Dalam cerpen-cerpen saya, saya tidak pernah menyebut Timor Timur atau Insiden Dili secara eksplisit, tapi toh kebenaran itu bisa sampai apa pun bentuknya. Bagi saya, dalam bentuk fakta maupun fiksi, kebenaran adalah kebenaran- yang getarannya bisa dirasakan setiap orang." (Halaman 111)
Banyak kutipan bagus yang belum sempat saya tulis. Karena saya belum benar-benar selesai baca buku ini.
***
Hmm, saya ingin bernostalgia. Siapa lagi kawan saya di dunia "jurnalistik" dulu yang belum saya sebutkan namanya dalam tulisan ini?
Senior sekaligus munawwib saya kiai Said Albirroe semoga selalu Padang lan jembar disana. Ustadz Saiful Asyhad atau Saiful Asyhad yang saya kagumi. Mas kiai Ahmad Fauzan  senior saya. Mang Muhammad Al Faris selaku mentor saya, ustadz Khalil Stark guru (anda adalah munawwib saya) dan senior saya yang membuat saya sadar dunia fotografi itu indah, pak Nu'man Abdul Ghoni yang selalu saya repoti untuk membimbing seksi kami. Juga cak Zulfa yang gak berani saya tag. Kiai Lana Wiraraja apa kabar? Mas Arif Rahman Hakim Syadzali  pimred saya dengan sejuta inovasinya, mas Anwarul Masalik yang menjadi inspirasi saya dalam otak-atik Corel Draw dan Adobe Photoshop. Kang Abdul Basit NA yang biasa saya suruh-suruh jadi sopir kemana-mana, mas Josayik yang udah bahagia sama "yang disana". Bung Maimun Niqo yang belum pernah ngopi dengan saya, yik Tubagus Godhonfar dan puisi-puisinya yang eksentrik. Mas Hasanudin  yang selalu tersenyum bersahaja. Kiai IIp Syifa  apa kabar? Kiai Muhai Ahmad yang sungguh saya kagumi tulisan-tulisannya. Terutama cerpen berjudul Ayam itu. Lucu sekali. Saya masih ingat selalu cerpen itu.
Kawan-kawan di Misykat TDP2L dan PULP kiai Shomad Ar-rumi kiai Muhammad Syifa, kiai Sholahuddin Al Ayyubi pak Muhammad Zakaria, mas Fikar Syifa Kousterma masih ingatkah kalian dengan saya?
Kawan seperjuangan di karya ilmiah, banyak sekali... Bagaimana kabar bukunya M Syarif Subhan? Sekjen Hanif Abdul Muid kerjanya beres gak nih, mas Enzi Usman yang gak main Facebook mungkin. Mas Aang Lirboyo dengan sejuta inspirasi. Mas Abul A'la Nwyang bersemangat dan berpotensi. Mas Muhammad Aqil Fajri yang malu-malu. Mas Ilham Frq yang menjadikan motto diam itu emas. Mas mustahiq P3TQ Abdul Halim Shinichie Kudho, sayang sekali kok bakatnya gak diasah.
Colek mas Agung Wicaksono Wasyem, buku saya seharusnya selesai lebih dulu dari buku sampean.
Terakhir, sahabat yang sudah menyadarkan bahwa waktu yang masih saya miliki saat ini sungguh sangat berharga. Setiap detiknya. Setiap menitnya. Mas Syah Muhammad Mahmud Nasih fi Amnillah Muhammad Al Madad. Encep Muzani. Nova Awaluddin dan lain-lain. Beruntunglah kalian bisa sowan Gusti Allah SWT kelak dalam keadaan syahid. Alfatihah buat kalian...
Kita hidup dengan kenangan. Saat kita merasa sendirian, kita bisa mengingat kenangan-kenangan indah itu. Dan bisa tersenyum karena seolah-olah dikelilingi banyak orang.
Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca, walaupun satu paragraf. Setidaknya satu paragraf itu lebih baik daripada tidak sama sekali.