Mohon tunggu...
Muhammad Wachid Anwar
Muhammad Wachid Anwar Mohon Tunggu... Guru - GURU BK

Saya adalah Guru BK di sebuah Sekolah Menengah Kejuruan di Jawa Tengah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Meningkatkan Kematangan Pemilihan Karir Melalui Bimbingan Kelompok dengan Teknik Problem Solving

28 Februari 2024   13:50 Diperbarui: 29 Februari 2024   08:06 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://smkn5batam.sch.id/category/bk/bk-bimbingan-karir/

Analisis data adalah menyeleksi dan mengorganisasikan data secara sistematis dan rasional. Kegiatan analisis data merupakan kegiatan yang sangat penting dalam penelitian, terutama untuk memberi makna terhadap data yang dikumpulkan. Berdasarkan pendapat di atas, analisis data diperoleh dari data kualitatif yang dianalisis secara deskriptif. Analisis data pada penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Kurangnya kematangan pemilihan karir pada kondisi awal yang didapat dari keadaan siswa sebelum dilakukan penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kematangan pemilihan karir adalah keberhasilan individu untuk menyelesaikan tugas perkembangan karir sesuai dengan batasan usia dan kemampuan yang dimiliki dengan upaya mempertimbangkan dan menentukan lapangan kerja sesuai dengan kepribadian dan kemampuan dirinya. Pada pra pertemuan ke pertemuan I peneliti memberikan bimbingan kelompok teknik problem solving, saat di pertemuan I siswa terlihat ada perubahan dari aspek yang dinilai pertama yaitu "Memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu menempuh bidang karir yang diminati". Perubahan dapat dilihat dari bagaimana siswa mengikuti bimbingan kelompok teknik problem solving. Awalnya siswa belum yakin akan dirinya untuk mampu menempuh bidang karir yang diminati, terlihat dari pra pertemuan siswa tersebut merasa gelisah, tidak percaya diri, dan bimbang dengan pilihan karir yang mereka minati. Siswa cenderung berpikiran bahwa bagaimana bisa mengikuti persaingan di dunia perkuliahan maupun pekerjaan. Peneliti memberikan pengertian tentang menentukan bagaimana cara untuk pemilihan karir, siswa diberikan stimulus dengan memotivasi siswa agar lebih meyakinkan dirinya akan pilihan karirnya. Selain memotivasi, peneliti memberikan pengetahuan tentang keterampilan, kendala yang akan terjadi kedepannya dan kesempatan yang akan diperoleh nantinya. Setelah diberikan pengertian tetang menentukan bagaimana cara untuk pemilihan karir, siswa percaya dirinya mulai meningkat dan sedikit demi sedikit merasa yakin akan pilihan karir yang diminatinya. Jadi dengan dilaksanakan bimbingan kelompok teknik problem solving siswa bisa mengembangkan sikap dalam memecahkan masalah maupun mengambil keputusan.

Menurut Super (dalam Suherman 2009: 112) meringkas konsep life-stages ke dalam 12 proporsi perkembangan karir yaitu salah satunya keputusan karir tergantung pada dimana individu menemukan jalan keluar yang menandai bagi kemampuan, minat, sifat kepribadian dan nilai.

Aspek kedua yaitu "Bisa mencari dan memilih kegiatan yang relevan dengan bidang karir yang diminati". Pada pra pertemuan ke pertemuan I terjadi perubahan, siswa awalnya bingung mencari kegiatan yang menunjang karir yang diminati. Peneliti memberikan pengertian tentang bagaimana mengembangkan potensi dirinya pada saat pertemuan I dilaksanakan bimbingan kelompok teknik problem solving. Mengembangkan potensi tidak hanya dari hobi dan percaya diri, melainkan dari pergaulan juga bisa. Siswa dapat mengembangkan hobinya dengan kemampuan yang dimiliki. Ketika bergaul, siswa juga dapat mencari informasi atau saling tukar pendapat dengan teman sebaya atau orang yang lebih berpengalaman. Dengan cara seperti itu siswa dapat mencari kesempatan untuk bertanya dan cari pengalaman sebanyak mungkin. Setelah diberikan pengertian tentang topik tersebut siswa merasa terbuka dirinya untuk mencari tahu dan memilih karirnya sesuai yang diminati.

