Seperti pagi ini, tanpa kuminta Ce Netty membuatkanku secangkir teh panas melati dengan sedikit gula kesukaanya, untukku juga dan ini sudah jamak dilakukannya sejak awal kita mengabdi di Kabuaran, khususnya setiap kita ngobrol!
Biasanya, kalau sudah begitu kita akan keterusan untuk ngobrol ngalor-ngidul tentang apa saja! Terutama musik, buku dan dunia nulis yang ternyata sama-sama kita  gandrungi.
Bedanya, kalau aku lebih suka menulis artikel tentang tematik sosial dan budaya yang biasanya kukirim ke media cetak, maka Ce Netty paling jago nulis fiksi, seperti cerpen, puisi, juga naskah skenario. Kerennya, novel karyanya sudah ada beberapa yang diterbitkan oleh penerbit mayor. Cakeeeeep kan!?
Nah, khusus untuk musik, Ce Netty sama sepertiku, suka ngeband dan menguasai beberapa alat musik sekaligus, tapi Ce Netty memulainya dari jalur formal dengan sekolah musik atau kita biasa menyebutnya sebagai "musisi sekolahan", beda banget denganku yang bermusik karena naluri, bakat dan bonek alias bondo nekat saja!
Tidak heran jika dengan kepiawaian bermusiknya Ce Netty juga sering menjadi pemenang beberapa kali titel individu di ajang festival musik lokal, termasuk sebagai frontwoman alias vokalis utama di band bentukannya di tepian Sungai Musi, Palembang sana.
Baca Juga Yuk! Romansa si Tambeng dan Babi-Babi Belajar di Ketinggian Kabuaran
Sinar pagi sang surya masih belum begitu sempurna menyapa aktifitas pagi masyarakat Kabuaran yang sebagian sepertinya masih terbuai mimpi oleh selimut kabut yang lumayan pekat, hingga menjadikan langit temaram dengan udara gunung yang begitu dingin.
Tapi sepagi itu, aku, Ce Netty, Bang Taufik dan Kak Rina, sudah harus bergegas menuju Kota Bondowoso untuk presentasi proposal program kerja kelompok KKN kami di hadapan beberapa pengusaha swasta yang tertarik untuk mendukung aktifitas pengabdian kita di Kabuaran.
Dengan 2 sepeda motor sewaan milik tukang ojek, kami berempat berangkat menuju pusat kota Bondowoso, si-Kota Tape yang selalu adem ayem.
Kami sengaja berangkat pagi, selain karena ingin menikmati cantiknya landscape Kota Bondowoso di pagi hari yang katanya romantis...tis...tis, sepeda motor yang kami pakai juga hanya bisa disewa sampai tengah hari saja. Kasihaaaaaaan!
Sebelum menuju ke tempat acara pertemuan, kami berempat sudah janjian untuk singgah dulu di warung soto legendarisnya Kota Bondowoso, yaitu Soto Blindungan di pojok jalan Agus Salim yang sudah ada sejak tahun 50-an!