"Lantas, kamu mau minta apa?"
"Aku mau rokok terbaik di dunia."
"Hanya rokok? Bagaimana kalau ditambah dua yang awal tadi?" si jin masih ingin menawarkan.
"Tidak. Cukup itu saja, rokok terbaik." Tarno menegaskan.
"Aduh. Sebenarnya jika hanya permintaan yang mudah itu aku bisa jadi bahan bully-bully-an di alam sana. Silakan meminta yang lebih dari itu." tanggap si jin dengan setengah berat hati.
"Halah, sok alasan lagi. Bisa nggak?" potong Tarno.
"Baiklah. Kukabulkan kalau begitu."
Seperti halnya keadaan kedua orang sahabatnya tadi, Tarno pun menghilang menuju apa yang diidamkannya.
Jin begitu penasaran dengan permintaan ketiga pemuda tadi. Terbayang di benaknya angan-angan yang tak karuan. Terutama saat ia membandingkan apa saja yang mereka minta dengan hal-hal yang pernah diminta oleh orang-orang sebelum mereka dahulu.
Rata-rata dari mereka minimal pasti akan meminta kekuasaan, jabatan, kewibawaan, pengaruh, ataupun kekayaan. Tak pernah sekalipun ia mendapati permintaan yang begitu remeh seperti yang ia peroleh dari ketiga orang pemuda tadi.
Hingga sejak saat itu ia berkomitmen untuk menelusuri misteri keanehan itu. Terutama saat ia digelanyuti oleh pertanyaan, apakah jaman sudah berubah begitu cepatnya sejak ia dikurung setahun silam? Manusianya yang mengalami kemunduran, ataukah justru sebaliknya?