Menurut Super (dalam Suherman 2009: 112) ada 12 proporsi perkembangan karir, aspek ini dapat dipertegas diantara salah satu 12 proporsi tersebut yaitu proses pemilihan karir merupakan hasil perpaduan antara faktor individu dan faktor sosial, serta antara konsep diri dan kenyataan. Pada aspek ketiga "Sungguh-sungguh dalam melaksanakan kegiatan terutama yang relevan dengan bidang karir yang diminati". Siswa mengalami perubahan dari pra pertemuan ke pertemuan I. Semula siswa tidak tahu bagaimana mengembangkan bakat yang dimiliki, siswa merasa tidak ada kegiatan yang cocok untuk mereka. Ketika peneliti memberikan bimbingan kelompok teknik problem solving, pada pertemuan I siswa diberi pengertian tentang mengembangkan bakat yang dimiliki siswa. Peneliti menjelaskan bahwa mengembangkan bakat itu dimulai rasa percaya diri, meminta dukungan kepada orang terdekat dan berkerjasama dengan orang yang memiliki bakat yang sama. Meminta dukungan kepada orang terdekat itu sangat penting, karena dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa untuk sungguh-sungguh mengembangkan minatnya. Siswa mulai memahami yang dijelaskan oleh peneliti.

Menurut Murro & Kottman (dalam Suherman 2009: 114) mengemukakan tentang kompetensi karir yang harus dikembangkan pada tahap perkembangan karir remaja salah satunya yaitu mempelajari nilai-nilai tanggung jawab dan kebiasaan bekerja ynag baik dan perencanaan untuk peluang pendidikan dan karir. "Mampu bertanggung jawab atas resiko keputusan karir yang diambilnya" aspek keempat ini siswa mengalami perubahan pada pertemuan I. Saat sebelum dilaksanakan bimbingan kelompok teknik problem solving siswa tidak memberanikan diri untuk mengambil resiko yang terjadi saat memilih karir kedepannya. Siswa merasa takut akan persaingan yang ada di dunia perkuliahan atau pekerjaan. Pada saat diberikan bimbingan kelompok teknik problem solving, peneliti memberikan pengertian tentang situasi kedepannya yang akan dihadapi. Siswa diminta berani mengambil resiko baik maupun buruknya. Jika yang diterima resiko buruknya, siswa diharuskan untuk tetap semangat dan bangkit dari kegagalan yang sudah dialami baik dari pekerjaan maupun perkuliahan. Siswa setelah diberikan pengertian oleh peneliti tentang tanggung jawab atas resiko keputusan karirnya, mereka merasa lebih percaya diri dari sebelumnya.

Munandir (1996: 122) keputusan yang diambil seseorang adalah keputusan yang "tepat". Apa yang dimaksudkan adalah keputusan yang didasarkan pada sejumlah pertimbangan dan yang memperhatikan segala faktor, baik objektif maupun subjektif. Salah satu dari padanya adalah bahwa individu yang bersangkutan mengenal dan paham akan dirinya sendiri; siapa dia, bagaiamana keadaan dirinya, bagaiamana dia memandang dirinya, dan bagaiamana dia menerima dirinya.

Pada aspek kelima "Minat karir cenderung menetap". Pada pertemuan I ada perubahan, awalnya siswa masih ragu akan minat karirnya, masih berpikir berguna bagi kehidupannya atau tidak. Peneliti memberikan bimbingan kelompok teknik problem solving agar siswa dapat mengerti bahwa minat karirnya tersebut berguna dimanapun, peluang-peluang pekerjaan masih banyak, dan banyak pekerjaan yang memerlukan tenaga kerja yang lebih baik atau yang masih baru dipengalamannya. Peneliti dengan menyampaikan pengertian tersebut siswa lebih terbuka akan peluang-peluang yang ada di masa depannya.

Menurut Hurlock (Suherman 2009: 59) mengatakan bahwa minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Berdasarkan hasil refleksi pada pertemuan I, peneliti saat memberikan bimbingan kelompok dengan teknik problem solving ditemukan beberapa kekurangan yaitu peneliti merasa canggung dan lupa dalam mengemukakan pengertian, tujuan, asas dan cara pelaksanaan anggota kelompok. Kemudian belum bisa meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota dan belum tuntas menarik kesimpulan pada saat membahas topik yang menjadi pembahasan dalam kelompok.

Menurut Prayitno (2004: 2) secara umum tujuan bimbingan kelompok ialah untuk mengembangkan kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan berkomunikasi. Hasil dari aktivitas peneliti pertemuan pertama, kedua dan ketiga pada pertemuan I dalam memberikan bimbingan kelompok dengan teknik problem solving mendapatkan rata-rata persentase sejumlah 61% termasuk kategori cukup. Sehingga peneliti perlu melakukan perbaikan memberikan bimbingan kelompok dengan teknik problem solving pada pertemuan II sebagai upaya perbaikan pelaksanaan pertemuan I. Pemberian bimbingan kelompok dikatakan berhasil apabila pelaksanaan bimbingan kelompok sesuai dengan langkah-langkah yang secara berurutan dari awal kegiatan sampai akhir kegiatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun