurut Tantra (2005: 38) penelitian tindakan bimbingan dan konseling merupakan penelitian yang dilaksanakan oleh guru/dosen di kelasnya sendiri melalu refleksi diri yang diikuti dengan tindakan yang bertujuan memperbaiki kinerja pembelajaran/layanan bimbingan dan konseling, sehingga hasil pembelajaran/layanan bimbingan dan konseling meningkat. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap (2 pertemuan). Tiap pertemuan dilaksanakan dua kali sesuai dengan indikator perubahan tingkah laku yang hendak dicapai.