Beberapa saat kemudian, ketiga pemuda itupun mencium bau wangi yang begitu tajam menguar menusuk masuk hidung mereka.
"Uhuk.. Uhuk.. Uhuk.." ketiganya batuk secara hampir bersamaan karena tak tahan menahan bau yang amat semerbak itu. Hingga beberapa saat kemudian batuk mereka pun mereda seiring menipisnya asap yang menyelubungi badan mereka.
"Ah, sialan. Baunya tajam banget. Hampir nggak kuat nafasku dibuatnya." seru Gendon beberapa saat kemudian.
"Bener, Ndon. Aneh banget baunya. Seumur-umur nggak pernah aku mencium bau sewangi ini." Gento menanggapi.
"Mas, terima kasih, ya!" tiba-tiba mereka mendengar suara seorang lelaki yang terasa sangat dekat dengan jarak mereka berdiri. Kontan mereka pun melirik ke arah sumber suara itu. Sungguh tak dinyana, mereka menjumpai sesosok lelaki bernampilan menawan telah berada di belakang mereka.
"Mas ini siapa?" Tarno balik bertanya kepada lelaki itu.
"Saya adalah jin yang sudah dipenjara oleh dukun usil di dalam botol itu sejak setahun yang lalu. Sebagai balas budi, saya akan mengabulkan satu permintaan dari mas semua, selama setahun juga lamanya. Bagaimana? Apakah Mas mau?"
"Ah, yang benar, nih? Jangan-jangan kamu ini pencuri yang mau nipu kami!" selidik Gendon.
"Percaya terserah, takpercaya terserah. Saya harap kalian takkan menyesal setelah penawaran langka ini. Jadi, sila direnungkan baik-baik!"
Ketiga orang pemuda inipun takmau ambil pusing untuk tak memercayai ucapan sosok yang sangat wangi itu. Apalagi setelah mereka memandangi penampilan wajah tampannya yang jauh di atas rata-rata penduduk di kampung mereka, makin mantablah perasaan mereka bahwa sosok itu jelas bukan manusia.
"Ingat, pikirkan baik-baik agar kalian tak menyesal nantinya!" si jin itu kembali mengingatkan.