Mohon tunggu...
Kamilatun Khoiriyah
Kamilatun Khoiriyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Prinsip-Prinsip dan Faktor yang Mempengaruhi Belajar

17 Maret 2024   12:42 Diperbarui: 6 Juni 2024   21:49 988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Belajar merupakan proses fundamental dalam kehidupan manusia yang memungkinkan mereka untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman baru. Pada dasarnya, belajar bukan hanya terjadi di lingkungan sekolah, tetapi juga dalam berbagai konteks kehidupan sehari-hari. Dalam konteks pendidikan formal, pengembangan prinsip-prinsip yang efektif dan pemahaman yang mendalam tentang faktor-faktor yang memengaruhi proses belajar sangat penting untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran. Dalam praktiknya, belajar dipengaruhi dari berbagai faktor, baik itu faktor internal maupun eksternal. Faktor internal meliputi motivasi, minat, kemampuan kognitif, dan gaya belajar individu. Sementara faktor eksternal meliputi lingkungan belajar, metode pengajaran, dukungan sosial, serta faktor-faktor budaya dan lingkungan. Memahami interaksi kompleks antara faktor-faktor ini menjadi kunci untuk merancang pendekatan pembelajaran yang efektif dan inklusif. Meskipun pentingnya prinsip-prinsip dan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar diakui secara luas, masih terdapat tantangan dalam menerapkannya secara efektif dalam konteks pendidikan. Salah satu tantangan utama adalah kesenjangan dalam akses dan kualitas pendidikan, yang dapat menghambat kemampuan individu untuk belajar secara optimal. Selain itu, pendekatan pembelajaran yang tidak memperhatikan keragaman individual dapat menyebabkan penurunan motivasi dan keterlibatan siswa dalam proses belajar.

A.  Definisi Belajar

Belajar adalah proses di mana terjadi perubahan dalam tingkah laku seseorang, yang berbeda dari kondisi sebelum individu terlibat dalam situasi belajar dan setelah melakukan tindakan yang serupa. Perubahan ini disebabkan oleh pengalaman atau latihan, tidak sama dengan perubahan instan yang muncul sebagai hasil dari refleks atau perilaku naluriah, belajar ialah proses di mana individu mencari dan memperoleh informasi atau pengetahuan baru dari sumber yang telah ada dalam lingkungan sekitarnya. Melalui proses belajar, individu akan mengalami sebuah perubahan dalam berbagai aspek seperti pengetahuan, keterampilan, sikap, pemahaman, harga diri, minat, kepribadian, dan adaptasi diri. Perubahan tersebut tidak hanya berupa akumulasi pengetahuan, tetapi juga mencakup pengembangan kemampuan dan karakteristik yang lebih luas. Dan Para ahli dalam aliran behaviorisme menyatakan bahwa pembelajaran adalah transformasi perilaku yang timbul dari pengalaman. Proses pembelajaran ini dipengaruhi oleh hubungan antara rangsangan (stimulus) dan tanggapan (respons).

Dari beberapa definisi belajar yang disajikan, dapat disimpulkan bahwa belajar tidak hanya terbatas pada melakukan aktivitas seperti membaca, mendengarkan, menulis, mengerjakan tugas, dan ulangan. Namun, belajar juga melibatkan perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari proses belajar. Proses belajar tersebut melibatkan interaksi aktif dengan lingkungan sekitar. Contohnya, saat materi fikih membahas tentang jenis-jenis najis, ketika siswa memahami konsep dan jenis najis tersebut, maka ia akan menjadi lebih berhati-hati terkait masalah najis. Sebagai contoh, sebelum mempelajari materi tersebut, seorang siswa mungkin tidak menggunakan alas kaki saat hendak pergi ke masjid. Namun, setelah mempelajari materi tersebut, siswa tersebut akan selalu menggunakan alas kaki ketika hendak pergi ke masjid karena khawatir kakinya menjadi najis jika tidak menggunakan alas kaki.

B. Prinsip-Prinsip Belajar

Jika tujuannya adalah menciptakan pengalaman belajar yang efektif dan menyenangkan, penting untuk memahami beberapa prinsip dasar pembelajaran. Prinsip-prinsip ini menjadi fondasi bagi proses pembelajaran, baik untuk siswa maupun guru, agar dapat mencapai hasil yang diinginkan dengan efektif. Prinsip merupakan pedoman utama yang menjadi landasan di dalam proses pembelajaran, yang penting untuk diikuti oleh pendidik dan peserta didik guna mencapai hasil yang diinginkan sehingga proses belajar-mengajar dapat berjalan dengan lancar. Belajar adalah transformasi perilaku dari ketidaktahuan menjadi pengetahuan. Ini tidak hanya mencakup penguasaan materi, tetapi juga perubahan dalam perilaku, termasuk pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Prinsip-prinsip belajar ialah interaksi antara guru dan siswa yang bertujuan memberikan motivasi yang bermanfaat bagi siswa itu sendiri. Prinsip-prinsip ini juga dapat menjadi landasan berpikir, pijakan, dan sumber motivasi untuk memastikan bahwa proses pembelajaran berjalan dengan baik antara guru dan siswa. 

1. Prinsip-Prinsip Belajar Yang Terkait Dengan Proses Belajar

Terdapat beberapa prinsip yang sering digunakan sebagai landasan atau strategi pembelajaran yang efektif bagi siswa untuk meningkatkan proses belajar mereka, serta bagi guru untuk meningkatkan pengajaran mereka.Berikut adalah prinsip-prinsipnya:

a. Prinsip Kesiapan (Readiness)

Proses pembelajaran yaitu dipengaruhi oleh kesiapan peserta didik, yang merujuk pada kondisi individu yang memungkinkan mereka untuk belajar. Kesiapan belajar untuk suatu tugas tertentu dapat bervariasi, termasuk aspek-aspek seperti kematangan fisik, perkembangan mental, latar belakang pengalaman, pencapaian belajar sebelumnya, motivasi, persepsi, dan faktor-faktor lain yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk belajar. Peserta didik yang kurang siap untuk menghadapi suatu tugas dalam proses pembelajaran cenderung mengalami kesulitan atau bahkan kehilangan semangat.

b. Prinsip Motivasi (Motivation)

Mempelajari dengan tujuan merupakan esensi dari sebuah proses pembelajaran yang terarah. Motivasi adalah kondisi yang mendorong seorang pelajar untuk memulai, mengarahkan, dan mempertahankan aktivitas belajar. Secara alami, anak-anak selalu memiliki rasa ingin tahu dan melakukan eksplorasi dalam lingkungan sekitarnya. Dorongan ini sebaiknya didukung, bukan dibatasi, dengan memberikan aturan yang sesuai dengan kebutuhan individu masing-masing anak.

Pembelajaran yang efektif tidak akan terjadi jika tidak ada perhatian yang memadai baik dari pendidik sebagai pengajar maupun dari peserta didik yang belajar. Perhatian peserta didik akan muncul ketika materi pelajaran yang disajikan sesuai dengan kebutuhan mereka. Jika materi pelajaran dianggap relevan dan penting bagi mereka, maka tingkat perhatian untuk mempelajarinya akan meningkat. Dari segi psikologi, ketika seseorang sudah fokus pada suatu hal, stimulus lainnya menjadi tidak begitu penting. Hal ini menyebabkan kegiatan yang dilakukan menjadi lebih teliti dan efisien. Bahkan, informasi dapat tersimpan lebih baik dalam ingatan, respon menjadi lebih jelas dan kuat, serta lebih mudah untuk direplikasi.

Motivasi memiliki peran yang sangat penting di dalam suatu proses pembelajaran. Kesuksesan seseorang dalam belajar sangat bergantung pada dorongan internalnya untuk memperoleh pengetahuan. Motivasi dalam pembelajaran meliputi dua aspek utama: pertama, kesadaran akan materi yang akan dipelajari; kedua, pemahaman mengapa materi tersebut relevan dan berharga untuk dipelajari. Kedua aspek ini merupakan fondasi yang kuat untuk memulai proses pembelajaran dengan baik. Tanpa keduanya, mencapai keberhasilan dalam pembelajaran akan menjadi sulit. Motivasi bisa menjadi tujuan dan alat pembelajaran. Sebagai tujuan, motivasi adalah salah satu target dalam proses pengajaran. Sebagai alat, motivasi memiliki peran penting seperti kecerdasan dan pencapaian belajar sebelumnya dalam menentukan keberhasilan pembelajaran peserta didik dari segi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Motivasi merupakan elemen kunci dalam pembelajaran, dan pembelajaran tidak dapat terjadi tanpa adanya perhatian. Sesuatu dikatakan menarik perhatian anak jika anak secara spontan tertarik tanpa usaha ekstra (perhatian tidak disengaja). Jika terjadi perhatian spontan yang bukan karena upaya guru membuat materi menarik, maka perhatian semacam itu tidak memerlukan motivasi, meskipun motivasi dan perhatian dianggap sejalan. Namun, jika perhatian merupakan hasil dari upaya yang disengaja, itu membutuhkan motivasi.

c. Prinsip Persepsi dan Keaktifan 

Seseorang biasanya akan condong untuk mempercayai sesuatu berdasarkan pemahamannya terhadap situasi tersebut. Persepsi adalah cara seseorang menginterpretasikan kehidupan sekitarnya, yang dapat berbeda-beda antara individu. Cara pandang ini kemudian memengaruhi bagaimana individu tersebut berperilaku. Seorang guru akan mampu memahami muridnya dengan lebih baik apabila ia sensitif terhadap cara pandang setiap murid terhadap situasi tertentu, mengajar adalah mengarahkan pengalaman belajar. Pengalaman tersebut timbul ketika siswa aktif merespons lingkungan mereka. Misalnya, ketika seorang anak menghadapi masalah, dia harus mampu berpikir secara sistematis atau mengikuti langkah-langkah tertentu. Begitu juga dalam mengembangkan keterampilan, anak harus dapat menggerakkan otot-ototnya untuk mencapainya.

Dalam proses pembelajaran, peserta didik perlu terlibat secara aktif. Ini mencakup berbagai aktivitas mulai dari yang dapat diamati secara fisik hingga yang lebih berfokus pada aspek psikis. Untuk mencapai pembelajaran yang efektif, diperlukan partisipasi dalam beragam aktivitas baik secara fisik maupun mental. Hal ini tidak hanya sebatas menghafal informasi atau rumus, melainkan juga melibatkan tindakan konkret seperti membaca, mendengarkan, menulis, serta berlatih keterampilan-keterampilan lainnya. Dari sudut pandang psikologis, prinsip aktivitas ini menyatakan bahwa semua pengetahuan dapat diperoleh melalui observasi dan pengalaman yang personal. Jiwa memiliki energi intrinsiknya sendiri dan bisa aktif karena dipacu oleh kebutuhan individu. Dalam konteks pembelajaran, peserta didik diharapkan untuk mengelola dan menginternalisasi informasi sesuai dengan keinginan, kemampuan, potensi, dan latar belakang mereka sendiri.Top of Form Peran guru adalah untuk merangsang keaktifan peserta didik dengan menyajikan materi pelajaran.

d. Prinsip Tujuan Dan Keterlibatan Langsung

Pentingnya memiliki tujuan yang jelas dalam pikiran dan diterima oleh para pelajar saat proses pembelajaran berlangsung tidak bisa diragukan. Tujuan tersebut merupakan target khusus yang ingin dicapai oleh individu. Salah satu prinsip utama dalam pembelajaran adalah keterlibatan langsung, yang mana guru dan peserta didik harus terlibat secara aktif. Keterlibatan ini dapat bersifat fisik maupun non-fisik, dan tujuannya adalah agar peserta didik merasa bernilai dan dihargai dalam lingkungan kelas sehingga mereka dapat menikmati proses pembelajaran. Seperti yang diungkapkan oleh Edgar Dale dalam Dimyati, pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang melibatkan pengalaman langsung, bukan hanya duduk di kelas saat guru sedang menjelaskan materi. Maka dari itu, pendidik harus menciptakan aktivitas pembelajaran yang memungkinkan peserta didik terlibat secara langsung dalam proses belajar, sehingga setiap kegiatan pembelajaran menjadi pengalaman berharga bagi mereka.

e. Prinsip Perbedaan Individual

Proses pembelajaran memiliki pola yang bervariasi bagi setiap individu. Penting bagi proses pengajaran untuk memperhatikan perbedaan-perbedaan individu di dalam kelas, sehingga tujuan belajar dapat dicapai dengan efektif. Sebuah pendekatan pengajaran yang hanya menargetkan satu tingkat kemampuan akan gagal dalam memenuhi kebutuhan semua peserta didik. Oleh karena itu, seorang pendidik perlu memperhatikan aspek-aspek seperti latar belakang, emosi, motivasi, dan kemampuan individu, serta menyesuaikan materi dan tugas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan tersebut. Saat ini, proses pembelajaran di sekolah masih sering berlangsung dalam format klasikal, di mana seorang guru menghadapi sejumlah besar peserta didik dalam satu kelas. Guru cenderung menggunakan metode yang sama untuk semua peserta didik tanpa mempertimbangkan perbedaan sosial, budaya, atau kemampuan. Padahal, setiap peserta didik memiliki karakteristik dan kepribadian yang unik. Mereka memiliki berbagai macam ciri fisik dan sifat-sifat individual yang beragam. Untuk membantu peserta didik mengikuti pembelajaran dengan baik, guru perlu benar-benar memahami karakteristik masing-masing peserta didik. Guru juga harus mampu merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, serta melakukan evaluasi, sehingga semua peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran tanpa hambatan, meskipun mereka memiliki latar belakang dan kemampuan yang berbeda-beda.

Ada empat metode untuk mengadaptasi pembelajaran sesuai dengan kemampuan individual, yaitu:

  • Pembelajaran individual, dimana siswa diberikan tugas yang dapat diselesaikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing.
  • Tugas tambahan, dimana siswa yang memiliki kemampuan lebih dapat diberikan tugas ekstra, yang berbeda dengan tugas umum yang diberikan kepada seluruh kelas, sehingga tetap menjaga hubungan kelompok.
  • Pembelajaran berbasis proyek, dimana siswa diberikan proyek yang sesuai dengan minat dan kemampuannya.
  • Pengelompokan berdasarkan kemampuan, dimana kelas dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari siswa dengan kemampuan yang serupa.

Guru perlu memperhatikan perbedaan individual saat merencanakan pembelajaran di kelas. Prinsip ini penting dan tidak boleh diabaikan karena setiap siswa memiliki kebutuhan dan potensi yang berbeda. Keberhasilan dalam proses pembelajaran sangat bergantung pada penerapan prinsip ini.

f. Prinsip Trasfer, Retensi dan Tantangan

Belajar dianggap bermanfaat ketika seseorang dapat menyimpan dan mengaplikasikan pengetahuan yang didapat dalam konteks yang berbeda. Pengetahuan yang diperoleh dalam satu situasi kemungkinan akan berguna di situasi lain, sebuah proses yang dikenal dengan transfer. Kemampuan seseorang untuk mengingat dan menggunakan kembali pengetahuan tersebut disebut retensi. Pengetahuan yang dipelajari dan dipahami dapat dimanfaatkan oleh pelajar dalam situasi yang baru.

g. Prinsip Belajar Kognitif                 

Belajar kognitif mencakup proses pengenalan dan penemuan serta melibatkan koneksi antara elemen-elemen, pembentukan konsep, identifikasi masalah, dan kemampuan dalam menyelesaikan masalah untuk menciptakan perilaku baru. Aktivitas mental seperti berpikir, menalar, menilai, dan berimajinasi terkait dengan proses belajar kognitif ini. Tingkat kesulitan belajar bisa bervariasi dan membutuhkan berbagai jenis aktivitas mental.

h. Prinsip Belajar Afektif

Pembelajaran afektif melibatkan beberapa aspek, antara lain emosi, motivasi, minat, dan sikap. Prinsip pembelajaran afektif adalah orang memahami bagaimana mereka bereaksi atau terlibat dengan pengalaman baru yang mereka alami. Dalam konteks ini, belajar tidak hanya tentang peningkatan pengetahuan atau keterampilan, tetapi juga tentang bagaimana individu memproses dan merespons secara emosional terhadap informasi atau pengalaman yang mereka alami.

i.  Prinsip Belajar Evaluasi

Mempelajari evaluasi bisa memengaruhi bagaimana seseorang belajar sekarang dan di masa depan, serta memungkinkan mereka untuk mengukur kemajuan dalam mencapai tujuan mereka. Ini berarti bahwa dengan memahami konsep evaluasi, seseorang dapat meningkatkan cara mereka belajar saat ini, sambil memiliki kemampuan untuk mengevaluasi kemajuan mereka terhadap tujuan yang ingin mereka capai di masa mendatang melalui pelatihan evaluasi. Dengan kata lain, belajar tentang evaluasi dapat membantu seseorang memperbaiki proses pembelajaran mereka sekarang dan memberi mereka alat untuk mengukur dan meningkatkan prestasi mereka di masa depan.

Prinsip –prinsip di dalam belajar sangat erat kaitannya dengan beberapa faktor, Berikut di antaranya :

1. Perhatian dan Motivasi 

Perhatian memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran bagi peserta didik. Keberhasilan pembelajaran tergantung pada seberapa besar perhatian yang diberikan oleh peserta didik terhadap materi pelajaran yang disajikan. Ketika materi pelajaran sesuai dengan kebutuhan murid, maka perhatian terhadap pembelajaran akan muncul secara alami. Namun, jika perhatian ini kurang pada peserta didik, upaya untuk membangkitkannya kembali perlu dilakukan. Selain itu, perhatian juga berfungsi sebagai konsentrasi dari energi psikis (pikiran dan perasaan) terhadap suatu objek atau topik tertentu. Semakin fokus perhatian terhadap materi pelajaran, maka proses pembelajaran akan berlangsung lebih efektif dan hasilnya akan meningkat. Oleh karena itu, pendidik harus berusaha secara konsisten untuk memastikan bahwa perhatian peserta didik terpusat pada pembelajaran.

Selain perhatian, motivasi memiliki peran yang sangat penting dalam interaksi belajar antara peserta didik dan pendidik. Motivasi dapat dianggap sebagai kekuatan yang mendorong dan mengarahkan aktivitas seseorang dalam proses pembelajaran. Tujuan dari motivasi sendiri merupakan bagian integral dari proses belajar. Seperti halnya kecerdasan dan hasil belajar sebelumnya, motivasi juga merupakan faktor kunci yang dapat mempengaruhi keberhasilan peserta didik dalam memperoleh pengetahuan, memahami nilai-nilai, dan mengembangkan keterampilan. Pentingnya perhatian dalam konteks ini juga tidak dapat dilepaskan dari motivasi, karena keduanya saling terkait dan saling memengaruhi.

2. Keaktifan

Pada setiap proses pembelajaran, peserta selalu menunjukkan tingkat keaktifan yang bervariasi. Keaktifan tersebut dapat berwujud dalam berbagai bentuk, mulai dari aktivitas fisik yang dapat diamati dengan mudah hingga aktivitas psikis yang lebih sulit untuk diamati. Aktivitas fisik bisa mencakup membaca, mendengarkan, menulis, melatih keterampilan, dan sebagainya. Contoh dari aktivitas psikis termasuk memanfaatkan pengetahuan yang dimiliki untuk memecahkan suatu permasalahan, membandingkan konsep-konsep, menyimpulkan hasil percobaan, dan aktivitas psikis lainnya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pembelajaran itu sendiri merupakan aktivitas yang melibatkan proses mental dan emosional.

3. Keterlibatan Langsung dan Pengalaman

Dalam diri peserta didik, terdapat beragam kemungkinan dan potensi yang bisa tumbuh dan berkembang. Potensi yang dimiliki oleh peserta didik akan mencapai puncaknya menuju arah yang baik dan optimal jika diberi arahan yang tepat serta kesempatan untuk mengalami hal tersebut secara langsung.

4. Pengulangan

Teori psikologi daya menyoroti pentingnya pengulangan dalam proses pembelajaran. Konsep ini menekankan bahwa belajar melibatkan latihan dan pengembangan berbagai kemampuan manusia, seperti observasi, respons, ingatan, imajinasi, persepsi, emosi, dan pemikiran. Dengan melakukan pengulangan, kemampuan-kemampuan tersebut akan semakin berkembang, seperti halnya pisau yang terus diasah akan menjadi semakin tajam.

5. Tantangan

Jika seorang pengajar ingin mendorong perkembangan dan semangat peserta didiknya untuk mencapai tujuan, strategi yang diperlukan adalah memberikan tantangan dalam proses pembelajaran. Tantangan ini dapat berupa berbagai jenis kegiatan, materi, serta alat pembelajaran yang dipilih dengan cermat. Menurut teori Medan oleh Kurt Lewin, dalam konteks pembelajaran, peserta didik berada dalam suatu lingkungan psikologis yang disebut medan. Mereka memiliki tujuan yang ingin dicapai namun dihadapkan dengan berbagai hambatan, seperti kesulitan memahami materi. Hal ini memicu motivasi untuk mengatasi hambatan tersebut dengan mempelajari materi tersebut. Ketika hambatan berhasil diatasi, tujuan belajar tercapai dan peserta didik memasuki medan dan tujuan baru.

Dalam upaya untuk mendorong peserta didik mengatasi hambatan dengan baik, materi pembelajaran haruslah menantang. Keberadaan tantangan tersebut dapat meningkatkan semangat peserta didik untuk menghadapinya. Materi pembelajaran yang mengharuskan peserta didik untuk memecahkan masalah dan melakukan analisis dapat menciptakan rasa tantangan yang mendorong mereka untuk belajar dengan lebih intensif.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Terdapat banyak sekali faktor yang mempengaruhi belajar, faktor disini yaitu elemen atau variabel yang memiliki pengaruh atau kontribusi terhadap suatu fenomena atau hasil tertentu, berikut ini faktoR-faktor yang mempengaruhinya:

1. Faktor Internal, ialah keadaan fisik dan mental peserta didik.

2. Faktor Eksternal, ialah situasi lingkungan sekitar peserta didik.

3. Pendekatan pembelajaran, mencakup cara siswa belajar seperti strategi dan metode yang mereka gunakan dalam mempelajari materi pelajaran.

4. Pentingnya kesehatan, intelegensi dan bakat, minat serta motivasi, dan cara belajar.

5. faktor luar yang dapat mempengaruhi seperti keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitarnya.

6. Faktor pembawaan berupa genetik yang dapat mempengaruhi taraf inntelegensi seseorang.

7. Kematangan, artinya kematangan secara fisik dan psikologis untuk mencapai kesanggupan didalam menjalankan fungsinya terutama didalam belajar.

8. Pembentukan, segalam macam keadaan diluar yang memepengaruhi intelegasi seseorang tersebut untuk belajar.

9. Minat dan pembawaan yang khas untuk mendorong dan mengarahkan seseorang kepada sikap intelegansi.

10. Explorasi terhadap dunia luar sehingga dapat menimbulkan minat terhadap belajar.

11. Kebebasan, artinya ialah kebebasan didalam memilih metode tertentu untuk memecahkan setiap persoalan yang sedang dihadapi, dengan adanya kebebasan ini berarti dapat memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya,sehingga minat tidak selalu menjadi syarat didalam intelegensi.

12. Lingkungan, faktor lingkungan yang memberikan andil yang cukup besar untuk kecerdasan serta minat didalam intelegensi.

13. Waktu istirahat

14. Pengetahuan tentang materi

15. Pemahaman terhadap materi yang dipelajari

16. Pengetahuan akan prestasi diri sendiri

17. Faktor-faktor stimulisasi belajar

  • a). Panjangnya materi pembelajaran
  • b). Kesulitan bahan pelajaran
  • c). Pentingnya isi materi pembelajaran
  • d). Berat-ringannya tugas
  • e). Kondisi di lingkungan sekitar

18. Faktor-faktor metode belajar

  •  a). Aktivitas latihan atau penerapan praktik
  • b). Pembelajaran berlebihan dan latihan yang intensif.
  • c). Pengulangan mengingat saat proses pembelajaran.
  • d). Pemahaman tentang prestasi pembelajaran.
  • e). Belajar dengan keseluruhan bagian
  • f). Pemanfaatan indera dalam proses pembelajaran.
  • g). Bimbingan dalam belajar

19. Faktor-faktor individual

  • a). Kematangan
  • b). Kemampuan mental
  • c). Kondisi fisik yang sehat (jasmani)
  • d). Kesehatan mental (rohani)
  • e). Dorongan atau keinginan

Kesimpulannya bahwaa secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat dibedakan kedalam dua aspek yaitu:

  • Aspek fisiologis

Aspek fisiologis mencakup kondisi fisik keseluruhan seseorang, termasuk kesehatan pendengaran dan penglihatan yang berperan penting dalam kemampuan siswa untuk memahami informasi atau pelajaran.

  • Aspek psikologis

Aspek psikologis mencakup berbagai faktor seperti kecerdasan/intelegensi, sikap, bakat, minat, motivasi, perhatian, kematangan, dan kesiapan peserta didik.

Oleh karena itu, karena interaksi dari faktor-faktor tersebut, kita sering melihat adanya perbedaan antara siswa yang mencapai prestasi tinggi dan siswa yang mencapai prestasi rendah atau bahkan gagal sama sekali. Seorang pendidik yang ahli dan berpengalaman diharapkan dapat mengidentifikasi dan mengatasi hambatan-hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar siswa. Keberhasilan seseorang dalam belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor yang harus diperhatikan dan diatasi oleh pendidik.

Berdasarkan beberapa pembahasan tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar dapat dibagi menjadi dua faktor yaitu:

Beberapa faktor yang berasal dari dalam individu, termasuk keadaan fisik dan mental siswa, tingkat kematangan dan perkembangan, kecerdasan, minat, pola belajar dan kebiasaan, motivasi personal, serta persepsi tentang diri sendiri. Beberapa faktor dari luar, seperti metode pembelajaran, lingkungan keluarga, kualitas guru dan metode pengajaran mereka, kesempatan yang diberikan, dan dorongan dari lingkungan sosial. Pencapaian prestasi belajar atau hasil belajar seseorang adalah hasil dari berbagai faktor yang berinteraksi, baik yang berasal dari dalam individu itu sendiri (faktor internal) maupun dari lingkungan luar individu tersebut (faktor eksternal). Memahami faktor-faktor yang memengaruhi prestasi belajar memiliki signifikansi yang besar dalam membantu siswa mencapai hasil belajar yang optimal. Kedua jenis faktor ini saling berhubungan selama proses pembelajaran individu dan memiliki dampak yang penting terhadap kualitas hasil belajar yang dapat dicapai.

1). Faktor Internal

Faktor internal merujuk pada elemen-elemen yang timbul dari dalam individu dan memiliki potensi untuk memengaruhi prestasi belajar mereka. Komponen internal ini mencakup aspek fisiologis serta psikologis dari individu tersebut.

Faktor fisiologis

Faktor-faktor fisiologis merujuk pada elemen-elemen yang terkait dengan keadaan tubuh individu. Ada dua jenis faktor fisiologis yang dapat dibedakan.

Pertama, keadaan fisik seseorang. Biasanya, keadaan fisik seseorang memiliki dampak signifikan pada kemampuan belajarnya. Saat tubuh dalam keadaan sehat dan kuat, itu akan berkontribusi positif pada aktivitas belajar mereka. Sebaliknya, jika tubuh dalam keadaan lemah atau sakit, itu dapat menghambat kemampuan mereka untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Oleh karena itu, keadaan fisik seseorang sangat memengaruhi proses belajar, dan penting untuk berusaha menjaga kesehatan tubuh.

  • Cara menjaga kesehatan tubuh antara lain adalah:
  • Memelihara pola makan yang sehat dengan memperhatikan asupan nutrisi sangat penting, karena kekurangan gizi atau nutrisi dapat menyebabkan tubuh menjadi lelah, lesu, dan mengantuk dengan cepat, yang pada gilirannya dapat mengurangi motivasi untuk belajar.
  • Rutinitas berolahraga
  • Istirahat

Kedua, Selama proses pembelajaran, keadaan fisik dan fisiologis memiliki peran yang signifikan. Fungsi fisiologis tubuh manusia secara langsung memengaruhi hasil pembelajaran, terutama melalui panca indera. Panca indera yang berfungsi optimal akan memudahkan proses belajar dengan efektif. Panca indera ini merupakan pintu masuk utama bagi informasi dari lingkungan sekitar yang diterima oleh manusia, memungkinkan mereka untuk memahami dunia di sekitar mereka. Dalam konteks pembelajaran, mata dan telinga memiliki peran khusus yang penting. Mata membantu dalam pengamatan visual dan telinga membantu dalam penerimaan informasi auditori. Maka dari itu, penting bagi seorang pendidik dan peserta didik untuk menjaga kesehatan panca indera ini secara baik, baik melalui tindakan preventif maupun kuratif. Ini bisa dilakukan dengan menyediakan lingkungan belajar yang memenuhi standar, melakukan pemeriksaan kesehatan mata dan telinga secara teratur, mengonsumsi makanan bergizi, dan langkah-langkah lain yang diperlukan.

  • Faktor Psikologis

Faktor-faktor psikologis mengacu pada kondisi mental individu yang bisa mempengaruhi cara mereka belajar. Beberapa faktor psikologis utama yang memengaruhi proses pembelajaran termasuk tingkat kecerdasan, tingkat motivasi, minat, sikap, dan potensi bawaan.

-Kecerdasan/intelegensi peserta didik

Secara keseluruhan, kecerdasan dapat dipahami sebagai kemampuan psikofisik untuk merespons rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan secara efektif. Pemahaman ini menekankan bahwa kecerdasan tidak hanya bergantung pada kualitas otak saja, tetapi juga melibatkan fungsi organ tubuh lainnya. Namun, ketika berbicara tentang kecerdasan, otak memegang peran yang sangat penting dibandingkan dengan organ lainnya. Hal ini karena otak berfungsi sebagai pusat pengendalian tertinggi dari sebagian besar aktivitas manusia (disebut sebagai kontrol eksekutif).

Kecerdasan memegang peranan sentral dalam perkembangan pembelajaran siswa, menjadi faktor penentu atas kualitas pembelajaran yang tercapai. Tingkat kecerdasan seseorang secara langsung memengaruhi kemungkinan kesuksesan dalam proses pembelajaran. Semakin tinggi kecerdasan seseorang, semakin besar peluangnya untuk mencapai hasil yang baik dalam pembelajaran. Sebaliknya, rendahnya tingkat kecerdasan dapat menghambat kemajuan dalam belajar. Oleh karena itu, bantuan dan bimbingan dari orang lain, termasuk guru dan orang tua, sangat penting dalam mendukung perkembangan pembelajaran. Sebagai faktor psikologis utama dalam mencapai keberhasilan dalam pembelajaran, pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan menjadi hal yang penting bagi setiap calon guru agar mereka dapat memahami dan mendukung siswa dengan beragam tingkat kecerdasan.

Orang tua, guru, atau pihak terkait dapat memperoleh pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dengan berkonsultasi kepada ahli psikologi atau psikiater. Dengan demikian, mereka dapat mengetahui di mana tingkat kecerdasan anak didik berada, apakah itu sangat superior, superior, rata-rata, atau bahkan mungkin di bawah rata-rata. Memiliki informasi tentang tingkat kecerdasan seseorang sangat penting untuk memprediksi kemampuan belajar mereka. Memaham tingkat tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu dalam mengarahkan dan merencanakan dukungan terbaik yang perlu diberikan kepada mereka.

-Motivasi

Motivasi merupakan salah satu elemen yang berpengaruh terhadap efektivitas proses pembelajaran siswa. Motivasi inilah yang mendorong keinginan siswa untuk terlibat dalam aktivitas pembelajaran. Menurut para pakar psikologi, motivasi didefinisikan sebagai proses internal dalam diri individu yang aktif, memicu, mengarahkan, dan mengatur perilaku mereka secara berkelanjutan (Slavin, 1994). Secara lebih luas, motivasi juga dipahami sebagai faktor yang memengaruhi intensitas dan arah perilaku seseorang berdasarkan pada kebutuhan dan keinginan mereka.

Dari perspektif asalnya, motivasi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik merujuk pada faktor-faktor yang timbul dari dalam individu dan mendorong mereka untuk bertindak. Sebagai contoh, seorang siswa yang senang membaca tidak memerlukan dorongan eksternal untuk membaca karena aktivitas tersebut tidak hanya merupakan hobi baginya tetapi juga merupakan kebutuhan. Dalam konteks pembelajaran, motivasi intrinsik dianggap efektif karena cenderung lebih tahan lama dan tidak tergantung pada dorongan dari luar seperti motivasi ekstrinsik.

Yang termasuk motivasi ekstrinsik untuk belajar antara lain adalah;

  • Keinginan untuk memahami dan menjelajahi kehidupan dengan lebih mendalam dan luas.
  • Keberadaan aspek positif dan inovatif dalam manusia serta keinginan untuk terus berkembang dan meningkat.
  • Adanya keinginan untuk meraih kesuksesan yang diikuti oleh dukungan dari figur penting seperti orang tua, saudara, guru.
  • Perlunya memiliki pengetahuan yang bermanfaat bagi diri sendiri.

Motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang berasal dari faktor-faktor di luar individu namun memiliki dampak pada keinginan untuk belajar. Ini bisa berupa pujian, aturan, kedisiplinan, contoh dari guru, orang tua, dan hal-hal serupa. Ketika lingkungan tidak memberikan tanggapan positif yang memadai, semangat seseorang untuk belajar dapat melemah.

-Ingatan

  • Secara teoritis, terdapat tiga aspek yang berkaitan dengan berfungsinya ingatan, yaitu:
  • Menerima kesan
  • Menyimpan kesan, dan
  • Memproduksi kesan.

Mungkin karena fungsi-fungsi ini, istilah “Ingatan” selalu diartikan sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan. 

Keahlian dalam menerima kesan memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Kemampuan ini memungkinkan siswa untuk menyimpan informasi yang mereka pelajari dengan lebih efektif. Dalam konteks belajar dan pembelajaran, keahlian ini bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk metode pembelajaran yang digunakan oleh pendidik. Metode pembelajaran yang melibatkan penggunaan alat bantu visual cenderung memberikan kesan yang lebih dalam kepada peserta didik. Selain itu, pengembangan teknik pembelajaran yang menggunakan "jembatan ingatan" juga memiliki dampak yang signifikan pada siswa, terutama dalam menghafal materi-materi seperti rumus atau urutan lambang tertentu.

Salah satu aspek lain dari ingatan ialah kapasitas untuk menyimpan kesan atau mengingat informasi. Tingkat kemampuan ini bervariasi di antara individu. Namun, fenomena umum yang terjadi adalah bahwa setelah seseorang menyelesaikan proses belajar, ada kecenderungan untuk melupakan. Awalnya, hal-hal yang dilupakan dapat terjadi dengan cepat, tetapi kemudian prosesnya menjadi lebih lambat, dengan sebagian informasi yang akhirnya tetap disimpan dalam ingatan untuk jangka waktu yang relatif lama. Para ahli psikologi pendidikan percaya bahwa untuk memastikan retensi informasi yang optimal, siswa perlu melatih materi yang dipelajari dalam interval waktu yang tepat. Konsekuensi dari pandangan ini dalam konteks pembelajaran adalah memberikan siswa kesempatan untuk mereview atau mengingat kembali materi yang baru dipelajari. Contohnya, ini bisa dilakukan melalui pemberian tes setelah menyelesaikan bagian tertentu dari materi pembelajaran.

Kemampuan reproduksi, yang merupakan pengaktifan atau proses pembuatan ulang materi yang telah dipelajari, juga merupakan aspek yang menarik untuk diamati. Namun, materi yang telah dipelajari pada suatu waktu harus dapat diaplikasikan untuk memenuhi kebutuhan khusus siswa, seperti menjawab pertanyaan dalam ujian atau menanggapi tantangan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidik dapat mengasah kemampuan reproduksi siswa dengan memberikan tugas-tugas yang meminta mereka untuk mengaplikasikan materi pembelajaran yang telah diberikan.

-Minat

Dalam pengertian yang sederhana, minat dapat dipahami sebagai kecenderungan dan dorongan yang kuat terhadap suatu objek atau aktivitas tertentu. Menurut Reber (sebagaimana dikutip dalam Syah, 2003), minat dalam bidang psikologi jarang ditekankan karena sebenarnya tergantung pada faktor-faktor internal lain seperti fokus, rasa ingin tahu, motivasi, dan keinginan.

Namun lepas dari kepopularannya, minat memiliki dampak yang sama pentingnya dengan kecerdasan dan motivasi. Sebab, minat memengaruhi seberapa antusias seseorang dalam belajar; tanpa minat, seseorang mungkin tidak memiliki semangat atau bahkan enggan belajar sama sekali. Oleh karena itu, dalam konteks pembelajaran di kelas, seorang guru atau pendidik perlu menghidupkan minat siswa agar mereka tertarik pada materi pelajaran yang akan dipelajari atau dihadapi.

Dalam meningkatkan suatu minat belajar, terdapat beberapa cara yang bisa digunakan, diantaranya:

  • Dengan menciptakan materi pembelajaran yang menarik dan menghibur, serta membebaskan siswa untuk mengeksplorasi materi yang dipelajari, baik dalam bentuk buku, desain pembelajaran, maupun melibatkan seluruh aspek belajar siswa (pikiran, perasaan, dan keterampilan), ini akan mendorong keterlibatan aktif dari siswa. Guru juga harus menunjukkan performa yang menarik saat mengajar untuk mempertahankan minat dan antusiasme siswa dalam proses belajar.
  • Pilihan jurusan atau bidang studi sebaiknya disesuaikan dengan minat pribadi siswa, memungkinkan mereka untuk memilih sendiri.

-Sikap

Dalam proses  pembelajaran, sikap individu dapat memainkan peran penting dalam keberhasilan proses belajarnya. Respons ini mencerminkan sikap internal yang memengaruhi bagaimana seseorang bereaksi atau merespons terhadap berbagai objek, orang, atau peristiwa. Sikap ini dapat bersifat positif atau negatif, dan cenderung tetap pada individu tersebut.

Sikap juga melibatkan kemampuan untuk mengevaluasi sesuatu dan bertindak sesuai dengan penilaian tersebut. Penilaian ini dapat menghasilkan sikap yang bersifat menerima, menolak, atau mengabaikan. Meskipun siswa diberi kesempatan untuk belajar, mereka masih bisa memilih untuk menerima, menolak, atau mengabaikan kesempatan tersebut.

Sikap peserta didik terhadap pembelajaran bisa dipengaruhi oleh tingkat kepuasan atau ketidakpuasan terhadap kinerja pendidik, materi pelajaran, atau situasi lingkungan mereka. Untuk mencegah timbulnya sikap negatif terhadap pembelajaran, seorang pendidik perlu berupaya menjadi profesional dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan mereka. Dengan memiliki tingkat profesionalisme yang tinggi, seorang pendidik akan berkomitmen untuk memberikan yang terbaik kepada peseta didiknya, mengembangkan kepribadian yang empatik, sabar, dan tulus, serta menyajikan materi pelajaran dengan cara yang menarik sehingga siswa merasa tertarik dan tidak merasa bosan. Pendidik juga perlu meyakinkan peserta didik bahwa materi pelajaran yang dipelajari memiliki manfaat bagi mereka.

-Bakat

Faktor psikologis lain yang mempengaruhi proses belajar adalah kecenderungan atau bakat bawaan. Bakat pada umumnya mengacu pada potensi individu untuk mencapai kesuksesan di masa depan. Dalam konteks pembelajaran, bakat dapat diartikan sebagai suatu kemampuan yang perlu dipelajari oleh seorang siswa. Oleh karena itu bakat menjadi faktor penting dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat yang dimiliki seseorang sesuai dengan mata pelajaran yang dipelajarinya, maka hal ini akan menunjang proses belajarnya dan memperbesar peluang keberhasilannya.

Pada prinsipnya, setiap orang memiliki kecenderungan atau kapasitas untuk mencapai prestasi belajar yang sesuai dengan kemampuannya sendiri. Dalam situasi ini, bakat juga diartikan sebagai kemampuan alami yang dimiliki seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas khusus tanpa perlu bergantung pada pengajaran atau pelatihan eksternal tambahan. Top of FormOrang dengan bakat tertentu cenderung lebih mudah menyerap informasi terkait bidang bakatnya, meskipun mereka belajar bahasa selain bahasa ibu mereka.

Karena proses pembelajaran dipengaruhi oleh potensi unik yang dimiliki oleh setiap individu, maka penting bagi pendidik, orang tua, dan guru untuk mengidentifikasi serta memahami bakat anak atau siswa mereka. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan dukungan, membantu dalam mengembangkan bakat yang dimiliki, dan menghindari memaksa anak untuk memilih jurusan atau bidang yang tidak sesuai dengan bakat mereka.

