Mohon tunggu...
Muhammad Khoirul Wafa
Muhammad Khoirul Wafa Mohon Tunggu... Penulis - Santri, Penulis lepas

Santri dari Ma'had Aly Lirboyo lulus 2020 M. Berusaha menulis untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Instagram @Rogerwafaa Twitter @rogerwafaa

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Tentang Buku Seno Gumira Ajidarma, "Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra Harus Bicara"

17 Mei 2020   06:13 Diperbarui: 17 Mei 2020   08:22 1580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemudian saya terkesiap membaca kalimat Putu Wijaya. Sialnya saya sudah keduluan sama beliau. Mengapa gak dari dulu saya memilih diksi ini? Padahal ide ini sudah tertanam dalam kepala saya sejak lama. Saya kecolongan.

"Cerpen yang ditulis dalam lima belas menit bisa jadi masterpiece." Ditambah oleh Seno, "dan tentunya karya yang ditulis berbulan-bulan bisa menjadi sampah."

Saya ingin menggunakan kalimat itu. Tapi sudah keduluan sama beliau berdua. Betapa sebuah karya kadang gak ditentukan oleh bagus atau tidak isinya. Seberapa keras dan seberapa banyak tetes peluh penulisnya. Tapi juga hal paling penting adalah keberuntungan. Ide yang besar, harus diimbangi juga dengan keberuntungan yang jauh lebih besar.

Lihatlah kisah pak Bondan Winarno ini, "Tak heran bila cerpen-cerpen saya justru 'meletus' pada saat kesibukan memuncak. Adakalanya ketika saya menghadapi deadline, justru saya
sisihkan semua pekerjaan dan menyelesaikan sebuah cerpen. Lalu saya merasa lega. Dan kelegaan itu membuat saya menyelesaikan tulisan deadline seperti kesetanan.

Jangan heran. Saya memang penulis cepat.
Ada yang bilang bahwa saya ini sebenarnya bukan penulis, tetapi perajin, atau tukang tulis. Sebuah cerpen dapat saya selesaikan dalam waktu dua jam. Sering kali kurang dari itu. Ada yang saya tulis di dalam mobil - di sebelah istri saya yang mengemudi - ketika berpesiar ke gunung. Kebanyakan -- dan memang yang terbanyak - saya tulis di bandar udara atau dalam penerbangan." (Sebuah Antidote dalam Caf Opera, hlm. 2).

Wow, itu kisah dibalik dapur kreatif seorang penulis senior yang luar biasa. Pak Bondan Winarno tetap bisa cari-cari waktu untuk menulis. Ketika mengendarai mobil, bahkan ketika kepala sumpek akibat dikejar deadline. Bukannya merampungkan tugas, malah bikin cerpen sebagai hiburan. Kehidupan seniman memang biasanya selalu nyentrik.

***

Lewat buku ini akhirnya saya tahu ada puisi yang jauh lebih pendek dari karya Sitor Situmorang yang "bulan diatas kuburan" itu. Tulisan Sutardji Calzoum Bachri. Judulnya "Luka". Isinya? Cuma kalimat "ha ha."

______

Luka

Ha ha

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun