Senin pagi juga menjadi hari yang sibuk bagi kami di posko. Selain harus menyiapkan menu sarapan lebih pagi dari pada biasanya, setiap Senin kami  juga wajib ikut upacara bendera di dua SD yang ada.
Senin kali ini, aku, Kak Hani, Bang Denny, Bang Ihsan dan Mbak Wahyu giliran ikut upacara sekaligus mengajar di SD Kabuaran 2 yang lokasinya diatas, di lereng gunung.Â
Diperlukan waktu sekitar 1-2 jam perjalanan dengan jalan kaki untuk sampai kesana. Sedangkan sisanya kebagian mengajar di SD Kabuaran 1 yang lokasinya hanya beberapa puluh meter saja dari posko.
Biasanya, kami mengajar full time sampai anak-anak pulang di tengah hari atau sekitar jam 12-an siang, Setelahnya kita pulang ke posko dengan jalan kaki lagi. Nah, untuk perjalanan pulang, mungkin karena turunan, biasanya jauh lebih cepat dari pada waktu tempuh saat berangkat yang serasa mendaki.
Sesampainya di posko, kami bisa langsung makan siang tanpa harus ikut masak bareng-bareng, karena khusus hari Senin, tugas memasak menjadi tanggung jawab tim yang mengajar di SD Kabuaran Bawah yang beberapa jam sebelumnya lebih dulu pulang.
"Tapi kenapa view di posko siang ini tampak ganjil ya!? Nggak biasanya Ce Netty nggak nampak!?" Batinku dalam hati.
"Tang, Netty tadi pamit ke sungai nyuci ikan. Tapi sepertinya ada sesuatu deh!" Kata Kak Rina, begitu melihatku muncul di dapur.
"Cepet, ndang disusul! Sepertinya lagi galau dia, khawatir ada apa-apa! Tadi, sepertinya baru dapat surat dari Palembang!"Â Giliran Mbak Nina memberi info aktual.
"Nggak biasanya, Cece jadi sentimentil begini. Setahuku mental Cece ni tahan banting dan paling anti memperlihatkan suasana hatinya ke orang lain! Ada apa ya!?"Â Batinku lagi.
"Ok! Terima kasih banyak infonya kakak-kakakku cantik!" Sambil kuacungkan dua jempolku ke mereka, aku langsung berlari menuju ke sungai berbatu tempat favorit keduaku untuk meluangkan waktu bersama Ce Netty, selain teras posko.