  • Konsentrasi Belajar

Fokus dalam pembelajaran adalah kemampuan untuk menyatukan perhatian pada materi pelajaran serta cara memperolehnya. Untuk meningkatkan konsentrasi dalam pembelajaran, guru harus memanfaatkan berbagai strategi pengajaran dan memperhatikan waktu belajar serta jeda istirahat.

  • Rasa Percaya Diri

Keyakinan dalam kemampuan pribadi muncul dari motivasi untuk bertindak dan mencapai kesuksesan. Dalam konteks perkembangan, keyakinan tersebut bisa berkembang karena persepsi terhadap lingkungan sekitar. Dalam proses pembelajaran, pencapaian adalah salah satu cara untuk menunjukkan kemampuan yang diakui oleh guru dan rekan sebaya. Semakin sering Anda berhasil menyelesaikan tugas, semakin banyak penghargaan yang Anda terima dari orang lain, yang pada gilirannya memperkuat keyakinan diri Anda. Di sisi lain, kegagalan yang berulang dapat menurunkan kepercayaan diri. Jika rasa percaya diri rendah, kemungkinan besar siswa akan takut untuk belajar. Ketakutan untuk belajar juga bisa dikaitkan dengan ketakutan akan kegagalan. Oleh karena itu, guru harus terus mendorong keberanian siswa, memberikan dukungan yang beragam, serta memberikan pengakuan dan kepercayaan kepada siswa.

  • Belajar

Dalam aktivitas sehari-hari, sering kali ditemui kebiasaan belajar yang kurang baik, seperti belajar pada akhir semester, kurangnya pola belajar yang teratur, melewatkan kesempatan belajar, dan kebiasaan-kebiasaan lainnya. Fenomena ini muncul karena kurangnya kesadaran akan pentingnya proses belajar bagi siswa.

  • Cita-Cita

Secara umum, hampir setiap anak atau individu memiliki aspirasi atau tujuan dalam hidup mereka. Tujuan ini seringkali menjadi sumber motivasi yang berasal dari dalam diri. Namun, terkadang, belum ada contoh teladan yang jelas bagi siswa. Dampaknya, perilaku siswa cenderung mengikuti arus tanpa memiliki panduan yang kuat.

Pendidikan tentang pentingnya cita-cita sebagai motivasi intrinsik perlu dimulai sejak usia dini. Mulai dari sekolah dasar, penanaman gagasan memiliki cita-cita harus diberikan perhatian yang serius. Ketika mencapai tingkat sekolah menengah, pendidikan mengenai memiliki dan mencapai cita-cita menjadi lebih terarah. Cita-cita merupakan bentuk dari eksplorasi dan pembebasan diri siswa. Disarankan bahwa pendidikan untuk memiliki dan mencapai cita-cita sebaiknya dimulai dengan mengaitkannya dengan kemampuan berprestasi, dimulai dari hal yang mudah hingga yang lebih sulit. Dengan cara ini, diharapkan siswa akan lebih berani mengeksplorasi potensi mereka sesuai dengan kapasitasnya sendiri.

2). Faktor-Faktor eksogen/Eksternal

Selain karakteristik individu siswa atau aspek-aspek internal, faktor-faktor dari luar juga memiliki kemungkinan memengaruhi proses pembelajaran siswa, berikut di antaranya :

  • Lingkungan Sosial

Interaksi dalam lingkungan sosial suatu sekolah, termasuk hubungan antara guru, pengurus, dan teman sekelas, mempunyai dampak yang signifikan terhadap pembelajaran siswa. Hubungan positif antara ketiganya dapat mendorong siswa untuk meningkatkan prestasi akademiknya. Sikap yang baik dan patut diteladani dari guru atau pengurus dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih baik di lingkungan sekolah.

Keadaan lingkungan masyarakat di tempat tinggal siswa berpotensi memengaruhi proses belajar mereka. Lingkungan yang kurang kondusif, dengan kemiskinan, pengangguran, dan masalah sosial seperti anak terlantar, bisa berdampak pada keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar. Hal ini dapat membuat siswa mengalami kesulitan dalam menemukan teman belajar, berpartisipasi dalam diskusi, atau bahkan mendapatkan perlengkapan belajar yang diperlukan.

Lingkungan keluarga memiliki pengaruh signifikan terhadap proses belajar. Faktor-faktor seperti dinamika keluarga, karakter orangtua, lokasi geografis rumah, dan manajemen rumah tangga dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Keharmonisan hubungan antara anggota keluarga, termasuk orangtua, anak, kakak, atau adik, dapat mendukung siswa dalam menjalankan kegiatan belajar dengan efektif.

  • Lingkungan Non-Sosial

Kondisi alam yang asri, termasuk udara yang segar dan sejuk, cahaya yang nyaman tanpa kelebihan atau kekurangan, serta suasana yang tenang, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan belajar siswa. Sebaliknya, ketika lingkungan alam tidak mendukung, maka proses belajar siswa akan terhambat.

Faktor instrumental mencakup dua jenis alat pembelajaran. Pertama adalah perangkat keras, termasuk bangunan sekolah, peralatan pembelajaran, fasilitas pembelajaran, fasilitas olahraga, dan lain sebagainya. Kedua adalah perangkat lunak, seperti kurikulum sekolah, aturan sekolah, panduan buku, silabus, dan sejenisnya.

Materi pembelajaran yang disampaikan kepada siswa harus disesuaikan dengan tahap perkembangan siswa, dan metode pengajaran yang digunakan pendidik juga harus disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Oleh karena itu, agar guru dapat memberikan dampak positif terhadap proses belajar siswa, diperlukan pemahaman yang mendalam terhadap mata pelajaran dan berbagai metode pengajaran yang dapat menyesuaikan dengan situasi siswa.

Semoga ketikan tersebut menjadi sebuah pengetahuan para pembaca, barokah dan manfaat selalu menyertainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun